Di sebuah desa, akhir bulan Desember 2011, masyarakat sekitar disibukkan dengan mitos kehadiran sosok nenek tua yang menyeramkan. Ia adalah nenek gayung. Konon kabarnya sebutan itu tak lain karena kebiasaan nenek yang membawa gayung dan tikar pandan. Dan anehnya jika warga setempat menemui nenek yang satu ini tengah membawa gayung alhasil tujuh hari kemudian menjadi korban dan meninggal. Kontan saja pelbagai aktivitas yang biasa dilakukan baik di pos keamanan, pos pangkalan ojek sepeda dan lainnya mendadak diam, hanyut dibawa mitos yang terus berkembang di masyarakat. Jika hal ini tidak segera diantisipasi, khawatir korban semakin banyak.
Di akhir bulan tahun 2011 ini banyak sekali kejadian diluar batas nalar manusia yang kebanyakan merasa aneh dengan kejadian yang menimpa beberapa warga. Kasus yang terjadi pada salah satu pengojek sepeda di malam hari membuat pelajaran bagi semua warga agar hati-hati. Kejadian ini awalnya ketika tiga pengojeg sepeda tengah bercanda akan penumpang yang tak kunjung datang. Kemudian salah satu kawannya di ledek dan terus meledek satu dengan lainnya. Akhirnya satu pengojeg pun segera pulang karena ada urusan yang harus diselesaikan sedangkan dua lainnya masih setia menunggu langganan dan penumpang lainnya yang akan memakai jasanya.
Sepuluh menit kemudian saat ia tengah mengayuh rodanya dan melewati jalanan kampung yang sepi, tiba-tiba dikejutkan dengan sepedanya yang tak bergerak sampai ia pun merasa kebingungan. Muncullah sesosok nenek tua yang wajahnya terhalang oleh kerudung putih lecek yang samar-samar jika dilihat wajahnya. Bersamaan dengan itu semua, ia pun membawa gentong kayu dan tikar pandan. Percakapan pun terjadi diantara mereka, si pengojek yang akan pulang dan nenek tua yang tak tahu datangnya dari mana. Sempat kaget saat ditanya akan ke mana nenek itu saat sebagian besar warga tengah beristirahat. "Saya mau ke kali, .... mau mengantarkan saya tidak, anak muda?" Ucap nenek dengan suara yang menyeramkan.
Hampir sepuluh menit telah berlalu di tempat itu. Dan akhirnya dengan terpaksa si anak muda mengantarkannya ke tempat tujuan. Sayang kejadian yang tak diinginkan menimpanya dan menjadi korban atas mitos yang beredar di masyarakat, jika bertemu dengan nenek gayung, pastilah nyawanya akan melayang dan benar terbukti adanya.
Tujuh hari kemudian banyak kejadian yang menimpa warga. Diantaranya tiga anak muda yang tengah asyik dengan usahanya menjual burger. Hanya ada perbedaan dengan cerita diatas tepatnya bagaimana kejadian ini berlangsung. Dion yang mendapat tugas ke satu lokasi untuk mengantarkan pesanan burger dan saat yang bersamaan akan menyampaikan kejutan kepada pujaan hatinya tiba-tiba kebingungan mencari alamat. Untungnya pencarian pun tak berlangsung lama, hanya di tengah jalan menuju lokasi ia berhenti karena ada nenek tua yang lewat dan segera membantu. Padahal ia tak tahu kalau yang dibantu itu adalah nenek gayung yang selalu membuat warga resah dan takut akan nyawanya hilang. Tak terjadi apa-apa dan ia pun segera melewatinya untuk meneruskan perjalanan sampai ke lokasi dengan tepat.
Sesampainya di tempat, segera Dion mengeluarkan pesanan dari boks motornya dan sempat kaget karena yang memesan itu adalah Valentina, wanita gemuk yang akan dinikahinya itu. Sontak Dion kaget dan tak percaya kalau yang ada didepan wajahnya adalah Valentina dan diwaktu yang bersamaan saat Dion hendak megucapkan sesuatu dari mulutnya, ia tak percaya karena kalah cepat oleh calonnya itu. Di tempat tersebut ia mengucapkan maaf karena Valentina sudah memiliki calon baru dan lebih baik dari Dion, seorang karyawan di sebuah warung burger yang memiliki modal pas-pasan dan hanya memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap Valentina, wanita bertubuh gemuk itu. Kita putus saja dan saya sudah punya calon pasangan hidup dengan modal yang lebih dari cukup, ucapnya sembari sombong sambil memperlihatkan calonnya dan mobil putih didepan matanya.
Apa yang terjadi? Tentu saja Dion marah besar dan sedih sampai setiap orang yang melewatinya kena marah jika itu berkenaan dengan perasaannya yang lagi galau. Pengamen waria yang menghibur dengan balasan jasa beberapa rupiah setelah tampil sepertinya menjadi momok yang pas untuk dimarahinya. Padahal sebelumnya sempat dihibur dan diasongkan pisau tajam ke depan wajahnya oleh waria tadi. Namun dengan nekat yang besar, Dion semakin menjadi berang. Ayo bunuh saja aku, mau dimana aja terserah dengan suara yang begitu keras, ucap Dion di depan waria tadi. Akhirnya waria pun kabur dan ketakutan karena pikirnya orang ini stress berat.
Saat melewati jembatan panjang nan sepi, Dion memberhentikan motor matik putihnya dan mencoba bunuh diri dengan berdiri diatas tembok besar yang mengarah ke hilir sungai. Ditengah angin kencang dan derasnya air sungai malam hari. Ia berteriak dengan suara yang keras laiknya suara gelegar dari petir pada musim hujan. Mengapa hidup ini tak adil dan menimpaku Tuhan, apa salahku, Dion seolah-olah berorator tanpa tahu arahnya ke mana. Tidak berlangsung lama, niatnya pun segera dilakukannya dan semakin yakin dengan dirinya untuk bunuh diri atas perasaannya yang menimpa di malam hari itu.
Tangan kanan Dion terasa berat. belum sempat menoleh ke belakang ia tak yakin dengan berat tangannya itu dan bertanya ke wanita yang dia sendiri belum sempat menatapnya. Hanya dialog kecil yang terjadi di malam yang gelap sembari dikelilingi angin yang semakin malam, semakin besar. Kenapa kamu menghalangi niatku untuk bunuh diri. Nyawaku sudah tak berharga lagi, suara Dion dengan kerasnya. Pada akhirnya Dion turun dan mengikuti saran wanita berbaju merah itu. Namaku Dion dan aku sedang dirunut masalah yang besar. Malam ini adalah malam terakhirku dan jembatan ini jadi saksi atas hidupku, suara Dion dengan sedih meneteskan air mata yang tak henti-hentinya. Dion, jangan putus asa masih ada harapan yang lebih baik sekiranya kamu mau berusaha. Dan aku pun mau menjadi orang yang mengerti untukmu, Dewi sambil menatap wajah dan memperkenalkan dirinya di malam yang dingin oleh hembusan angin.
Saat itulah mereka, Dion dan Dewi, memulai persahabatan. Hampir setiap malam mereka bertemu di tempat yang sama, jembatan putih nan sepi. Dan tak sedikitpun Dewi memperlihatkan wajah aslinya yakni nenek gayung itu. Dion melewati hari-hari bersamanya tanpa sedikitpun merasa ketakutan atau terancam nyawanya. Dewi melihat Dion orang yang baik dan tak pernah cari masalah. Kepolosannya itu membuat Dewi semakin yakin kalau Dion adalah sosok anak muda yang baik dan tentu saja pekerja keras dalam menjalani hari-harinya. Makanya saat itu ia tak sedikit pun berpikir untuk membuat Dion terluka apalagi hilang nyawanya.
Dua teman di kosannya itu tak percaya saat Dion menyampaikan kabar sedih sekaligus baik. Sedih karena telah kehilangan Valentina dan hilang ditiup kabar bahagia karena terlah bertemu dengan sosok wanita berparas cantik, Dewi. Dua kawan di rumah yang sekaligus tempat jualan burger nya tak percaya dan pikir mereka Dion hanya omong kosong saja. Faktanya mereka pun percaya setelah menemukan sosok Dewi yang mempesona itu di satu waktu di tempat yang sama. Sayangnya ada rahasia yang mereka tidak tahu tentang Dion dan Dewi itu. Pesan Dewi hanya satu, jangan lupa untuk menjemputnya di setiap malam di tempat yang sama yakni jembatan. Padahal tempat ini begitu sepi dari aktivitas warga.