Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Kisah Pemenggalan Kepala Sophie

Diperbarui: 11 September 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sophie Scholl (pic source: therebelution.com)"]
[/caption]
Sophie Magdalena Scholl adalah seorang wanita muda cantik. Ia lahir tanggal 9 Mei 1921 di Forchtenberg, Jerman. Dua puluh satu tahun kemudian dia meninggal karena kepalanya dipenggal. Dia meninggal di usianya yang relatif muda, masih 21 tahun. Sophie adalah salah satu anggota gerakan perlawanan bernama Mawar Putih (Weiße Rose) ketika Adolf Hitler dan Nazi Jerman berkuasa.

Banyak di antara kita mungkin tidak mengenal siapa Sophia Scholl ini, namun perjuangan, harapan, dan kehidupannya telah mengajarkan kita sebuah kisah pedih menyayat hati, namun tentu juga memberi berkas-berkas harapan. Kisah perjuangan gadis muda yang tak mengenal takut, bahkan ketika kepalanya menjadi taruhannya.

[caption caption="Sophie Scholl - Final Days (pic source: iamlark.wordpress.com)"]

[/caption]

Pada tahun 1932 Sophie masuk sekolah menengah khusus untuk perempuan. Pada usianya yang masih 12 tahun ia sudah memilih untuk bergabung dengan Bund Deutscher Mädel, sebuah liga wanita Jerman kala itu. Nah, pada usianya yang belasan tahun itu dia ternyata sudah menyukai politik, bahkan ia sangat mahfum logika politik berpikirnya bapak dia yang sangat anti Hitler kala itu. Dia juga mengamati berbagai pandangan politik teman-teman dan guru-gurunya di sekolah. Sikap dan pandangan politik menjadikan dirinya lebih awas dan mawas dalam memilih teman. Ia menjadi suka dunia politik juga adalah oleh karena kisah penangkapan saudara-saudara dan teman-temannya pada tahun 1937 yang saat itu kedapatan berpartisipasi dalam "Gerakan Pemuda Jerman". Kisah penangkapan ini meninggalkan bekas mendalam dalam hatinya Shopie.

Pada tahun 1942, ia masuk universitas di Munchen mengambil jurusan biologi dan filsafat. Pada tahun yang sama, gadis muda ini memutuskan untuk bergabung dengan “organisasi bawah tanah” Mawar Putih (White Rose). Selama berada di organisasi tersebut, ia dan anak-anak muda lain yang juga sudah menjadi anggota Mawar Putih tersebut, dengan tak kenal lelah terus bekerja dan berjuang. Mereka membangun gerakan-gerakan untuk menentang kepemimpinan Hitler dan Nazi. Ia turut berkampanye dan menyerukan pendapatnya yang anti Nazi ke teman-temannya yang lain. Selebaran-selebaran mereka sebarkan ke sebanyak mungkin penduduk negeri yang bisa dijangkau, berawal dari teman-teman kampus tentu saja.

Setahun kemudian, di bulan Februari 1943, ia ditangkap di Universitas Munchen. Empat hari setelah ditangkap, ia divonis hukuman mati oleh hakim Roland Freisler. Hukuman yang harus dijalani Shopie ini adalah ia mesti mati dengan cara pemenggalan kepala. Guillotine. Beheaded. Tidak hanya Shopie, namun yang akan dihukum mati bersamanya ada juga kakaknya yaitu Hans Scholl dan teman seperjuangannya, Christoph Probs. Mereka bertiga dianggap telah mengkhianati pemerintah saat itu. Ketiganya dieksekusi di penjara München-Stadelheim.

Menjadi pembelajaran amat berarti bagi segenap anak muda Jerman saat itu. Apakah mereka kemudian menjadi takut? Ternyata tidak. Semakin dibabat maka semakin merambat. Demikianlah perjuangan anti Nazi terus berkembang di Jerman, pun setelah ketiga pentolan muda ini mati dihukum. Saat dihukum mati, Hans berusia 24 tahun, Christoph berusia 22 tahun, dan Sophia 21 tahun. Masih sangat muda.

Kisah perjuangan Shopia dan kawan-kawannya dapat kita baca secara detail di banyak buku yang sudah terbit sejak lama. Ada buku ‘the white rose’ (tahun terbit 1970) yang ditulis oleh Inge Scholl. Ada juga buku-buku lain yang ditulis oleh umpamanya Richard Hanser dan Anton Gill. Kisah tentang keberanian, kehormatan, prinsip hidup, dan perjuangan anak-anak muda ini memang pantas untuk dibaca dan dikisahkan kembali.

Ada cerita unik yang dapat kita baca di salah satu buku tersebut, yaitu kisah tentang perjuangan-perjuangan awal mereka. Sebetulnya Hans dan Sophie Scholl sama seperti kebanyakan pemuda Jerman lainnya, mula-mula mereka itu begitu antusias mendukung Hitler dan Nazi. Bahkan mereka sempat bergabung dengan ‘Hitler Youth’. Mereka mengagung-agungkan dan memuja Hitler. Rupanya saat itu mereka percaya bahwa Adolf Hitler adalah memimpin Jerman yang dapat mengangkat orang-orang Jerman dan bangsa Jerman kembali ke kebesarannya, sebagai sebuah bangsa yang dihormati dan disegani. Mereka keliru.

Ayah mereka, Robert Scholl berpendapat lain. Ia yang sudah sejak semula menentang Hitler dan Nazi mengatakan kepada anak-anaknya bahwa Hitler dan Nazi itu pasti hanya akan memimpin dan membawa Jerman menyusuri sebuah jalan menuju kehancuran. Seiring berjalannya waktu, Hans dan Sophie akhirnya mulai menyadari bahwa apa yang ayah mereka katakan itu benar. Mereka lalu menyimpulkan bahwa, atas nama kebebasan dan kebaikan yang lebih besar dari bangsa Jerman, Hitler dan Nazi ternyata justru memperbudak dan menghancurkan orang-orang Jerman sendiri dengan tingkah dan cara sadis mereka.

Sophie dan Hans kini menjadi penentang Hitler dan Nazi…

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline