Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Indonesia Lawak Klub dan Kompasiana Lawak Klub

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Program lawakan atau komedian di TV kita memang mutunya masih kalah jauh dibanding acara-acara sejenis yang dapat ditemukan pada berbagai stasiun TV luar. Dulu di Amerika ada program TV yang menurut saya sangat lucu, kocak namun tetap cerdas. Saya tidak pernah absen menontonnya. Mungkin Anda pernah menyaksikan acara Whose Line Is It Anyway? Komedian yang tampil hanya 4 orang setiap episodenya. Namun lucunya minta ampun. Serasa perut ini mau pecah karena tertawa terus menerus. Kemudian ada juga tokoh sensasional berjuluk Mr. Bean, yang baru lihat wajahnya saja sudah bikin ketawa, tanpa bicara pun kita bisa terpingkal-pingkal dibuatnya.

Kalau melihat program acara lawakan di Indonesia, menurut pendapat saya, banyak yang mulai garing dan tidak ada lucunya sama sekali. Justru saya jadi tertawa malu karena melihat penampilan mereka yang sangat tidak lucu, namun dibuat-buat seakan lucu. Geli jadinya. Saya berharap kelak akan tampil bermunculan komedian-komedian cerdas yang tidak hanya mengumbar kata-kata ‘bullying’, candaan slapstick, dan sebagainya itu sebagai bahan lawakan. Itu bukan lawakan cerdas. Atau yang sering mengeksploitasi penderitaan, kecelakaan, musibah orang lain sebagai bahan lawakan. Membuat orang tertawa di atas musibah orang lain. Menurut saya, itu semua akan menjadi amat sangat tidak lucu, dan tidak etis.

Indonesia Lawak Klub (ILK)

Trans7 rupa-rupanya melihat adanya peluang membobol pakem lawakan yang sudah tidak lucu lagi semacam itu. Kini mereka coba menawarkan sesuatu yang berbeda. Mereka coba menampilkan sesuatu yang lain. Boleh dibilang yang pertama di Indonesia. Apa itu? Itulah Indonesia Lawak Klub (ILK). Acara yang kini semakin diminati dan ratingnya terus naik. Saya saja yang menontonnya secara kebetulan, langsung kepincut. Sekarang, tiada hari tanpa ILK. Lihat saja, tadinya acara tersebut hanya tayang Sabtu dan Minggu itu, namun kini sudah mengisi seluruh slot prime time mulai hari Senin sampai Jumat pukul 21.30. Ini luar biasa.

Menurut sang produser ILK Ucok Ramadheni, acara ini sebetulnya dibuat sebagai bentuk parody tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne. Beberapa panelis dan narasumber dihadirkan untuk membahas satu tema. Akan tetapi yang ditampilkan adalah dalam bentuk komedi. Lantas mereka dapat berimprovisasi sebisa mungkin untuk menghidupkan acara, dan menjadi semacam thermostat (pengatur) suhu lawakan yang ditampilkan.

Dalam satu episode, ILK mengumpulkan sekaligus banyak pelawak, bisa 8-10 komedian dari berbagai genre dan usia. ILK yang digawangi Denny Chandra sebagai host ini didukung penuh oleh si Komeng dan Cak Lontong, yang kayaknya sudah menjadi ‘pemain tetap’ di ILK. Di samping itu ada juga Fitri Tropica (Fitrop), Rico Ceper, Jarwo Kwat, Cici Panda (Cipan), sering juga diundang si Budi Anduk, Marwoto, dan Akbar. Para komedian yang diundang untuk tampil itu tidak sembarangan. Mereka semua adalah pelawak yang memiliki karakter, cerdas, dan berbeda tentunya. Memiliki karisma masing-masing.

Denny Chandra yang sangat piawai memoderasi atau mengarahkan forum ini tentunya sangat mendukung intensitas dan ‘suhu’ kelucuan dalam ‘ruang lawak’ ILK. Ia juga cerdas melihat sikon, tau mana waktu yang tepat untuk menyela serta meminta pendapat kepada setiap komedian yang hadir. Ia juga bisa tampil lucu sebagai host dengan tingkah tidak dibuat-buat tapi mengundang tawa. Perpaduan dengan gaya Komeng yang suka nyeletuk tentu menjadi amat pas. Apalagi, sebagai pamungkas kelucuan selalu hadir seorang Cak Lontong. Kelucuannya tidak diragukan lagi. Dengan cerdasnya ia dapat membuat seisi ruangan terpingkal-pingkal dengan ulah serta survey nggak beresnya itu. Saya bahkan, pada suatu ketika, sempat melemparinya dengan sepatu, untung bukan jidatnya yang kena, melainkan monitor TV saya yang tergores.

Cak Lontong yang selalu tampil beda dengan segala macam data-data survey absurd ngejelimet namun kocak, membuat kita senyam-senyum setiap hari. Belum lagi penampilan si Fitri Tropica, katanya si Fitrop ini ditampilkan di ILK karena dianggap sebagai wakil anak muda dengan gaya alay dan lebay, serta bicara yang sok keinggris-inggrisan. Kang Maman adalah seorang notulen cerdas yang siap menutup setiap episode dengan berbagai rangkuman, kata-kata mutiara, dan wejangan bijak yang selalu mengena. Ada yang bertanya pada Kang Maman apakah hasil notulen itu sudah disiapkan sebelumnya? Kang Maman mengatakan bahwa semua hasil rangkuman dan notulen itu terbesit pada saat acara berlangsung, dan bukan disiapkan sebelumnya. Jadi murni muncul pada saat ILK berlangsung.

Tim kreatif ILK kelihatannya berupaya untuk mendatangkan pelawak-pelawak dari berbagai generasi. Dan ILK ini sudah semestinya dijadikan bukan hanya sekedar program komedi biasa. Setiap pemain dituntut mampu mendekonstruksi sebuah masalah yang dijadikan tema. Semuanya harus mengalir normal, tanpa diatur-atur, dan dilakukan dengan cara pintar supaya semua guyonan serta kekocakan yang dihasilkan terlihat wajar namun tetap cerdas, serta berbobot. Tawa di acara tersebut, mengutip apa yang dikatakan Cak Lontong, dihasilkan dari "Mikir!"

KLK (Kompasiana Lawak Klub)

Kini mari kita bicara tentang Kompasiana Lawak Klub (KLK). Di Kompasiana, kalau kita cermati secara seksama, maka akan kita temui rubrik HUMOR di sana. Ini semestinya dijadikan sarana terdepan untuk memunculkan dan menampilkan potensi kelucuan secara cerdas yang dimiliki banyak kompasianer. Menulis sesuatu yang lucu namun cerdas memang tidak gampang, tapi bukan berarti tidak bisa.

Saya tidak meragukan beberapa kompasianer yang mampu menulis sesuatu yang lucu, kocak, namun tetap bernas dan smart. Jadi tulisan tentang sebuah topik hangat sekalipun dapat tetap ditulis secara lucu dan jenaka. Ada beberapa tulisan humor cerdas yang seharusnya dimaksimalkan di Kompasiana ini. Penulis-penulis seperti Herman Hasyim, Zulfikar Akbar, Srondol, Bain Saptaman, dan Gustaaf Kusno sebetulnya adalah beberapa contoh di antara begitu banyak penulis cerdas yang dapat menjadikan sebuah tulisan lucu, kocak, jenaka, tetap tidak kehilangan bobot dan makna. Pun sebaliknya, tulisan yang ilmiah namun dibahas secara lucu dan kocak.

Untuk itulah, kita mestinya menampilkan sajian-sajian humor cerdas semakin banyak lagi hadir bermunculan di Kompasiana ini. Siapa tahu nantinya akan terbentuk Kompasiana Lawak Klub, dan siapa tahu juga akan mampu menandingi kelucuan dan kehebatan Indonesia Lawak Klub. Siapa tahu lho.

Daripada kita hanya memanfaatkan Kompasiana untuk saling melempar cibiran, ejekan, hinaan yang sama sekali tidak lucu antar sesama kompasianer hanya oleh karena berbeda partai, beda visi, dan beda pemikiran, mendingan kita buat sesuatu yang benar-benar lucu namun bermanfaat. Ya itu, menghadirkan KLK. Dengan demikian, semakin nyatalah keunggulan Kompasiana dibanding media sosial lainnya. Apapun ada dan dapat ditemui di sini. Termasuk klub lawak.

Hadirnya ILK membuat pecinta komedi dan lawak amat terpuaskan. Tontonan lawak dan komedi pun tidak monoton dan garing lagi. Sementara itu, hadirnya KLK menciptakan suasana lucu dalam lingkup Kompasiana, yang tetap cerdas dan berisi. Bisa jadi, akan menjadi sebuah alternatif hiburan bagi mereka yang suka humor dan bacaan lucu di tanah air ini. Lagi-lagi, siapa tahu. Cheers! ---Michael Sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline