Lihat ke Halaman Asli

Kreanova FPB UKSW: Mengolah Limbah Kubis Menggunakan Mesin Pencacah KubisTenaga Surya

Diperbarui: 12 Desember 2022   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Kelompok Pada Saat Expo Kreanova FPB UKSW. Dokpri

Kubis merupakan salah satu tanaman yang banyak menghasilkan limbah ketika musim panen. Limbah kubis biasanya berupa beberapa lapisan daun terluar yang bentuknya keropos karena dimakan hama. Daun-daun yang sudah tidak digunakan ini biasanya hanya dibiarkan begitu saja di atas lahan. Hal ini bisa mengundang binatang seperti lalat untuk hinggap di sekitar limbah tersebut. Ketika limbah menjadi busuk, hal ini bisa mengakibatkan aroma yang tidak sedap serta bisa menjadi sumber penyakit.

Limbah yang diolah dengan baik tidak akan menjadi sumber penyakit, melainkan bisa menjadi suatu manfaat. Limbah kubis bisa diolah menjadi beberapa produk, misalnya: pupuk organik dan pakan ternak. Sebelum limbah diolah, biasanya kubis dicacah terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih kecil. Dalam proses pencacahan, dibutuhkan sejenis alat atau mesin untuk memotong kubis. Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok 2 PKL Karya-Kreanova FPB UKSW membuat sebuah mesin pencacah kubis tenaga surya.

Mesin pencacah kubis tenaga surya ini merupakan mesin yang digunakan untuk mencacah limbah kubis dengan menggunakan tenaga surya. Mesin dibuat untuk membantu petani atau masyarakat dalam mencacah limbah kubis menjadi produk lain. Masyarakat tidak perlu risau akan tagihan listrik ketika menggunakan mesin ini. Hal ini dikarenakan tenaga untuk menyalakan mesin berasal dari tenaga surya (tidak perlu membayar).

Mesin pencacah kubis tenaga surya terdiri dari tiga komponen penting, yaitu rangka mesin, mesin pencacah, dan rangkaian tenaga surya. Rangka mesin berbentuk seperti balok berdiri atau seperti kulkas. Mesin pencacah terdiri dari dinamo dan pisau yang sudah dibentuk khusus. Rangkaian tenaga surya terdiri dari panel surya, aki, inverter, dan Solar Charger Controller (SCC).

Mesin ini memiliki cara kerja sebagai berikut:

  • Panel surya yang sudah dirangkai dengan aki, inverter, dan SCC akan menangkap sinar matahari dengan daya tertentu (tergantung seberapa terik sinar matahari).
  • Aki akan menyimpan daya yang sudah diserap oleh panel surya.
  • Inverter bisa dihubungkan ke aki, lalu inverter bisa dinyalakan. Inverter berfungsi untuk merubah arus listrik dari DC ke AC.
  • Kabel dinamo bisa dicolokkan ke inverter, lalu dinamo bisa dinyalakan.
  • Ketika dinamo menyala, pisau akan memutar dengan cepat.
  • Secara perlahan, limbah kubis bisa dimasukkan ke dalam lobang rangka mesin pencacah dan hasil akhir limbah yang sudah tercacah bisa didapat pada bagian bawah mesin.

Mesin pencacah kubis tenaga surya dapat berfungsi selama 15 menit – 30 menit dengan menggunakan panel surya. Hal ini dikarenakan kapasitas aki yang digunakan masih kecil dengan tegangan 12 volt 10 ampere dan bergantung dengan seberapa terik sinar matahari. Semakin besar kapasitas aki dan terik matahari, maka daya tahan mesin pencacah kubis bisa lebih lama.

Hasil cacahan dari mesin pencacah kubis tenaga surya memiliki kisaran diameter 0,1 cm – 2 cm. Hasil ini sudah cukup untuk bahan baku olahan limbah kubis seperti pupuk organik. Limbah yang sudah terpotong-potong menjadi lebih kecil dapat mempermudah bakteri untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam limbah kubis. 

Ketika bahan organik terurai, maka nutrisi yang terkandung di dalamnya dapat digunakan untuk organisme lain (pupuk organik untuk tanaman).

Desain Mesin Pencacah Kubis Tenaga Surya. Dokpri

Limbah kubis memang mempunyai efek yang merugikan apabila tidak diolah. Tetapi apabila bisa diolah dengan baik, maka limbah tersebut bisa menjadi manfaat baik secara lingkungan maupun ekonomi. Semoga kreasi mesin pencacah kubis tenaga surya dari Kelompok 2 PKL Karya-Kreanova FPB UKSW bisa menjadi cara untuk mengolah limbah kubis menjadi produk yang lebih bermanfaat. Terima kasih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline