Lihat ke Halaman Asli

Mico Nopriansyah

Penulis Lepas/Mahasiswa

Midjourney? Masa Depan atau Ancaman?

Diperbarui: 5 Desember 2023   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monalisa versi Da Vinci vs Ai Midjourney (sumber:  SimplyKaala)

Dalam dunia yang dipenuhi dengan bakat-bakat langka, kemampuan untuk menciptakan seni telah menjadi ungkapan emosi manusia yang tak ternilai. Seni visual telah menjadi media bagi seniman untuk menuangkan perasaan dan imajinasi mereka. Namun, bayangan akan masa depan seni visual tampak redup seiring munculnya teknologi yang mampu menciptakan karya seni tanpa kalah dengan sentuhan tangan seorang pelukis. Ancaman terhadap eksistensi seni tradisional meruncing, dan pertanyaannya pun muncul: Apakah masa depan seni akan tetap bersinar di era teknologi ini?

Dalam era kemajuan teknologi yang pesat, tampaknya tidak ada aspek kehidupan yang luput dari sentuhan inovasi. Keberadaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi pemandangan yang semakin umum, membawa kontroversi seiring pertanyaan mengenai sejauh mana peran manusia dapat digantikan. Salah satu bidang yang tengah merasakan dampak perubahan ini adalah seni, yang kini mulai dijajah oleh teknologi AI yang dikenal sebagai MidJourney.

MidJourney adalah suatu platform atau bot yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan gambar berdasarkan teks perintah pengguna. Ini menarik karena menunjukkan bagaimana teknologi AI dapat digunakan untuk menciptakan konten visual berdasarkan input verbal atau berbasis kata-kata.

Prosesnya sederhana dan terintegrasi dengan Discord yang dimana pengguna hanya perlu memasukkan perintah seperti "lukisan orang ceria" dan melihat bagaimana AI menginterpretasikan dan menghasilkan gambar sesuai dengan deskripsi tersebut. Ini mencerminkan perkembangan dalam bidang generasi gambar AI.

Dengan kecepatan dan efisiensi yang mengagumkan, MidJourney membuktikan diri sebagai teknologi yang sangat overpower dalam menciptakan karya seni. Dalam waktu singkat, hanya dalam hitungan menit, platform ini mampu menghasilkan karya seni yang mungkin akan memakan waktu 7-10 jam bagi seorang seniman konvensional.

Pertanyaan yang muncul pun semakin mendalam: Apakah MidJourney hanyalah inovasi canggih yang mempercepat proses kreatif, ataukah sebaliknya, menjadi ancaman bagi seniman konvensional? Kemudian juga muncul pertanyaan tentang nilai seni, apakah sebuah karya yang diciptakan dengan cepat dapat menyamai keunikan dan kedalaman hasil karya yang melibatkan perasaan dan pengalaman manusia.

Dalam pandangan saya, fenomena MidJourney menciptakan suatu pergeseran paradigma dalam landasan seni. Seperti yang diungkapkan oleh Van Gogh, bahwa seni melibatkan usaha, kekecewaan, dan ketekunan. Kehebatan MidJourney dalam menghasilkan karya seni dengan cepat merupakan tonggak signifikan dalam perjalanan inovasi teknologi. Dalam konteks positif, kecepatan MidJourney dapat dianggap sebagai peluang bagi seniman untuk mendalami aspek-aspek konseptual dan eksperimental kreativitas mereka dan membuka pintu bagi eksplorasi ide-ide baru dan memungkinkan fokus pada dimensi intelektual seni.

Namun, di balik kemudahan ini, dirasa penting untuk merenungkan kembali keunikan seni yang melekat pada karya tangan manusia. Proses kreatif yang melibatkan tangan dan jiwa seorang seniman memberikan dimensi yang sulit digantikan oleh kecerdasan mesin.

Meskipun begitu, saya melihat potensi besar untuk kolaborasi antara seni manusia dan teknologi seperti MidJourney. Kolaborasi ini dapat membuka pintu menuju eksplorasi yang lebih mendalam dan inovatif dalam dunia seni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline