Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Kenapa Kita Butuh ISIS?

Diperbarui: 15 Januari 2016   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teror adalah sesuatu yang tidak diinginkan siapapun. Saya tidak suka. Anda juga pasti tidak suka. Siapapun tidak akan suka diteror.  Meneror seseorang adalah perbuatan sangat tidak manusiawi dan tidak beradab.

ISIS sudah melakukan teror di banyak tempat di dunia ini. Nah, maaf saja kali ini saya tidak mau menulis tentang ISIS yang biadab itu. Lha terus ISIS apa lagi sih?

Pernakah Anda mendengar istilah ISTI? Ya, itu adalah singkatan dari Ikatan Suami Takut Istri. Meskipun sesungguhnya itu bukanlah sebuah organisasi. Tetapi pada kenyataannya istilah ini muncul adalah oleh karena sikap suami istri yang tidak saling menghargai.

Anda bayangkan saja ketika ada istri yang sangat galak yang selalu saja merongrong suaminya. Apapun tindakan sang suami pasti dianggap salah. Mau ini dan itu salah...Mau beli kabel pendek saja harus minta izin dulu. Apa pun harus atas "restu" istri dulu. Suami tidak lagi dianggap sebagai kepala rumah tangga. Tidak lagi dihormati sebagai imam dalam keluarga.

Lama kelamaan sang suami terkondisi sebagai sosok yang,"takut istri". Istilah ISTI pun semakin populer. Lalu kemudian muncul pertanyaan apakah memang kebanyakan suami takut sama istrinya? Soalnya hampir tidak pernah kita mendengar ada istilah IITS, yakni Ikatan Istri Takut Suami. Hahaha.....

Sebagai suami kita tentu bisa saja mengatakan bahwa kita itu sebetulnya tidak takut namun sayang.Ya, dan karena terlalu sayang itulah juga maka terkadang suami tak pernah bisa menolak permintaan istrinya. 

Di lain pihak istri harus menjadi penolong yang sepadan (ezer) terhadap suaminya, bukan sebaliknya malah menjadi herder yang galak. Bukannya menjadi penolong malah terus terusan merongrong. Anda tau siapa yang akan menderita? Keduanya.

Untuk banyak hal, tidak boleh gegabah menyatakan diri paling benar dalam sebuah hubungan suami istri. Keduanya mestinya menganggap pasangan masing masinglah yang baik dan benar. Bukan justru setiap kali bertikai masing masing menganggap diri paling baik dan paling benar.

"Kalau bukan karena saya maka kamu itu dulunya bisa saja sudah jadi perempuan kumal dan hidup tak menentu...."

Istri tak mau kalah, "Kamu tu yah....kalo ngomong gak pake otak...saya justru yang merugi kawin sama kamu padahal saya bisa dapat yang seganteng Afgan, kalo kamu kan masih mendingan monyet tuh......" Wah, kalo begini apa jadinya yah? Yang satu kumal dan yang satu monyet? Bisa bisa anak yang lahir adalah monyet kumal?

Saling menghargai dan menghormati dalam sebuah rumah tangga itu sangat penting, bahkan teramat penting untuk diabaikan. Istilah ISTI itu sebetulnya tidak harus ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline