Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Cerita Perubahan Sosial Tahun 2036 dari Seorang Time Traveler

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

John Titor, demikianlah nama orang yang ingin saya ceritakan kali ini. Mungkin banyak yang belum mengenalnya, tapi saya yakin ada banyak juga yang sudah pernah mendengar kisah orang ini. John Titor adalah seseorang yang mengklaim dirinya datang dari masa depan, tepatnya dari tahun 2036.Kisahnya sudah beredar lama. Ada yang percaya, tapi jauh lebih banyak yang menolak cerita Titor tersebut.

Titor mengatakan bahwa perjalanan waktu itu memungkinkan. Ia membenarkan bahwa apa yang disebut sebagai "Everett–Wheeler model of quantum physics" sangatlah tepat. Model ini lebih dikenal para ilmuwan dengan sebutan many-worlds interpretation. Artinya, apapun kemungkinan perjalanan waktu yang Anda lakukan. Akan selalu terjadi di ‘universe’ yang berbeda. Itu sebabnya, ia dapat berkunjung ke masa lalu (atau masa depan) tapi tidak bisa mengubah sejarah. Dengan modul seperti ini, kendala perjalanan waktu yaitu ‘grandfather paradox’ tidak mungkin terjadi. Anda tidak mungkin pergi ke masa lalu untuk membunuh kakek Anda, karena perjalan ke masa lalu itu terjadi pada ‘Timeline’ yang berbeda. Tahunnya saja yang sama, tapi timeline-nya beda.

Tapi okelah, apapun teori dan perdebatan tentang perjalanan waktu (time’s traveler) bukan itu yang hendak saya bahas. Tapi sesuatu yang menarik yang diungkapkan Titor, ketika ia ditanya bagaimana keadaan bumi pada 2036 itu. Saat dia masih di sana. Bahwa kemungkinan-kemungkinan apa yang ia ceritakan sekitar tahun 2001-2002 tentang keadaan tahun 2036, akan segera kita alami soon enough.

Ia mengatakan bahwa tahun 2036 tersebut, mereka (orang yang hidup saat itu) mengalami banyak sakit penyakit akibat radiasi. Lantas karena lingkungan sudah dipenuhi oleh radiasi-radiasi yang begitu besar, produksi dan rantai makanan pun akhirnya dilokalisasi (jadi bukan judi dan pelacuran yang dilokalisasi melainkan makanan he he he). Kehidupan mulai terkotak-kotak dalam suatu system komunitas per komunitas. Segala sesuatu diusahakan sendiri-sendiri.

Mereka juga menghadapi tantangan yang amat besar untuk membersihkan lingkungan yang sudah terkontaminasi itu. Air bersih dikumpulkan, disaring, dan diadakan untuk komunitas per komunitas saja. Mereka makan daging dari hasil ternak yang mereka pelihara sendiri. Makan buah dari hasil tanaman sendiri. Sistem pasar sudah berubah secara total. Mall-mall raksasa sudah tidak kelihatan lagi.

Nah, tahun 2036 itu katanya genetic engineering dilakukan secara bebas. Tapi tentu saja tetap memiliki dampak baik dan buruk. Ada yang setuju, ada yang menolaknya. Sama saja dengan penggunaan teknologi lain di mana pro dan kontra selalu saja bermunculan.

Masalah sekolah dan pendidikan telah melalui banyak perubahan besar. Sekolah-sekolah pada tahun 2036 menurutnya tidak lagi didoktrinisasi secara politis. Sekolah tidak ada lagi yang dijadikan ajang mencari untung. Sistem pendoktrian terhadap sekolah-sekolah sudah lenyap sama sekali. Yang tertinggal hanyalah para siswa dibiarkan untuk “learn how to learn”. Sebuah dasar bersekolah dan pendidikan yang sesungguhnya. Para siswa pun dapat menjadi apa yang mereka inginkan. Apapun itu.

Dan oleh karena aktivitas dari tiap komunitas berbeda-beda, maka penekanan pada pelajaran bahasa, membaca, dan matematika mesti disesuaikan dengan ketrampilan yang dibutuhkan dan diutamakan oleh komunitas bersangkutan. Sebagai contoh, satu sekolah pada satu komunitas tertentu mungkin penekanannya adalah lebih kepada perkebunan dan pertanian, sementara komunitas yang lain cenderung kepada soal perkayuan. Jadi masing-masing punya ‘selera’ dan kebutuhan tersendiri. Guru-guru menyesuaikan dengan kebutuhan tiap komunitas, jadi tidak ada penyeragaman. Spesifikasi lebih diutamakan.

Pada tahun 2036 itu, ‘gaya hidup’ dan kegiatan dalam komunitas sudah berubah. Setiap orang memiliki ‘nilai’ tersendiri berdasarkan kontribusi masing-masing dalam komunitas tersebut. Pekerjaan-pekerjaan diatur dalam lingkup internal tiap komunitas, bukan campur tangan pihak luar. Biasanya, menurut Titor, setiap komunitas memiliki anggota sekitar 1000 sampai 4000 orang. Jika seseorang atau seluruh anggota keluarga hendak pindah ke komunitas yang lain, mereka harus terlebihi dahulu diinterview oleh dewan pimpinan komunitas. Dalam proses perpindahan ini, ketrampilan orang tersebut akan dievaluasi, kalau memang ia sangat dibutuhkan serta mempunyai keahlian yang cocok untuk komunitas lain yang hendak ia tuju, permohonannya akan disetujui.

Masih banyak yang Titor ceritakan. Tapi saya sudahi saja ceritanya sampai di sini. Saya khawatir Titor marah he he he...

Lantas apakah memang Titor benar-benar datang dari tahun 2036? Susah untuk mempercayainya. Tapi paling tidak, kita sudah disuguhi hiburan dan sekaligus pelajaran. Siapa tahu, kalau umur kita panjang dan boleh menapaki tahun 2036 dengan selamat, dan umpamanya apa yang dikatakan Titor itu benar, maka kita sudah siap. Who knows.....

Selamat hari Senin, Folks!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline