Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Gubernur International: Sarundajang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gubernur International: Sarundajang.

Ia telah berjasa banyak terhadap provinsi yang dipimpinnya. Ia juga telah memberi sumbangsih yang tidak sedikit bagi bangsa Indonesia. Akhirnya ia pun menjadi salah satu di antara putra-putra terbaik Indonesia yang menrima banyak penghargaan, paling tidak sosok yang satu ini sudah menerima penghargaan dari empat presiden berbeda. Termasuk dari presiden Filipina. Orangnya bersahaja dan akrab dengan siapa saja. Beberapa kali bertemu atau sekedar melihatnya berpidato di kalangan Kawanua di Amerika Serikat ketika beliau berkunjung, kesan itu jelas saya tangkap. Satu hal lagi, sosok gubernur ini nampaknya berpikiran global dan penuh wawasan. Gubernur lokal berwawasan global.

[caption id="attachment_134168" align="alignright" width="300" caption="Sukses dengan WOC"][/caption] Sinyo Harry Sarundajang (SHS) telah menorehkan sukses demi sukses dan prestasi demi prestasi. Ia seakan menunjukkan dirinya sebagai ‘putra gemilang’ dari Timur. Cerita suksesnya tidak hanya memiliki gaung secara nasional, tapi bahkan International. Bintang Mahaputra sudah melekat di dada Gubernur Sulut ini. Bintang tertinggi, termasyur, dan tersakral itu hanyalah diberikan Kepala Negarakepada orang-orang yang mempunyai jasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa. Pemerintah Indonesia juga menobatkan SHS sebagai salah satu putra terbaik bangsa yang telah berprestasi membawa nama bangsa Indonesia ke pentas global.

Baru-baru ini SULUT merayakan ketambahan usianya setahun menjadi 47 tahun. Semenjak dipimpin oleh Dr. Sinyo Sarundajang bersama wakilnya Dr. Djouhari Kansil telah banyak keberhasilan yang dihasilkan, saya sebut saja beberapa di antaranya: Sulawesi Utara sukses melaksanakan World Ocean Conference (WOC), CTI Summit, Sail Bunaken, acara-acara tingkat dunia itu dihadiri oleh ribuan peserta dalam negeri dan juga peserta mancanegara termasuk yang dari Eropa, Amerika dan Asia. Setelah itu, pada tahun 2011 ini telah diselenggarakan Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiREx) yaitu sebuah latihan penanggulangan bencana bersama yang juga dihadiri peserta dari mancanegara. Secara tingkat nasional, SulUt di bawah pimpinan SHS juga berhasil mengadakan Rapat KerjaNasional Staf Ahli Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang diikuti sekitar 400-an peserta dari seluruh Indonesia. Masih ada lagi, pertemuan dokter-dokter ahli kebidanan dan kandungan se-Indonesia, sebulan sesudahnya dilanjutkan dengan pertemuan dokter ahli anak se-Indonesia. Serasa belum cukup, SulUt masih lagi dipercayakan untuk mengadakan pertemuan global yaitu Pertemuan Menteri Perekonomian Negara Asean dan Uni Eropa sebagai observer pada bulan Agustus lalu. Bulan September ini ada pertemuan para Kepala Stasiun RRI se-Indonesia juga menjadi tempat penyelenggaraan Olimpiade Sains (OSN) Tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Guru IPA tingkat nasional. Rencananya membuka tahun 2012 maka Sulut kembali ditunjuk untuk menjadi tuan rumah Konferensi Menteri-menteri dan pelaku pariwisata ASEAN dan Asia Pacific (Asian Tourism Forum) dan sebulan kemudian menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional dan SIWOPWI. Rentetan peristiwa yang patut diancungi jempol. Luar biasa.

Memang tidak banyak orang berjasa di negeri ini yang menerima penghargaan tertinggi, terbaik dan termasyur seperti yang disematkan presiden SBY di dadanya. Menurut rumusan UU No.6 Tahun 1959, bintang itu hanya boleh melekat di dada orang-orang yang mempunyai jasa-jasa luar biasa terhadap negara. SHS sendiri harus melalui beberapa seleksi yang begitu ketat sebelum mendapatkannya. Tim seleksi memperhitungkan semua prestasi demi negara yang telah dicapainya.

[caption id="attachment_134171" align="alignleft" width="300" caption="Berbagai penghargaan telah disematkan di dadanya."][/caption] Ia memulai semuanya dengan menjadi Walikota Bitung selama 14 tahun, kemudian ia berhasil memimpin tim penyelesaian lintas batas Malaysia-Indonesia dan penyelesaian lintas batas Papua Nugini-Indonesia. SHS pun dianggap pantas. Secara internal, ia juga berhasil menyelesaikan konflik horizontal dengan mendamaikan konflik di Provinsi Maluku Utara (2002) yang pada saat itu ia diminta Presiden untuk menjadi gubernur di ke-2 provinsi tersebut. Seteleh selesai, pada tahun 2003 ia diminta kembali mendamaikan konflik yang sama di Provinsi Maluku. Makanya tak heran SulUt masih menjadi barometer kerukunan umat beragama. Badan Kerja Sama Antar Umat berAgama (BKSAUA) di SulUt sudah sangat sering menerima tamu dari berbagai provinsi maupun dari pusat yang ingin mempelajari fakta-fakta dan “tips sukses” yang membuat daerah ini termasuk yang paling stabil dan paling aman di Indonesia. Semboyan “torang samua basudara” semenjak Gubernur E.E. Mangindaan memimpin SulUt terus dikumandangkan dan diejawantahkan pada masa kepemimpinan SHS.

Sosok SHS memang rendah hati dan sangat bersahaja. Walaupun sudah menerima berbagai penghargaan ia tidak memandang semua itu secara berlebihan. SHS mengatakan bahwa penghargaan itu bukan karena dirinya, tetapi sesungguhnya karena Tuhan dan karena rakyat yang dicintainya. Semuanya itu akan dan harus ia kembalikan demi pengabdian kepada Tuhan dan kepada masyarakat.

Beberapa tahun sebelumnya ia juga pernah menerima penghargaan antara lain Satya Lencana Pembangunan oleh Mantan Presiden Soeharto, Bintang Jasa Utama dari Mantan Presiden Megawati, dan penghargaan bergengsi dari Presiden Filipina Macapagal Aroyo. Ia memang seorang gubernur multi talenta dan dapat dijuluki gubernur Internasional. Wawasannya luas dan tajam. Naluri bisnisnya peka. Intelektualnya tak diragukan. Sampai-sampai ada yang bilang, “mudah-mudahan daerah ini tambah maju dipimpin oleh Duo Doktor Gubernur-WaGub.” Dalam kunjungan-kunjungan promosi bisnis dan wisata pun ia sering dipanggil menemani Presiden. Baru-baru ini ia berusaha menggaet investor-investor Rusia untuk menanamkan modal di Indonesia. Hal mana sudah pernah dilaporkan salah seorang staf ahlinya di bidang investasi, Kompasianer Jackson Kumaat.

Kini Provinsi “nyiur melambai” yang dipimpinnya telah menjadi salah satu dari lima provinsi penyelenggara event MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) sesudah Jakarta, Bali, Bandung dan Jogya. Tentu saja sebagai daerah destinasi unggulan pariwisata dan penyelenggara even MICE maka segala daya upaya dan daya juang akan diselaraskan dengan tujuan pembangunan nasional dalam four track strategies (Pro-growth, pro-job, pro-poor, pro-environment.) SHS mengatakan bahwa SulUt saat ini masih terus berupaya memantapkan tiga pilar pembangunan daerah, yaitu: Trade, Torurism and Investment (TTI).

SHS tidak hanya membuat Sulut mendunia, ia juga berhasil membuat Sulut mendapatkan anggaran dan proyek APBN yang lumayan banyak. Tentu saja ini ada sebabnya. Tahun 2009 dan 2010 Sulut mendapatkan penghargaan atas pengelolaan keuangan daerah yang bersih, yaitu dengan meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pertumbuhan ekonomi daerah ini juga ada di atas perumbuhan nasional. Kesejahteraan masyarakat pun meningkat. Hal ini bisa diukur dengan pendapatan per kapita masyarakat. Di bawah kepemimpinannya juga pemerintah daerah berhasil menaikkan angka Melek Huruf sebesar 99.60%. Artinya di Sulut tinggal 0.4% masyarakat yang buta aksara. Angka ini berada di atas angka nasional sebesar 5%. Karena itu Sulut menempati ranking pertama, sehingga mendapat penghargaan Anugerah Pratama Nugraha sebagai penghargaan terhadap provinsi yang berhasil dalam penuntasan buta huruf.

Bagi SHS, kerja cerdas, kerja keras dan kerja tuntas adalah kemestian. Ia berharap juga, seperti yang terungkap dalam salah satu sambutannya ketika SulUt memperingati hari ulang tahunnya, yaitu bahwa masyarakat akan semakin meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi, akhlak dan moral yang mulia, berkepribadian yang baik, serta berkualitas pendidikan yang tinggi.

Semuanya dengan didorong oleh falsafah Dr. Samratulangi: “Sitou Timou Tumou Tou.” Manusia hidup untuk menghidupkan sesamanya manusia . Manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain. Manusia hidup bukan hanya demi dirinya sendiri.

Akhirnya, semangat juang yang brilian serta kepribadian yang elok seorang SHS ternyata mampu menyemangati, menjadi suluh dan menyulut semangat juang rakyat Sulut dan tentunya Indonesia juga.

Mister Sarundajang, In this hometown you contribute to making many people and my life nicer than it’s ever been. And I really believe it takes a rare combination of many qualities, interwoven with another person’s life. Cheers!----Michael Sendow

Sumber foto: WOC off.Site & TribunNews.

Michael Sendow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline