Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Terbang Melampaui Awan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1342439157931902672

Terbang Melampaui Awan

[caption id="attachment_194384" align="aligncenter" width="629" caption="Awan di atas Manhattan"][/caption]

Ah, bagaimana bisa kita terbang di atas awan (kayak lagu aja)? Yah, tentu saja bukan seperti Superman, Superboy, apalagi Supermie. Tidak. Sama sekali bukan. Apakah juga mesti menjelma seperti Batman, Gatotkaca, atau seperti dewa-dewi? Ah, jangan mimpilah. Nah, kalau begitu bagaimana kita bisa terbang jauh di atas awan? Ya realistislah, pakai pesawat terbang dong! Naik pesawat terbang.

Berkelana di atas awan sungguh dapat dijadikan sarana wisata kita. Pemandangan atas awan yang memesona niscaya akan membuat kita takjub, serempak decak kagum dan ungkapan betapa Maha Agungnya Sang Pencipta itu akan terangkat dan terucap dari mulut kita. Menyaksikan betapa luas dan lebar dan menakjubkan alam semseta ini. Buah karya Sang Khalik. Pokoknya langit biru dan awan putih adalah buah tangan dari sosok yang dikenal oleh banyak orang juga sebagai Arsitek Agung. Seniman yang luar biasa.

[caption id="attachment_194385" align="alignright" width="300" caption="Awan di atas South Africa"]

1342439301421195306

[/caption]

Awan tercipta dari sebuah proses. Ketika panasnya terik mentari datang menyapa dan menyengat bumi, akan serta merta menyebabkan air dilaut,sungai dan danau menguap. Uap air hangat tersebut kemudian akan bergerak naik keatas, dan saat uap tersebut naik, perlahan namun pasti akan mulai mendingin. Nah, hasilnya, uap air tersebut akan kembali berubah bentuk menjadi butiran-butiran uap padat di langit, yang kita kenal dan sebut sebagai awan. Lalu butiran air yang semakin lama semakin membesar akhirnya akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Di beberapa negara, karena suhu udara yang terlalu dingin membuat butiran-butiran air tersebut membeku membentuk es dan jatuh kembali ke bumi sebagai salju. Makanya pada beberapa kesempatan saya pernah memotret awan yang really looks like snow. Vice versa, pada kesempatan berbeda saya pernah memotret salju yang kelihatan kayak awan putih.

[caption id="attachment_194386" align="aligncenter" width="647" caption="Mengangkasa melewati awan"]

1342439380377853204

[/caption]

“Wow…look at that pretty cloud…” suara tante muda di samping saya cukup mengagetkan dan membangunkan saya dari tidur. Heemmm, mana lagi mimpi enak dikagetin begitu rupa. Mimpi saya benar-benar enak, karena saya bermimpi lagi makan duren di kampung kakek saya. Jadi terganggu sudah, buyar semuanya. Tapi rasa-rasanya tak mengapalah ibu muda itu membangunkan saya, karena di depan mata memang sudah tersaji pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Bagus sekali. Mungkin melihat hasil jepretan saya ini tak akan bisa menandingi melihatnya secara langsung. Sepertinya kita lagi terbang di antara selimut salju maha banyak. Dan ada cahaya-cahaya manis di tengah-tengah warna putih yang begitu menguasai. Atau laksana merayap pelan menyusuri gumpalan kapuk yang sangat banyak. Ibarat berenang di lautan penuh kapas. Heeemmmm benar-benar memesona dan memikat.

[caption id="attachment_194387" align="aligncenter" width="641" caption="Terbang semakin tinggi di atas awan"]

1342439499876287729

[/caption]

Menurut pelajaran waktu sekolah dulu bahwa tetesan embun alias titi-titik air memiliki kecenderungan menyebarkan cahaya, sehingga intensitas radiasi matahari berkurang, maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang terlihat di dasar awan. Saya juga pernah melihat cukup sering tumpukan awan yang berwarna tidak putih bersih lagi, melainkan warna gelap bahkan dengan variasi agak kemerah-merahan, apalagi bila matahari mulai membenamkan dirinya di belahan Barat. Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah yang menyebabkan awan tidak stabil, tapi selalu berubah-ubah bentuknya dan tidak selalu berubah menjadi air hujan.

1342439601883225105

Ada awan berjenis Kumulus, bukan kumisan mulus yah (jangan salah baca) yaitu awan yang bergumpal dan bentuk dasarnya horizontal. Ada pula awan Stratus, yaitu awan tipis yang tersebar luas dan menutupi langit secara merata. Lain lagi dengan awan Cirrus, yang berdiri sendiri, halus dan berserat, sering terdapat kristal es tetapi tak menimbulkan hujan. Semua jenis-jenis awan ini dapat kita saksikan tergantung waktu dan posisi saja. Ketika lagi dalam pesawat, kita akan sering sekali melewati dan menembusi jenis-jenis awan itu.

Pemandangan wisata atas awan ini ternyata mengasyikkan juga. Entah mengapa tapi saya menyukainya. Mungkin karena dengan menikmati ciptaan Tuhan yang hebat itu akan semakin menyadarkan bahwa betapa kecilnya kita di hadapanNya. Bahwa kita tidak ada apa-apa untuk membanggakan diri di hadapanNya, kecuali semakin mendekatkan diri dan mematuhiNya terus menerus.

[caption id="attachment_194389" align="alignright" width="300" caption="Seperti negeri di atas awan"]

1342439668273778432

[/caption]

Busyet dah, celana saya kok basah yah? Bukan karena saking asyiknya motret sampe-sampe kencing di celana sih. Bukan juga karena keringetan, malah kedinginan karena AC terlalu kencang. Tapi, oalah….karena si ibu muda tadi rupanya masih asyik juga melihat pemandangan alam yang jarang-jarang ia lihat itu, duduknya semakin memepet ke saya. Dan……minuman coca cola yang ada di genggamannya miring ke saya, alhasil tumpah ruah ke celana saya. “Excuse me ma’am but your coke still cold, isn’t it?” Saya menyindirnya halus. “Oh so sorry, I’m really sorry…..this is because that cloud…my drinks spilled to you” Ha ha ha awan indah itu yang disalahin. Ya sudahlah….”No problem” Jawab saya.

[caption id="attachment_194390" align="aligncenter" width="624" caption="Indahnya pemandangan di atas awan"]

13424397281508955305

[/caption] [caption id="attachment_194391" align="aligncenter" width="651" caption="Perpaduan langit biru dan awan putih"]

134243979658161743

[/caption] Michael Sendow

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline