Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Toar dan Lumimuut, Keturunan Pertama di Tanah Minahasa (IV - Terakhir)

Diperbarui: 16 Oktober 2015   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Konon, inilah waruga (kuburan kuno Minahasa) Toar dan Lumimuut (Pic Source: www.minahasa.go.id)"][/caption]

Pengantar: Ini adalah tuturan sebuah legenda di tanah Minahasa, yaitu Toar dan Lumimuut, manusia-manusia pertama di tanah Minahasa. Legenda ini, coba saya tuliskan kembali menurut versi, imaginasi, dan gaya saya. Karena panjang, maka tulisan ini akan tersajikan bersambung. Selamat menikmati sajian dari tanah Minahasa ini. (Namanya legenda ya tetaplah legenda. Jangan ada yang lantas mengatakan bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Namun legenda adalah warisan budaya yang mesti juga kita hormati.) Bagian I BACA DI SINI BAGIAN II BACA DI SINI Bagian III BACA DI SINI

***

Setelah berbulan-bulan lamanya pengembaraan mereka, tanpa diduga Toar bertemu Lumimuut, ibunya, di sebuah hutan di kawasan Tingkolongan yang gelap.

Dengan hanya diterangi sinar bulan, Toar sekilas melihat wajah ibunya yang cantik rupawan itu. Lumimuut pun akhirnya bertatap pandang dengan Toar, namun saat itu ia sama sekali tidak mengenali wajah anaknya yang sudah ditumbuhi jambang dan kumis lebat. Wajah Toar juga sudah berubah warna akibat terbakar sinar matahari.

Toar kemudian bertanya, “Apakah kamu memegang tongkat yang sama dengan yang aku pegang?” Lumimuut mengangkat tongkat yang dia bawa dan ternyata tongkat mereka tidak sama panjang ukurannya. Toar pun mengajak Lumimuut untuk menikah supaya dapat menghasilkan anak cucu sesuai pesan Karema. Seketika Lumimuut sadar bahwa yang berbicara di hadapannya itu sesungguhnya adalah anaknya sendiri. Ia terpekur diam.

Lumimuut tidak langsung mengiyakan permintaan Toar, tetapi ia justru mengajak Toar untuk kembali menemui Karema supaya nanti diberikan pengertian dan pendapat mengenai apa yang harus mereka lakukan. Toar menyetujui, maka kembalilah mereka ke pegunungan Wulur Mahatus untuk meminta pendapat Karema.

Berbulan-bulan lamanya waktu kembali mereka tempuh untuk pulang menemui Karema. Setelah bertemu Karema, maka dua tongkat yang dibawa mereka itu kembali dibandingkan dan disandingkan, ternyata memang Karema dapat melihat secara jelas bahwa keduanya tidak sama panjang ukurannya.

Karema menyuruh mereka berdua untuk mendekat, lalu berkatalah Karema, “Karia u ngaran ni Wa’ilan, yah nima zei’ mo u ma’ina’ an nio” (Dengan nama Yang Maha Mulia, kamu berdua tidak lagi sebagai ibu dan anak). Karema melanjutkan, “Akaz I nania wo mange, ya Tou sana awu-mo kamu.” (Mulai sekarang dan seterusnya, kamu berdua sudah menjadi suami-istri). Karema berdoa supaya suami-istri baru ini hidup dalam kehidupan yang penuh berkat dan tetap terus dalam pengasihan Opo Wailan Wangko. Karema sebagai Pendeta dan orang dituakan yang kemudian menikahkan Toar dan Lumimuut.

Karema lantas mengajak Toar dan Lumimuut untuk pergi ke daerah di sekitar pegunungan Lolombulan dan Sinonsayang, karena di sanalah ia hendak mengadakan upacara pemberkatan pernikahan Toar dan Lumimuut. Untuk mengabadikan penyatuan sebagai suami istri antara Toar dan Lumimuut, maka Karema melukiskannya pada sebuah batu abadi, yang bernama Watu Lutau. Batu itu masih dapat disaksikan oleh keturunan-keturunan Toar Lumimuut sampai saat ini. Lukisan Karema pada batu itu adalah gambaran tentang sepasang kekasih (Toar-Lumimuut) sedang bergandengan tangan. Tempat itu kemudian menjadi desa Lutau / Tinondeyan / Tondei. Tempat yang menjadi saksi dipersatukannya Toar dan Lumimuut oleh Karema.

Karema saat itu bertindak sebagai Pendeta, ia lalu memberkati Toar dan Lumimuut, lalu kemudian ia sendiri menetapkan sebuah janji untuk hidup bersama kedua suami-istri baru ini sampai batas akhir hidup mereka. Karema adalah ibu (orang tua) dan Pendeta bagi kehidupan suami-istri baru itu. Ia terus mendampingi sampai Toar dan Lumimuut beranak-cucu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline