Lihat ke Halaman Asli

Miftahul Abrori

Menjadi petani di sawah kalimat

Cerpen | Menggadai Kenangan

Diperbarui: 5 Desember 2019   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau sanggup melepas senyum untuk siapapun, tetapi air mata hanya bisa tertumpah untuk orang yang kausayang. Ilustrasi: purnamaayurizky.com

Apa yang perlu kaukenang dari kisah yang membuatmu murung sepanjang waktu? Kisah yang menjadikanmu bagai mayat hidup, berjalan menyusuri sudut-sudut kota tanpa tujuan pasti. 

Apa yang perlu kauingat dari gadis yang membuatmu terluka selama delapan tahun? Kau menebus dua tahun bersamanya dengan enam tahun yang sia-sia. Konyol!

Kau masih berharap menemukan sosok gadis itu, berpapasan di persimpangan jalan, alun-alun keraton, taman kota, halte bus, stasiun, atau pun toko buku. 

Mana tahu menjumpainya di rumah makan, kafe, gedung bioskop, dan gedung teater. Tempat-tempat yang biasa kalian kunjungi selama hampir dua tahun itu menjelma kenangan muram, mencabik nalar dan batinmu.

Tak salah jika seorang lelaki mempertahankan cinta yang sempat menderma kebahagiaan. Meski berujung luka sebab kau ditelantarkan. 

Memang benar, kau tak perlu membuat kesalahan untuk menanggung ganjaran ditinggalkan. Katamu, pecinta sejati adalah orang yang bertahan mencintai seseorang sampai detik pengharapan habis.Kelak kau akan menyerah, setelah ribuan kesempatan tertutup, mengatup. Risalah yang berujung getir, karena kau tak pernah berniat mengakhirinya.

Cabikan luka menggerogoti tubuhmu hingga semenyedihkan ini. Jika mencintainya mewujud luka, kau ingin menikmati luka sampai khatam, hingga kau tak merasakan apa-apa, sembuh dengan sendirinya. 

Tahukah kau, terkadang air mata lebih bermakna daripada senyum. Kau sanggup melepas senyum untuk siapapun, tetapi air mata hanya bisa tertumpah untuk orang yang kausayang.

Kau dan dia kuliah di kampus yang sama di kota ini. Di tahun ketiga, kalian mulai berkenalan. Entah pada pertemuan ke berapa kau mulai menyukainya. Bermula sekadar berkenalan, lebih tepat disebut menggoda, kau pun mulai menaruh hati. 

Tiga bulan berlalu, kau mengutarakan perasaanmu. Tanpa jawaban pasti, ia tak menerima atau menolak. Kau mengartikan berbeda, karena kau sering menghabiskan waktu bersama, kau terjemahkan itu sebagai ikatan percintaan. 

Dua tahun kemudian kau tercengang saat tahu dia mengungkapkan rahasia yang lama dipendam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline