Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Mengucap Syukur Gampang atau Susah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13516537391132133221

Bersyukurlah Dalam Segala Hal

[caption id="attachment_213940" align="aligncenter" width="502" caption="Ilustrasi nyata mengucapsyukur. Sumber: http://miftahunnikmah.blogdetik.com"][/caption]

Setelah menyelesaikan kuliah saya di Indonesia saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Amerika untuk menyelesaikan beberapa tugas keluarga. Tapi secara bersamaan saya mendapatkan tawaran untuk bekerja sekaligus belajar di sana. Target saya yang mestinya pulang secepatnya ke Indonesia tidak kesampaian, karena ternyata saya harus tinggal cukup lama di negeri orang tersebut.

Lebih dari sepuluh tahun saya tinggal dan bekerja di negeri Paman Sam. Rupa-rupanya terlambat pulang ke Indonesia membawa keberuntungan tersendiri bagi saya. Bukan karena saya mendapat gaji dollar, lebih dari itu, yaitu saya mendapatkan kesempatan untuk belajar banyak hal. Belajar tentang bagaimana hidup di kota super megah, belajar budayanya, belajar mandiri, dan masih banyak pelajaran lainnya.

Keberadaan saya di sana telah membentuk karakter dan kepribadi dalam menghadapi masalah. Untuk menjadi lebih kuat dan tegar to face all problems and to keep calm no matter what. Pembaca tahu sendiri kan bagaimana hidup di negeri orang? Untuk makan mesti masak sendiri, baju kotor cuci sendiri (ya iyalah masak orang lain yang nyuciin sih?), belanja sendiri, nyapu rumah sendiri, pokoknya apa-apa mesti dilakuin dan dilakonin sendiri. Tidak pakai pembantu, tukang kebun, supir, dan tentu saja tanpa pengawal pribadi. Semuanya serba sendiri. Bahasa kerennya hidup mandiri (termasuk mandi sendiri tentunya he he he). Pada awalnya kesal dan repot juga sih. Bayangkan di Indonesia ada pembantu yang masakin dan nyuciin baju, ada yang ngebantu ini dan itu. Tapi lama kelamaan saya sadar ternyata ada untungnya juga hidup mandiri itu. Manfaatnya akan terasa di kemudian hari.

Belum lagi ketika harus menghadapi kerasnya hidup. Sewaktu tahun pertama keberadaan saya di Michigan, orang Asianya hanya sedikit saja, terasa benar betapa ‘unik’nya kita terjepit di antara western people and western style. Itulah hidup. Lama-kelamaan toh akhirnya bisa juga beradaptasi tanpe mesti kehilangan jati diri ke-Indonesiaan saya. Pindah ke New York dan New Jersey lain lagi tantangannya. Di sana banyak sekali pendatang dari Asia, Africa, dan dari segala penjuru dunia. Mereka itu datang dari tujuh penjuru mata angin, dari semua benua, bahkan semua negara. Melting pot yang terus terisi oleh keberagaman tiada akhir. Selalu saja ada immigrant yang berdatangan.

Pada kondisi seperti itu persainganpun menjadi sangat ketat dan keras. Ada istilah yang berkata, you have only two choice: Live or Die. Anda sanggup bertahan maka Anda akan hidup. Saking kerasnya hidup di belahan East Coast Amerika itu ada kawan saya di Michigan yang bilang, Congratz Mike, I hope you’ll be safe and can survive in the most ‘hard’ and ‘hot’ place in America! Saya hanya berkata just pray for me.

Saya mensyukuri apa yang saya alami dan jalani di negeri orang itu dengan amat sangat. Artinya, walaupun saya harus berlelah-lelah, meskipun saya harus menjalani semuanya sendirian, walaupun saya harus menjalani kerasnya kehidupan, saya tetap mensyukurinya. Karena apa? Karena ternyata kemandirian itu akhirnya tertanam indah dalam jiwa dan diri saya. Ketegaran itupun berhasil saya punyai. Dan menjadi orang yang ‘tahan banting’, kuat, serta pantang menyerah. Pokoknya selalu ada yang atasnya kita wajib menaikkan ucapan syukur. I do believe that every step in our life must be a reason to thank God. And there’s no reason at all we shouldn’t thank HIM.Mungkin saja ada saat-saat dalam hidup ini kita mesti menitikkan air mata. Ada saatnya kita menderita dan susah payah menanjaki bukit terjal. Tetapi selalu ada hikmah dibalik semua penderitaan dan kegagalan.

"Perhaps there are a hundred reasons in life that make us cry, but we have to show life that we have a thousand reasons to smile."

Bersyukur dalam segala hal menjadikan Anda dan saya mengakui dengan sebenar-benarnya, bahwa hanya oleh karena perkenanan dan kemurahan Tuhan semata-mata maka Anda dan saya masih bisa melakukan apapun, termasuk untuk hidup, bergerak, dan ada di dunia ini. Bukankah Ia maha pemurah dan maha penyayang? Apapun kesulitan kita, derita kita, maupun kesusahan kita, mengucap syukur adalah kemestian. Jangan hanya karena Anda sudah menerima 1 juta dollar barulah ucapan syukur tiba-tiba teringat untuk dinaikkan. Kehilangan 1 juta dollar pun Anda harus tetap menaikkan syukur padaNya, karena hanya harta yang hilang dan bukan nyawa.

Percayalah ketika tiba pada kondisi mampu mengucap syukur dalam segala hal, Anda akan menjadi kaya iman dan kaya rasa. Bisa jadi Anda miskin secara materi, tapi ingatlah bahwa materi dan uang bukanlah satu-satunya dan segala-galanya. Alangkah lebih indah dan cantiknya seorang miskin yang tahu mengucap syukur daripada orang kaya yang hanya tahu bersungut-sungut, menggerutu, dan mengutuki. Bisa jadi Anda tidak punya harta melimpah, tapi ada begitu banyak orang yang bahkan tidak punya kaki, tidak punya tangan, juga ada yang tidak punya kedua-duanya.

Betapa nistanya mereka yang sudah diberikan harta melimpah tapi setiap hari dalam hidup mereka hanya dipenuhi sungut-sungut, dan rasa tak pernah puas. Makanya sebelum seisi dunia Anda miliki, milikilah dulu sang pencipta dunia dan segala isinya itu. Milikilah dulu DIA Sang Pencipta yang maha kaya itu, supaya Anda tidak menjadi serakah dan lupa mengucap syukur. Semoga pelajaran yang saya peroleh dan bagikan ini dapat pula menjadi pembelajaran buat saudara-saudaraku serta kawan-kawanku yang lain.

Catatan: Di Amerika setiap bulan November ada hari raya nasional 'Thanksgiving Day' atau hari pengucapan syukur, di kalender libur resminya dua hari. Menu utamanya dan simbolnya adalah unggas Turkey. Semua menyiapkan hidangan lengkap sebagai tradisi mengucap syukur yang jamak dilakukan. Di Minahasa ada tradisi yang sudah membudaya yaitu hari 'Pengucapan Syukur'. Nah, hampir di setiap desa dan wilayah di Minahasa setiap tahunnya menyelenggarakan pengucapan syukur tersebut. Hidangan yang enak-enakpun tersaji lengkap.

Di daerah-daerah lainpun tentu punya tradisi pengucapan syukur yang berbeda-beda. Itu adalah kegiatan serimonial, tradisi, dan kebiasaan yang membudaya. Tapi apakah arti sesungguhnya dari mengucapkan syukur adalah sebatas kegiatan-kegiatan seperti itu? Adakah ucapan syukur terangkat dari hati kita yang paling dalam (secara pribadi) kepada DIA, Sang Pemberi yang kepadanya ucapan syukur kita mesti ditujukan? Hanya kita sendiri yang kuasa menjawabnya.

***

Bagi mereka yang percaya Tuhan itu hidup, maka mengucapsyukur bukan anjuran belaka, bukan tradisi belaka, bukan upacara semata, tapi suatu kemestian---Michael Sendow

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline