Lihat ke Halaman Asli

Saya Dimarahi Kawan Gara-gara Baca Kompas

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu selepas kuliah berakhir saya menenteng sebuah koran KOMPAS dan sembari menunggu teman membaca beberapa artikel menarik. Kemudian datang seorang kawan dan menghampiri saya. Belum sempat saya membalas kabar atas pertanyaannya tiba-tiba saya diberikan sebuah petuah laiknya anak yang akan memasuki dunia belajar, harus begini dan begitu.

Lantas apa hubungannya dengan KOMPAS? Saya merasa kaget ketika kawan saya berkomentar kalau koran yang saya tenteng di atas tangan kanan adalah korannya orang nasrani dan masih menyimak beberapa kalimatnya, kamu tahu gak KOMPAS itu artinya KOMandan PAStur. Saya segera menyangkal dan merasa ga enak hati karena dinilai didepan kawan-kawan lainnya selepas shalat dzuhur berjama'ah.

Saya katakan jika ini koran nasrani mana buktinya dan apakah salah jika saya membaca isinya kemudian apakah saya terpengaruh dengan isinya,,,, teman saya terdiam dan sampai beberapa menit ke depan kawan saya yang bisa dibilang sangat tidak suka dengan koran yang saya baca menjadi berbeda siakpnya hanya karena saya sering membeli koran KOMPAS.

Saya hanya tersenyum....

Kemudian saya katakan beberapa alasan kenapa saya membeli koran yang saya sebutkan.

1. Radar Bogor? Karena koran ini lengkap dengan kedaerahannya, pokoke sebagian besar Bogor ada disini.

2. Republika? Koran yang satu ini punya kekhasan dengan simbolisasi Islam lewat artikel yang sangat fokus apalagi hari Jum'at.

3. Kompas? Artikel dan periklanan saya suka karena bermanfaat dan bahasanya tidak kasar, bukan koran murahanlah.

4. The Jakarta Post? Yang jelas saya dapat meningkatkan kosakata baru dan melihat dunia lebih jelas lewat materi didalamnya.

Beberapa media diatas saya jelaskan karena saya bilang jika kita membenci harus beralasan jelas. Dan saya pun menjelaskan kepada kawan saya, bukankah 3 surat kabar di perpustakaan tempat saya belajar salah satunya ada surat kabar KOMPAS dan disitulah seharusnya akhi (bahasa arab, sebutan untuk kamu laki-laki) menghargai orang lain dengan tidak menilai secara sepihak. Semenjak saat itu kawan saya tidak sesangar menatap saya seperti kali pertama bertemu saya dengan bacaan KOMPASnya. Pesan saya siapapun pemilik dan tujuan sebuah surat kabar,,, selama ada nilai baiknya dan tak mengganggu prinsip saya kenapa harus marah.

(Fahmi Awaludin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline