Amerika adalah negara yang berkelimpahan "susu dan madu". Lalu kemudian New York menawarkan segalanya. Very good! Apa yang Anda cari dapat ditemui. Sementara itu kota Manhattan menghadirkan kilauan barang-barang branded bagi kaum terpelajar dan yang kantongnya penuh uang.
Nah, saya punya beberapa pengalaman nyata yang telah menampar sisi kamanusiaan saya begitu rupa, secara telak. Dan hal ini, kelak yang membuat saya dikemudian hari harus kembali mereview perjalanan hidup saya berulang-ulang, sampai pada suatu titik yang sungguh berbekas dalam hati. Tak pelak, ini jugalah yang akhirnya mengubah banyak hal dalam hidup saya, termasuk tentang cara pandang saya memaknai tujuan hidup yang sesungguhnya.
Kalau New York dan Manhattan menawarkan banyak hal luar biasa, maka bagi saya pribadi, kota pinggir pantai Atlantic City tetaplah menjadi pilihan utama dan 'surga' saya selama bertahun-tahun.
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan lama sebelumnya, bahwa Atlantic City (AC) di NJ adalah tempat gambling nomor dua 'terlaris' di Amerika setelah Las Vegas tentunya. Bagi saya tempat ini ajaib.
Di dalam gedung-gedung bertingkat seperti Taj Mahal punyanya Donald Trump, juga Ceaser Palace dimana pertandingan tinju tingkat dunia sering diadakan, termasuk ketika masa jayanya Mike Tyson, di sana itu hadir berbagai macam ragam casino kelas atas sampai kelas kuli. Menawarkan segala macam daya tarik magis yang membuat siapapun yang berani masuk bakalan lupa keluar.
Ruang-ruang casino megah itu seakan sengaja dibangun tanpa jendela, juimlah pintunya sedikit, dan tidak ada jamnya. Supaya apa? Sangat bisa jadi supaya yang datang bermain lupa waktu dan lupa pulang, lalu terus menyetorkan pundi-pundi dolar mereka seakan tanpa batas.
Saya menjadi 'pelanggan setia' tempat-tempat ini selama dua tahun pertama. Menjadikan hidup saya seakan bergelimang kebahagiaan, serempak merasakan penghargaan amat tinggi, padahal sama sekali tidak. Semuanya itu semu belaka.
Saya menghamburkan ratusan dolar dalam semalam. Pernah beberapa hari tidak pulang, bersama kawan-kawan yang lain kita terus 'berburu' kemenangan. Mengadu keberuntungan di jalan yang (ternyata) salah. Begitu seterusnya. Brain washed itu ternyata memang nyata adanya.
Jujur ini adalah manifestasi kebiasaan mempelajari hal baru secara serampangan. Saya yang tadinya coba-coba akhirnya ketagihan.
Tamparan Sisi Kemanusiaan
Semenjak bergaul di lingkungan yang salah, saya menjadi begitu tertutup untuk mengambil peran pada kegiatan sosial dan kemanusiaan. Saya tidak mau tau lagi, yang penting enjoy. Take good care your own bussiness.