[caption caption="V Sign Jokowi (Pic Source: Merdeka.com)"][/caption]Ada body language yang berlaku sangat universal, namun ternyata ada juga yang sangat berbeda serta tergantung bangsa dan budaya dimana gesture itu digunakan. Setelah menulis tulisan ini: Bahasa Tubuh Aduhai. Saya ingin sekarang ini menuangkan beberapa hal yang masih ada sangkut pautnya dengan body language tersebut dalam tulisan saya kali ini.
Apa yang ada dibenak Anda membaca judul di atas? V-sign? Hahaha... jangan-jangan pikiran kita langsung melambung tinggi ke angkasa memikirkan hal yang tidak-tidak. V-sign itu adalah Victory Sign, atau biasa dilambangkan dengan jari telunjuk dan jari tengah diangkat bersama-sama. Itu semasa pilpres Presiden yang lalu antara Jokowi dan Prabowo, oleh Jokowi dilambangkan dengan “salam dua jari”.
Lantas jempol sign itu apa? Itu adalah thumb-up atau tanda okay, good, bagus, hebat, dan lain sebagainya. Tetapi apakah maknanya memang akan selamanya seperti itu? Belum tentu. Nah, ini dia, sebentar lagi kita akan coba menyelam lebih dalam lagi mencari tahu simbol-simbol dan gestur yang selama ini sudah kita kenal baik.
OK sign dikenal juga dengan cara ujung jari telunjuk dan jempol bertemu membentuk simbol huruf ‘O’, makanya ia juga disebut dengan “Ring Gesture”. Ini juga lumayan unik dan menarik untuk dipelajari. Sungguh.
The Ring Gesture atau ‘OK’ Gesture
[caption caption="OK Sign (Pic Source: depositphotos.com)"] [/caption]Menurut catatan sejarah, tanda okay ini dipopulerkan di Amerika Serikat pada sekitar awal abad ke-19, oleh media-media masa saat itu. Nampaknya ini dilakukan media kala itu untuk sekedar untuk mencari cara penulisan atau dengan memberi tanda tertentu dalam rangka mempersingkat sebuah frasa, sehingga tulisan panjang dapat diperpendek tanpa mengubah maksud.
Ada begitu banyak variasi yang lalu kemundian muncul tentang inisial ‘OK’ ini. Ada yang percaya bahwa tanda ‘OK’ ini sebetulnya adalah gambaran dari “All Correct” dimana dalam perjalanannya terjadilah misspelled dan berakibat berubahnya inisial tersebut menjadi “All Korrect”. Sementara itu, ada juga yang mengatakan bahwa OK itu adalah lawan dari KO (Knock Out). Masih ada juga teori populer lainnya yang mengatakan bahwa OK itu adalah singkatan dari “Old Kinderhook”, berasal dari kampung kelahirannya Presiden Amerika yang kala itu menggunakan inisial KO tersebut dalam setiap kampanyenya.
Teori mana yang paling betul? Mungkin tidak ada yang pernah tahu. Tetapi nampaknya simbol cincin itu sendiri sudah melambangkan huruf ‘O’. Tanda ‘OK’ juga akhirnya merambah sangat cepat sampai ke Inggris dan negara-negara berbahasa Inggris lainnya, lalu kemudian ke Asia.
Nah sesuai perkembangannya akhirnya tanda OK ini, dimana jari telunjuk bertemu ujung jari jempol membentuk cincin atau huruf ‘O’ tersebut lalu mendapat artian baru sesuai budaya setempat yang memakainya. Tidak melulu sebagai tanda “Okay” semata. Sebagai contoh, di Perancis tanda tersebut dapat diartikan sebagai ‘zero’ atau ‘nothing’. Di jepang bisa berarti uang (money). Di beberapa negara mediteranian tanda itu adalah orifice signal, lalu sering digunakan untuk menyimpulkan seorang laki-laki itu homoseks.
Makanya, bagi kita, apalagi yang gemar travel atau bepergian sampai ke empat penjuru mata angin, ingatlah ini, dan patuhilah safest rule to travel berikut ini: ‘When in Rome, do as the Romans do’. Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang macan mengaum. Ini tentu dengan sendirinya dapat menolong kita tidak terjebak dalam sebuah situasi memalukan ketika menggunakan tanda-tanda atau simbol yang dibenak kita sudah kita rasa okay dan mantap top markotop. Hehehe....eeeh...padahal budaya lain belum tentu berpandangan yang sama.
Tanda Jempol (The Thumb-Up Gesture)