Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Kisah dari Kubur

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1303652748993151838

Aku meninggal dunia pada tanggal15 April 2011. Kuburanku terletak di Kampus Ex Gedung Lemlit nomor 33, di samping UNSRAT Manado. Tidak ada batu nisan yang mengukir namaku. Aku bernama Biro Penerbitan Equilibrium. Tapi aku lebih dikenal dengan sebutan “Equil”.

Dari kubur aku tersentak girang bahwa ada seorang penulis yang menorehkan kisah hidupku. Ia pertama kali mengunjungi aku pada masa jayaku, yaitu tahun 1993. Sebelum akhirnya ia bertolak ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat.Ketika itu ia masih pemuda ceking berusia 19 tahun yang menghadiri pelatihan jurnalistik tingkat lanjutan untuk penerbitan kampus se-Indonesia sebagai utusan tuan rumah. Ia tidak mengobrol seperti pemuda lain. Ia mengamat-amati bagian-bagian tubuhku dan termenung. Ia menjamah tembokku yang lembab dan mengelupas akibat intrusi air tanah. Lama ia berpikir dalam-dalam. Ia mungkin saat itu tidak tahu bahwa dikemudian hari ia akan bertempat tinggal dalam tubuhku selama 4 tahun dalam 2 kurun waktu berbeda. Ia juga tidak tahu bahwa ia akan bertemu jodohnya di depan hidungku. Ia bahkan tidak tahu bahwa kelulusannya dengan sangat memuaskan akan disyukuri dan diacarakan di dalam tubuhku ini. Dan bahwa ia akan menjadi seorang pemimpin redaksi sebuah Majalah Mahasiswa bernama Equilibrium, yang bersemayam dalam tubuhku selama 2 periode. Pemuda itu juga tidak tahu bahwa nanti teman baiknya yang adalah sekertaris redaksi itu akan mengidap sakit yang tak tersembuhkan dan menghembuskan napas terakhirnya dalam ribaanku, sebelum mobil ambulance tiba.

Aku bungkam seribu bahasa. Maklumlah, aku cuma gedung tua dari zaman Kompeni Hindia Belanda. Tetapi aku antik. Ketebalan tembok gedung lain 15 cm, aku 40 cm. Panjang jendelaku termasuk lubang angin di atasnya adalah 2,5 m. Terali besinya tebal dengan karat. Ada 4 bilik utama yang cukup luas. Pemuda ceking itu sangat suka berlama-lama di bilik dalam yang berukuran 20x30 m. Pohon-pohon ada di halaman depan, samping kiri dan kanan serta taman bunga di pojok kanan. Gedung utama terdiri dari beranda depan, lalu ada 4 bilik dipisahkan oleh lorong gelap. Lalu ada beranda tengah yang cukup luas. Beranda ini ditopang oleh 2 pilar ukir berdiameter 40 cm dan dinaungi oleh kerai bermotif fleurdelies. Gaya aristekturku mirip neo-gotik dan pada malam hari aku tampak angker.

Pada awalnya aku adalah rumah tempat tinggal sebuah keluarga keturunan India. Kemudian aku disewa oleh seorang dokter orang Cina. Oleh kemurahan hati dokter itulah maka kemudian aku berpindah-tangan menjadi milik (milik sementara) sebuah Universitas Negeri. Aku kemudian menjadi tempat kerja sebuah biro khusus di universitas tersebut. Maka pada tanggal 24 April 1993 lahirlah aku dengan nama Biro Khusus (Penerbitan) Equilibrium itulah nama baru yang aku sandang. Dua tahun kemudian pemuda ceking itu menjadi ketua biro sekaligus pemimpin redaksinya. Sejak hari itu aku menjadi saksi bisu 1001 macam karya dan peristiwa. Inilah inti utama kisahku.

Sesuai dengan jati diriku, maka yang banyak kulihat adalah kegiatan para pemuda, mahasiswa, ada lomba tulis-menulis, lomba bedah buku, dunia percetakan, dunia penerbitan, perpustakaan, ceramah, berbagai kursus. Bahkan aku menjadi saksi lahirnya majalah “Equilibrium” yang sangat fenomenal kala itu di universitas yang menaungiku. Aku juga menjadi rumah pelatihan bagi begitu banyak mahasiswa yang ingin dan berpotensi sebagai penulis, jurnalis dan programmer. Kader-kader jurnalis dan pemimpin tumbuh di depan mataku. Aku melihat seorang pemuda yang baru selesai dari Fakultas Hukum. Ia tidak tahu bahwa nanti ia akan menjadi politikus yang berwibawa dan anggota dewan. Ada juga seorang pemuda Kawanua. Ia tidak menyadari bahwa kelak ia akan menjadi seorang jurnalis professional dan terkenal bahkan akan menjadi salah satu pimpinan di sebuah media massa besar di tanah air. Tiap hari aku melihat pemuda-pemuda yang pintar dan sangat berbakat. Aku menerawang ke masa depan dan aku melihat banyak di antara mereka akan “jadi orang”: dokter, wartawan, pemimpin penerbitan, pengacara, akuntan, pengacara dan yang lainnya.

Pada suatu pagi tanggal 1 Mei 1996 ada rapat yang tegang. Ada banyak pemuda mahasiswa, pengurus Biro Equilibrium berdiri di halaman depan memegang spanduk bertuliskan: “Kita Menuntut Kebijaksanaan”, di spanduk yang lain tertulis“Hak Mahasiswa Diperkosa!”, “Kami Minta Pimpinan Universitas dan Fakultas Bersikap Adil”. Mereka berdemonstrasi menentang tindakan pimpinan universitas yang hendak menyita dan membekukan seluruh sendi dan tubuhku. Aku tidak akan difungsikan lagi. Untunglah demonstrasi itu berhasil. Aku tidak jadi beku dan masih bisa bernapas dengan nyaman dan lega.

Lalu setahun kemudian aku didatangi banyak pemuda dari penerbitan mahasiswa tetangga. Ternyata penerbitan itu sudah diambil alih dan dijadikan pasar. Kasihan juga mereka itu. Hampir seluruh anggota dan pengurus mereka akhirnya mengungsi ke sini. Sejak saat itu fungsiku menjadi lebih berat. Untunglah para pengungsi ini 6 bulan kemudian telah mendapatkan gedung baru, tidak begitu jauh dari lokasiku.

Tetapi, meskipun para pengungsi itu sudah mempunyai gedung sendiri (terlalu kecil untuk bisa disebut gedung sih), aku tetap dijadikan tempat serba guna mereka. Aku dijadikan tempat pelatihan. Aku dijadikan sekolah mini. Aku juga dijadikan kantor penerbitan mereka merangkap ruang rapat. Aku bahkan dijadikan kantor sebuah yayasan duka. Aku malahan pernah disewakan sebagai tempat resepsi pernikahan kecil-kecilan seorang penjaga kampus. Pengalaman luar biasaku menyaksikan diriku dihias sedemikian rupa, aku disulap menjadi anggun dan cantik. Tetapi ada cerita menyedihkan. Yang menyedihkan adalah bahwa segala barang rongsokan dari para pengungsi itu langsung dilempar ke wajahku. Tubuhku jadi penuh debu. Kotor, jelek dan bau.

Pada tahun berikutnya aku ditinggalkan pemuda ceking yang sudah mengepalai kepengurusan biro penerbitan ditubuhku selama 2 periode. Ia mesti memenuhi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan ia segera bertolak ke Amerika. Masa kepengurusanpun berganti. Aku mulai tidak terurus dan entah mengapa aku merasa begitu kehilangan.

Namun aku tetap bangga pada diriku. Aku bisa serba berguna bagi banyak orang. Aku bangga pada semua orang yang pernah berlatih, bersekolah, berorganisasi, berkantor, berkarya, berbakti dan berdedikasi di bawah atapku. Mereka telah banyak sekali berbuat baik.

Umurku ternyata tidak panjang. Aku meninggal dunia pada usia 18 tahun. Orang menyebutku sebagai mati muda. Tetapi aku meninggal dengan perasaan bangga karena dalam usia sependek itu aku telah melihat orang-orang yang berhasil. Orang-orang yang telah terbentuk untuk “banyak sekali berbuat baik”. Aku ikhlas bahwa di atas kuburanku seluas 1.346 M2 yang tinggal puing-puing ini akan didirikan gedung baru. Hati kecilku berharap agar penghuni gedung baru itu juga akan “banyak sekali berbuat baik”.

Pemuda ceking yang dulu suka mengamat-amatiku, dan yang bahkan telah menjadi bagian tak terpisah dari diriku ternyata masih selalu kangen denganku. Ia kini masih sering mengunjungi kuburanku. Buktinya, ia rela-rela datang dari negeri Paman Sam untuk berziarah ke makamku. Sekarang ia bukan pemuda ceking lagi, melainkan lelaki setengah baya dengan rambut yang mulai beruban. Tetapi sifatnya masih sama seperti dulu, yaitu lebih suka berdiam diri sambil berpikir dalam-dalam. Setiap kali mengunjungi kuburanku, ia menunduk dengan mata yang seakan menembus tanah untuk menatap jasadku. Telinganya dimiringkan untuk menangkap bisikanku. Maka berbisiklah aku dari dalam kubur. Kata demi kata kubisikkan supaya ia bisa menulis tentang kisahku…

Michael Sendow

(Tulisan ini kudedikasikan kepadamu hai gedung tua yang sudah menjadi puing-puing seminggu yang lalu. Engkau sudah banyak berjasa padaku dan teman-temanku!)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline