[caption id="attachment_128156" align="alignright" width="300" caption="Anggota Si Doel. RCTI."][/caption]
Beberapa tahun yang lalu ‘Si Doel Anak Betawi’ pernah menjadi fenomena luar biasa. Ia menjadi tontonan paling dicari waktu itu. Tontonan yang mendapat sambutan pemirsa paling luar biasa. Padahal menurut penuturan Rano Karno, naskahnya beberapa kali pernah ditolak mentah-mentah oleh hampir semua stasiun TV. Mereka beranggapan, concept dan content Si Doel tidak bakalan laku. Setting-nya terlalu daerah. Betawi banget!
Kenyataannya? Acara ini menempati ranking nomor satu. Luar biasa.
Apa penyebabnya sesungguhnya? Beberapa pengamat mengatakan bahwa sesungguhnya acara ini begitu diterima kalangan pemirsa adalah karena kesederhanaannya. Bahwa Si Doel telah mengangkat suatu fenomena kekinian masyarakat Indonesia yang masih sangat sederhana di tengah-tengah kebisingan, hectic dan sibuknya Metropolitan Jakarta. Si doel telah mengangkat kepermukaan sisi-sisi lain dari Jakarta. Keadaan aktual yang selama ini terabaikan dari publikasi media di tengah hingar bingarnya ibukota. Terabaikan dari sorotan dunia pertelevisian. Tak diperhitungkan dan tersepelekan.
[caption id="attachment_128390" align="alignleft" width="300" caption="From: Indonesia.com"][/caption] Tidak percaya? Silahkan nonton dan simak semua sinetron dan drama televisi waktu itu. Penonjolannya, alur ceritanya, bahkan backgroundnya selalu adalah kemewahan, borjuisme dan penonjolan kekayaan. Sangat kontras dengan apa yang ditampilkan Si Doel. Itu ternyata disukai publik. Maka teruslah Si Doel diproduksi secara continue. Bahkan setelah lama berselang, lahir juga Si Doel Anak Sekolahan.
Nah, bertepatan dengan saat-saat di mana umat Muslim akan merayakan Idul Fitri, RCTI akan menayangkan kembali kisah Si Doel. Kali ini bentuknya FTV, tapi artis pendukungnya sepertinya masih sama. Tentu saja minus mereka yang sudah tiada seperti Sang Maestro, Benyamin Sueb. Yang sudah sakit-sakitan mungkin juga akan dipertimbangkan kehadirannya seperti si emak (Aminah Cendrakasih) maupun Cang Rohim (Bapaknya Zaenab) yang lagi sakit. Rano Karno bilang ke VivaNews bahwa “Tokoh yang sudah ada tidak akan pernah diganti karena tokoh itu pernah ada dan tetap ada di hati pemirsa ."Itu pertanda baik. Sebab para tokoh Si Doel sudah menjadi magnet tersendiri bagi penonton setia, kalau diganti rasa-rasanya akan menjadi lain. Kurang seru dan kurang sreg.
Rano Karno juga mengatakan bahwa dalam tayangan versi FTV ini juga akan hadir tokoh Si Doel kecil. Akan terjadi regenerasi dari anak yang dilahirkan oleh tokoh Sarah yang awalnya diperankan oleh Cornelia Agatha. Kisah tersebut kata Rano akan menjadi cerita berikutnya jika memang ada waktu dan sanggup untuk digarapnya. (VivaNews)
Tapi saya senang juga waktu mengetahui bahwa Rano Karno sang produser tetap memanggil pemeran sosok Zaenab. Sosok favorite saya kala itu (hahahaha), siapa lagi kalau bukan Maudy Koesnaedi. Wanita berwajah lembut dengan rambut panjang hitam dan halus yang dibiarkan tergerai itu. Ia bilang ke RCTI bahwa ini adalah merupakan obat kangen dan sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan orang banyak "kapan Si Doel balik lagi?"
[caption id="attachment_128157" align="alignleft" width="300" caption="Maudy Koesnaedi"][/caption] Kalau masalah akting, wanita bernama lengkap Maudy Kusnaria Koesnaedi ini tak diragukan lagi. Lihat saja deretan film dan sinetron yang sudah dibintanginya seperti film Betina dan Angin Rumput Savana (1997). Lalu beberapa sinetron di antaranya Balada Dangdut, Camelia, Janji Hati, Getar Dawai Hati, Cinta Buat Shasa, Si Doel Anak Sekolahan, Si Doel Anak Gedongan, Tamu dari Jakarta, Cinta Berkalang Noda dan masih banyak lainnya. Jadi tunggu saja akting-akting berkelasnya.
Rupa-rupanya dalam kelanjutan Si Doel ini masih tetap mengisahkan kehidupan Betawi yang kaya budaya dengan konflik sosial yang dibumbui asmara. Kisah asmara dan lika-liku hubungan cinta masih dapat dinikmati. Sarah dan Zaenab tetap akan muncul dalam kehidupan Si Doel. Tentu kehadiran keduanya dalam hidup Si Doel akan menjadi pemikat tersendiri. Karena memang FVT SDA Pinggiran ini adalah merupakan lanjutan dari sesi terakhirnya Si Doel. Posisi Zaenab waktu itu sudah ditinggal suaminya. Si Doel waktu itu juga telah memilih untuk menikahi Sarah, tapi karena ada problem akhirnya Sarah juga "tega" meninggalkan Si Doel. Jadilah Si Doel sendirian, tanpa dua wanita yang pernah mengisi hatinya.
Kemudian menurut synopsis yang ditulis RCTI bahwa bermalam-malam Doel terlibat dalam mimpi yang sama. Mimpi yang membuatnya gelisah. Dia bertemu dan diajak bermain oleh seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun di sebuah pantai. Anak itu bergerak agak ke tengah. "Awas, nak. Jangan ke tengah...", Doel kuatir dan melihat ada gulungan ombak yang tinggi mengarah pada anak itu. "Awas, nak. Ada ombak...!". Doel melihat anak itu tergulung ombak. "Naaak...!". Si Doel terbangun sambil berteriak, "Naaak, awas Nak...!" dan tangannya menampar wajah Mandra yang tengah tidur di sebelahnya. "Plakkk!", Mandra jadi terbangun dan kaget. "Aduh, apaan sih Doel? Muka gua elu tabokin mulu...". Kejadian seperti itu terjadi berulang-ulang. "Bisa bonyok muka gua, Doel...", keluh Mandra yang betah jadi jomblo itu.
Pokoknya dalam cerita kali ini kayaknya sangat menantang. Tidak hanya cerita cinta, ada juga alur yang lucu menggeletik. Apalagi ditambah kehadiran si Mandra yang selalu lucu dalam setiap penampilannya.
Si Doel sejak ditinggal oleh Sarah ke Belanda sekitar sepuluh tahun yang lalu, kembali tinggal bersama keluarganya. Di rumah itu ada Nyak, Mandra, Atun dan Aziz, anaknya Atun dari Mas Karyo. Si Doel tidak lagi memiliki pekerjaan tetap. Dia hanya menerima panggilan untuk memperbaiki mesin rusak, namun Doel lebih banyak mengangggur. Haji Munsir, asli Madura yang memiliki usaha rongsokan besi tua kadang-kadang meminta bantuan Doel memperbaiki mesin bekas yang dibeli dengan cara kiloan. "Siapa tahu sampeyan bisa benerin... lumayan, kan, Doel?"
Rasa-rasanya tayangan ini akan sangat cocok dengan keadaan kita saat ini. Ketika hidup sederhana tidak lagi menjadi sesuatu yang urgent. Ketika kemewahan dan pesta pora lebih menjadi ajang pilihan mengaktualisasikan diri. Ketika Idul Fitri dan Lebaran tidak lagi menjadi simbol dan sarana silahturahmi. Dan ketika mata kita mulai tertutup terhadap keadaan sekitar, tentu saja tayangan ini membawa pesan dan suasana tersendiri. Selain menghibur juga mendidik. Selain mempersilahkan juga menegur kita. Oleh karenanya tayangan ini rasanya tak boleh terlewatkan.
Ada bagian yang menarik juga ketika Nyak merasa prihatin pada nasib Doel yang tidak jelas situasi pernikahannya dengan Sarah. Begitu pula Atun dan Mandra. Mereka berdua mendesak Doel untuk menceraikan Sarah dan segera mendekati Zaenab yang memang sudah bercerai. Sementara Pak Rohim dan Mak Ipah pun mendesak Zaenab agar berupaya menarik perhatian Doel. Si Doel memang tidak benar-benar di pinggir. Ia ada di tengah-tengah hati para pemirsa.
Apakah Doel akan jadian sama Zaenab?
Aaah, mending kita tunggu tayangannya nanti yah.
Note: Sebelum menulis saya sudah tanyain ke Mbak Maudy kalau boleh disebutkan di sini. Beliau memperbolehkan. Thanks Zaenab yah!
Bagi Yang Merayakan Saya Ucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri. Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal 'Aidin wal Faizin.
Source: RCTI & Maudy Koesnaedi.
Michael Sendow.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H