Lihat ke Halaman Asli

Stoa: Vitamin dan Vaksin Hati bagi Para Pencinta

Diperbarui: 4 Mei 2023   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Stoa/Stoikisme ialah salah satu madzhab filsafat yang sudah ada sejak era Yunani Kuno. Kini, aliran filsafat itu kembali ramai diperbincangkan khalayak umum, dalam kurun waktu 2-3 tahun belakangan mulai menjamur buku-buku bertemakan Filsafat Stoikisme dalam bahasa Indonesia, setelah sebelumnya hampir sangat sulit menemukan buku-buku yang secara khusus membahas tema ini. 

Animo masyarakat mengenai filsafat madzhab Stoa ini tentu bukan tanpa sebab, sebagian besar orang yang telah mempraktikkan ajaran-ajaran ini merasakan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupannya. Sehingga tidak sedikit dari para praktisi Stoa tadi yang kemudian berkeinginan untuk membagi ramuan mujarab ini kepada orang-orang lain agar dapat dinikmati lebih luas oleh khalayak umum.

Ajaran-ajaran filsafat Stoa ini mencakup tema-tema kehidupan secara umum yang relevan untuk dipraktikkan sehari-hari, termasuk yang berkaitan dengan aspek 'Cinta' -sebuah diksi yang selalu menjadi perbincangan hangat di setiap masa, baik itu oleh para filosof klasik hingga modern, kalangan tua-muda, kalangan rakyat hingga yang berpangkat.

Ketika membahas mengenai cinta, Stoikisme tetap menggunakan rumus-rumus utama dalam ajaran filsafat ini, seperti Dikotomi Kendali, Premeditatio Malorum, dll. Sehingga kemudian keberadaan Stoikisme sendiri bisa diibaratkan menjadi 'vitamin' sekaligus 'vaksin' bagi para pencinta. Ajaran-ajaran Stoa memiliki fungsi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa serta pikiran manusia sebagaimana fungsi zat vitamin yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. 

Ajaran-ajaran Stoa juga memiliki fungsi untuk meningkatkan kekebalan jiwa dan pikiran dari penyakit-penyakit tertentu sebagaimana fungsi vaksin sebagai antibodi bagi tubuh manusia. Tentu kedua hal ini sangat diperlukan bagi setiap manusia, khususnya bagi para pencinta. Karena betapa agungnya cinta sekalipun, ia memiliki dampak laten yang terkadang mengantar ke akibat-akibat buruk bagi para pelakunya sendiri, orang lain, atau pihak-pihak lain di sekitar para pencinta tadi. Hal ini tentu sudah cukup menjadi bukti bahwa dampak laten yang ditimbulkan oleh cinta merupakan sesuatu yang berada di luar kendali kita, sehingga perlu penanganan khusus agar dampak tersebut tidak menjadi 'penyakit' bagi para pencinta. 

Berikut ini akan dibahas beberapa tips dan cara-cara Stoa dalam mencinta, khususnya sebagaimana fungsinya sebagai vitamin sekaligus vaksin bagi para praktisinya.

Cinta dan Dikotomi Kendali

Sebagaimana telah sedikit disinggung di atas, ada bagian-bagian tertentu dalam cinta yang berada di luar jangkauan kita. Sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam mengelola respon dan tindakan kita ketika menyikapinya, dalam rangka agar tujuan utama dalam hidup yang berupa kebajikan (virtues) dapat tetap tercapai.

Rasa cinta pada hakikatnya adalah suatu pemberian yang kita sendiri tidak pernah tahu kapan rasa itu akan datang dan kepada siapa rasa itu ditujukan. Jikalaupun kita telah menentukan kepada siapa rasa cinta ini ingin disalurkan, belum tentu orang tersebut membalasnya dengan perasaan yang sama, karena bagaimanapun juga perasaan orang lain sudah jelas merupakan sesuatu yang berada di luar kendali kita.

Jika kita sudah memutuskan untuk menjadi pencinta, maka kita harus memaksimalkan sebaik mungkin hal-hal yang masih berada dalam kendali kita. Misalnya, jika kita naksir seseorang, dan berharap orang tersebut bisa menjadi pendamping hidup kita, maka kita harus berusaha sekuat tenaga agar kita menjadi pendamping hidup yang layak baginya, dengan cara senantiasa memperbaiki dan memantaskan diri, serta tidak hanya mementingkan ego demi kepuasan pribadi. Jika akhirnya pun orang yang kita cintai membalas dengan perasaan yang sama, maka tugas kita adalah menjaga perasaan cinta yang sudah ada dan saling terjalin tadi agar dapat terekspresikan dengan baik dan benar. 

Sehingga kita perlu memperhatikan nilai-nilai moral, susila, hukum, serta agama, agar segala aktifitas kita dalam menyalurkan cinta tetap menuju ke arah yang positif dalam jalur kebajikan. Inilah salah satu contoh fungsi filsafat Stoa sebagai 'vitamin' hati bagi para pencinta, sehingga ketika jiwa dan pikiran para pencinta telah diberi nutrisi yang baik, maka dampaknya pun akan menghasilkan sesuatu yang positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline