Lihat ke Halaman Asli

Kekecewaan Pengagum Yanuar Nugroho, Phd

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya Yanuar Nugroho. Orang Jawa yang berhasil mendapatkan gelar Doktor di Inggris. Saya mengenal sosok Yanuar Nugroho ketika ia masih belum menjadi Deputi Staf Kepresidenan Joko Widodo (Jokowi). Waktu itu di berbagai kota ia menjadi narasumber diskusi tentang masyarakat sipil dan konglomerasi media.

Saya mengenal Yanuar Nugroho juga melalui tulisan-tulisannya. Ia adalah sosok yang kritis dengan sistem neoliberal. Maklum sebelum menjadi akademisi ia adalah seorang aktivis. Saya pun mengagumi sosok seorang Yanuar Nugroho. Orangnya pinter, kritis tapi tetap rendah hati.

Waktu berlalu. Hingga pada saat Jokowi menjadi Presiden Indonesia ke-7, ia diangkat menjadi Deputi Staf Kepresidanan. Biasanya kursi empuk kekuasaan membuat seseorang berubah pikiran dan idealismenya. Semula saya yakin itu tidak terjadi pada seorang Yanuar Nugroho.

Namun setelah membaca Harian KOMPAS pagi ini (16/4), pandangan dan kekaguman saya terhadap sosok Yanuar Nugroho berubah 180 derajat. Setelah menempati kursi Deputi Staf Kepresidenan ternyata Yanuar Nugroho berubah. Di Harian KOMPAS, ia mengatakan bahwa terkait dengan privatisasi air, saat ini bukan lagi saatnya memperdebatkan pengelolaan air bersih oleh siapa. Arti dari pernyataan itu adalah Yanuar Nugroho tidak lagi mempermasalahkan bila air itu dikuasai korporasi besar. Padahal sudah jelas bahwa air adalah hak asasi manusia. Karena merupakan hak asasi manusia maka, negara wajib untuk memenuhi itu. Di Pasal 33 UUD 1945 juga jelas disebutkan bahwa, "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."

Saya yakin seorang Yanuar Nugroho memahami konsep air sebagai hak asasi manusia dan amanat Pasal 33 UUD 1945. Dulu saya berharap keberadaan Yanuar Nugroho di kursi Deputi Staf Kepresidenan bisa memasukan ide-ide kerakyatan yang pernah ia sampaikan saat masih menjadi aktivis dan akademisi, dan bukan menjadi orang yang membenarkan proyek privatisasi sumberdaya alam di negeri ini. Nampaknya, empuknya kursi Deputi Staf Kepresidenan telah membuat sosok Yanuar Nugroho berubah. Saya seperti tidak lagi mengenal sosok seorang Yanuar Nugroho.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline