Kebutuhan listrik di Indonesia semakin hari semakin tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Namun, meningkatnya kebutuhan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan listrik. Akhirnya, beberapa kali Perusahaan Listrik Negara (PLN) terpaksa mengambil kebijakan melakukan pemadaman bergilir.
Selama ini, pembangkit listrik di PLN sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil, seperti solar dan batu bara. Padahal kedua bahan bakar tersebut tergolong sumber daya yang tidak terbarukan (suatu saat akan habis, red). Untuk itu diperlukan suatu alternatif sumber energi baru yang dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energy fosil.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang eksplorasi energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy, mencoba untuk mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi yang selama ini masih belum banyak digarap. Padahaldari hasil survey geologi, Indonesia merupakan Negara dengan potensi paling besar di dunia yakni mencapai 27.000 Mega Watt (MW) atau setara dengan 40 % cadangan dunia. Dari potensi sebesar itu, baru 1194 MW yang termanfaatkan.
Indonesia memiliki potensi sebesar itu sebab Indonesia termasuk dalamjalur gunung berapi aktif dunia atau biasa dikenal dengan Ring of Fire. Potensinya tersebar di seluruh kepulauan nusantara, terutama daerah yang dilalui oleh jalur tersebut, yaitu Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, Jawa dan Sumatera. Andaikata potensi tersebut benar-benar dimaksimalkan dalam 30 tahun, bahan bakar fosil yang bisa dihemat mencapai 465 juta barel.
Geothermal adalah salah satu sumber energi alami bumi yang terdapat di dalam perut bumi. Berasal dari interaksi panas batuan dan air yang mengalir disekitarnya. Panas yang terkandung di aliran air tersebut mengandung energi yang dapat dimanfaatkan. Geothermal termasuk sumber energi yang terbarukan (renewable, red) sebab panas tersebut berasal dari batuan panas di perut bumi yang akan selalu ada selama bumi juga ada. Energi geothermal juga sangat ramah lingkungan sebab nihil polutan.
Menurut catatan sejarah, sejak abad ke-9 sebelum masehi, energi panas bumi sudah dimanfaatkan manusia. Orang Romawi kuno sudah memanfaatkannya untuk mandi dan memanaskan ruangan. Sementara orang Maori dan Jepang memanfaatkannya untuk memasak. Pada tahun 1904, sumur uap yang berasal dari panas bumi dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik di Larderello, Italia. Sebelas tahun kemudian, listrik hasil dari panas bumi resmi dipasarkan.
Komponen utama dari sistem panas bumi adalah sumber panas, permeabilitas, batuan reservoir, batuan penudung dan fluida. Untuk dapat memanfaatkan energi tersebut, ada tiga tahap yang harus dilakukan, yakni eksplorasi, pengembangan, dan komersial. Pada tahap eksplorasi, terbagi lagi empat tahap, yaitu pendahuluan, geologi, geokimia, dan geofisika. Tahapan itu meliputi antara lain pemetaan geologi, kunjungan lapangan, dan analisa batuan di permukaan lokasi. Tahap ini biasanya memakan waktu sekitar dua tahun.
Setelah tahapan eksplorasi, insfrastruktur pendukung kemudian dipersiapkan. Mulai dari instalasi perpipaan, pompa, pengeboran kedalam sumber panas dan instalasi penampungan uap air yang keluar. Tahap ini memerlukan waktu selama dua sampai tiga tahun. Setelah tahap ini maka tahap komersialisasi atau penggunaan sudah bisa dilakukan. Durasi waktu untuk memanfaatkan energy dari panas bumi bisa mencapai tiga puluh tahun.
Selain sebagai pembangkit listrik, panas bumi memiliki banyak manfaat lain. Contohnya untuk terapi uap yang baik untuk kesehatan. Mengeringkan cengkeh dan vanili. Bahkan lokasi munculnya uap air dapat menjadi lokasi wisata yang menarik.
Berdasarkan potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia, seharusnya krisis listrik di negeri ini dapat ditanggulangi. Selain jumlahnya melimpah dan tersebar di beberapa pulau di Indonesia, sifatnya yang dapat diperbarui dan bebas polusi membuat sumber energi ini punya prospek besar, terutama untuk mengatasi krisis energi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H