Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

[Episode 2012] The End of The World?: Kalender Suku Maya II

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_116956" align="alignright" width="300" caption="NO SECRET: 2012? astronomicissue"][/caption] Pada tulisan sebelumnya kita telah melihat kehebatan suku Maya dalam dunia astronomy dan matematika, serta bagaimana mereka memprediksi suatu masa. Untuk mempermudah kita, maka ini adalah tulisan terdahulu, baca di sini -nya. [Isu kiamat, bukan sekali ini tersebar luas. Masih ingat saat sebagian orang percaya kiamat akan datang pada tanggal 9-9-1999? Hollywood pun memanfaatkan isu ini dengan mengeluarkan film-film bertema kiamat saat itu. Begitu pun dengan fenomena kiamat 2012…..]

Kalender Gregorian VS Kalender Maya

Sekarang mari kita lihat tentang kalender Maya yang heboh itu. Bagi saya membandingkan sistem penanggalan bangsa Maya dengan kalender Gregorian yang kita pakai sekarang ibarat membandingkan tomat dengan mangga. Kalender menunjukkan kepercayaan orang akan sebuah budaya, tapi serempak ia juga dapat mengarahkan jalan pikiran orang. Demikian juga dengan kalender suku Maya!

Sebelum kita mengenal sistem penanggalan yang kita pakai saat ini sebenarnya sudah ada kalender yang dipakai. Pertama kali kalender itu diperkenalkan oleh orang-orang Roma. Kalender Roma dibuat berdasarkan perputaran bulan (lunar calendar). Berhubung pergantian musim dipengaruhi oleh perputaran Bumi terhadap Matahari, maka kalender Roma tidak tepat untuk menghitung pergantian musim.

Berdasarkan saran seorang astronom masa itu, Sosigenes, Julius Caesar pada tahun 46 SM kemudian mengubah panjang hari dalam satu tahun menjadi 365 hari agar sesuai dengan actual season. Namun ternyata, kalender Julian pun masih meleset! Kok bisa? Ya, panjang tahun menurut kalender Julian masih memiliki selisih dengan panjang tahun sebenarnya, Bumi memerlukan waktu 365,25 hari (tepatnya 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik) untuk melakukan satu putaran penuh mengitari Matahari. Masih atas saran dari Sosigenes, akhirnya ditambahkan satu hari di bulan Pebruari untuk tahun ke-4 (0,25 X 4 = 1). Dari sinilah kemudian dikenal adanya tahun kabisat menurut kalender Julian.

Sayangnya, meski perbaikan kalender ini sudah dilakukan tetap saja tidak sesuai dengan pergantian musim untuk akumulatif waktu yang lebih lama. Aduh, kenapa lagi ini? Ternyata, pergantian musim bukan semata berdasarkan pada perputaran Bumi satu lingkaran penuh, tetapi pada gerak semu Matahari terhadap acuan bintang tertentu. Ngomong-ngomong tentang posisi semu Matahari, rasanya ada kaitannya lho dengan siklus 26.000 tahun-nya suku Maya..... Wah, kalau begitu ramalan kiamat benar dong? Eits, tunggu dulu, kita selesaikan dulu masalah kalender baru nanti kita bicarakan soal siklus 26.000 tahun yang membuat penasaran.

Pada tahun 1582 kalender Julian ‘menyimpang’ 10 hari dari permulaan musim yang seharusnya. Penyebabnya adalah, adanya selisih 11 menit 14 detik per tahun pada kalender Julian. Ya, musim dipengaruhi oleh gerak semu Matahari mengacu pada posisi bintang yang lamanya adalah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Selisih ini jika diakumulasi menjadi cukup banyak.

Akhirnya pada tahun 1582 Paus Gregorius XIII atas usul Aloysius Liliusi dari Napoli, memutuskan dan mengumumkan bahwa penanggalan akan disesuaikan. Jadi pada saat itu tanggal 4 Oktober 1582 menjadi 15 Oktober 1582. Hidup orang jadi berkurang 10 hari, berkurang jugalah 10 hari pemasukan untuk para pedagang, dan 10 tambahan hari bagi mereka yang akan bayar sewa. Oleh karenanya terjadi penolakan besar-besaran waktu itu. Tapi keputusan tetap dipaksakan. Negera-negara seperti Perancis, Spanyol, Portugal dan Italy menjadi yang pertama menggunakan kalender Gregorian. Inggris kemudian bergabung sebagai pengguna kalender ini pada 1751. Negara terakhir yang bergabung adalah Yunani tahun 1923. Orang-orang Yunani waktu itu habis makan malam, mungkin minum susu, lalu pergi tidur, tepatnya hari Rabu malam tanggal 15 Pebruari, dan bangun esok paginya hari Kamis, tanggal 1 Maret. Akibat perubahan dari kalender Julian ke Gregorian. Kalender Gregorian juga menetapkan aturan tambahan mengenai tahun kabisat. Khusus untuk tahun abad yang dinyatakan sebagai kabisat adalah tahun abad yang habis dibagi 400, contoh tahun 2000 adalah tahun kabisat tetapi 1800 bukan tahun kabisat.

Kalender Gregorian yang kita pakai saat ini adalah solar calendar, artinya ia berdasar pada perputaran bumi mengelilingi matahari. Unit kalender yang paling kecil adalah hari, dimana itulah waktu yang ditempuh bumi berotasi pada sumbunya. Bulan dalam kalender (month) adalah waktu yang dibutuhkan bulan (moon) berevolusi mengelilingi bumi. Ada satu unit pengukuran kalendrikal yang sama sekali tidak berhubungan dengan planet atau kejadian astromikal apa pun. Itulah yang kita sebut dengan “minggu” (week).

Sistem penanggalan atau sistem kalender bangsa Maya itu lain. Tidak sama dengan yang digunakan Kalender Gregorian. Jangan lupa, mereka memiliki beberapa sistem kalender. Baik kalender pendek seperti kalender Tzolk’in dan Haab’, mereka juga memiliki kalender panjang (long count). Mereka menggunakan banyak siklus, tidak hanya tiga wujud celestial yang kita kenal: Bumi, Bulan, Matahari. Mereka tidak membuat kompensasi apapun terhadap ketidaksinkronan yang terjadi. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka melakukannya lewat siklus yang lebih besar lagi, dimana nantinya matahari dan bumi serta planet-planet lain bersinkronisasi secara natural. Tidak direkayasa. Dengan melakukan hal ini mereka tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Paling tidak itulah anggapan mereka.

[caption id="attachment_116957" align="alignleft" width="300" caption="Mayan Cosmology:(Edwardtbabinski.us)"][/caption]

Kalender Gregorian itu tidak natural. Artinya, kalender ini “memaksa” matahari dan bumi bersinkronisasi dengan menambahkan dan mengurangi atau membagi hari. Bangsa Maya merasa perlu untuk tetap menjaga keharmonisan dengan perputaran alamiah alam ini. Mereka tidak mencoba untuk mensinkronkan hari dan tahun. Mereka membiarkan waktu yang mengaturnya dengan bergeraknya planet-planet. Mereka memilih “jalan panjang” dan mengijinkan matahari dan bumi menyelesaikan tuntas 400 putarannya kalau perlu. Mereka rela menunggu.Lha, kalau kita? Bukankah “refleksi Gregorian” ini yang terjadi di kekinian kita? Budaya kita ketika diperhadapkan dengan “waktu” terlihat selalu tergesa-gesa. Setiap orang selalu tergesa-gesa untuk mengalahkan jam. Mengalahkan sang waktu! Untuk menggenapi jam-jam esktra di setiap keseharian kita. Apakah Anda membiarkan diri Anda diatur oleh waktu? Diperintah oleh sang waktu? Pandangan kita terhadap waktu dan kalender membuat kita sulit untuk mengerti “keseimbangan”, “keharmonisan” bangsa Maya. Berikut sistem penanggalan mereka. Yang pasti sistem yang dipakai berbeda. Esensi kalendernya pun berbeda. Oleh karenanya seperti yang saya bilang di atas. Tidak bisa membandingan dua kelender ini. Apalagi mencocok-cocokan perhitungan bangsa Maya tentang 21-12-2012 lalu mentransfernya ke dalam perhitungan kalenderisasi yang kita pakai saat ini. Angka-angka bagi bangsa Maya sarat akan makna spiritualitas di dalamnya. Bukan hanya terlihat sebagai angka-angka mati belaka. Tidak demikian bagi mereka.

Kalau pun kita memaksakan diri untuk mengkondisikan prediksi itu ke Kalender kita. The Long Count salah satu kalender bangsa Maya yang bikin heboh itu, perhitungannya dimulai sejak 11 Agustus 3114 SM (atau 12 Agustus). Kalender itu berakhir pada 5.126 tahun kemudian, tepatnya 21 Desember 2012. Nah, apa artinya ini? Kiamat kah?

Atau seperti kalender modern kita yang mengakhiri tanggal 31 Desember dengan asyiknya dan memasuki 1 januari dengan cerah ceria? Apakah ketika tanggal 21 Desember 2012 berlalu sebagai akhir dari suatu cycle Long Count itu maka kita tidak akan lagi menghirup segarnya udara tanggal 22 Desember? Sedangkan suku Maya sendiri tidak mengenal kiamat. Dalam kosmologi mereka, dunia ini sudah dihancukan 4 kali dan diciptakan 5 kali. Atau siklus bangsa Maya akan kembali berputar mulai dari 1 lagi, memulai suatu siklus yang baru lagi? Jadi bukan menunjukkan dunia yang kiamat, tapi berakhirnya suatu era atau “age” atau masa dan memasuki era yang baru. Bisa jadi setelah 21-12-2012 akan muncul “New Age”, atau “New Era” karena kalender bangsa Maya penuh dengan pendekatan spiritual. Bukan sekedar angka-angka. Tulisan mengenai “Era Baru” menurut prediksi suku Maya akan diulas kemudian. Menurut Anda?

Nah, ini Versi terbaru mengenai kalender Maya diungkap lewat gambar berikut. Mengapa suku Maya hanya membuat siklus hingga 2012? Ini jawabannya.:

[caption id="attachment_116958" align="aligncenter" width="375" caption="From: fotounik.net"][/caption]

[caption id="attachment_116959" align="aligncenter" width="398" caption="Form: fotounik.net"][/caption]

Episode berikutnya, badai matahari dan siklus 26.000 tahun.

Sumber Data: NASA Official Sites, An ancient look at a critical time:2012 Synthia Andrews, beberapa artikel dari Langit Selatan dan sumber-sumber lain.

Penulis Michael Sendow & Hesti Edityo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline