Lihat ke Halaman Asli

Michael Sendow

TERVERIFIKASI

Writter

Berburu Petir

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14126009342134693339

Salah satu hobi saya, selain gemar membaca dan menulis, adalah juga gemar jadi ‘tukang foto’. Ya, dunia fotografi sudah saya tekuni sejak masih SMA. Bukan sebagai seorang fotografer profesional tentunya, melainkan hanyalah sebagai hobi semata.

Namun, oleh karena hobi itu sudah seperti mendarah-daging dalam hidup saya, maka hobi itu terus tertekuni hingga saat ini. Rasa-rasanya tidak ada yang lebih menggembirakan dalam mengisi waktu senggang selain diisi dengan menulis, membaca, dan so pasti jepret-jepret. Dalam hal jepret-jepret ini, maka kamera sakupun kadang bisa menjadi amat dibutuhkan bila sementara melakukan perjalanan ke manapun. Saya justru lebih sering menggunakan dan memaksimalkan kamera saku untuk memuaskan dahaga saya dalam dunia jepret-jepret. Baik itu ketika berwisata, atau ketika hunting sesuatu.

Karena hobi jepret-jepret itu pulalah maka lahirlah berbagai macam hasil foto saya, baik itu tentang orang, tentang budaya, tentang alam, dan tentang kenusantaraan, termasuk kuliner di dalamnya. Ada beberapa di antaranya yang pernah saya ikut sertakan dalam berbagai lomba, dan ternyata ada satu dua yang kebetulan menang. Asyiiik…..

Menggunakan kamera saku juga sesungguhnya bisa maksimal lho. Jangan berpikir bahwa untuk mendapatkan hasil jepretan yang berkualitas, bagus dan mewah maka harus menggunakan kamera harga belasan atau puluhan juta dulu. Tidak seperti itu. Yang terpenting adalah timing, moment, dan ingat selalu untuk sabar. Ini ada beberapa contoh hasil jepret-jepret yang berhasil saya abadikan dengan menggunakan kamera saku:

Biasa menjadi luarbiasa

Nah, berburu moment dan objek foto memang gampang-gampang susah. Ada yang sangat suka berburu objek foto yang ekstrem, tetapi ada pula yang sangat suka mengabadikan sesuatu yang adem – adem saja. Semuanya itu tentu tergantung hobi dan style masing-masing tukang foto. Setiap tukang foto tentu punya selera berbeda-beda.

Saya termasuk penyuka foto alam (dan fenomena alam). Dan, belum lama ini saya baru menemukan betapa asyiknya berburu kilat atau petir. Atau ada yang menyebutnya sebagai halilintar. Untuk mengabadikan kilat dengan kamera saku tentu butuh kesabaran yang amat sangat. Menunggu momen yang pas, dan saat yang tepat untuk menjepret. Bila kilat sudah kelihatan baru dijepret tentu kilatannya tidak akan bisa diabadikan. Di sinilah letak keunikannya. Kita harus punya feeling yang pas kira-kira kapan petirnya akan segera menyambar, maka sepersekian detik sebelum cahayanya muncul maka kita sudah harus menjepretnya. Tinggal tekan tombol jepret. Jepret…jepret…!

Ini ada beberapa hasil berburu petir saya…..

[caption id="attachment_346378" align="aligncenter" width="619" caption="Kilatan petir bertegangan tinggi...hati-hati jangan sampai kesambar olehnya...."][/caption]

[caption id="attachment_346381" align="aligncenter" width="659" caption="Kilatan halilintar...Dahsyatnya cahaya bertegangan tinggi itu...momen yang pas"]

1412601068771040276

[/caption]

[caption id="attachment_346382" align="aligncenter" width="644" caption="Sambaran kilat....Kalau sampai kena sambarannya maka gosonglah tubuh kita ini. Sudah pernah lihat ikan goreng yang gosong karena kelamaan digoreng? Amit...amit deh...."]

1412601212350100322

[/caption]

[caption id="attachment_346385" align="aligncenter" width="651" caption="Namanya kilat, petir, atau halilintar. Apapun nama panggilannya ia tetap sangat berbahaya bila menyambar bumi..."]

14126013691083945689

[/caption]


Biasanya petir (cahayanya) akan diikuti oleh guruh (atau dalam Bahasa Manado disebut guntur) yang adalah bunyi gelegar, dan selalu terdengar setelah kita melihat kilatan cahaya petir itu. Ini tentu disebabkan oleh adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Mata kita lebih cepat menerima cahaya karena datangnya lebih cepat, dibanding telinga kita menangkap bunyi guruhnya.

Menurut pelajuaran sederhana yang kita dapatkan di bangku sekolah, yang masih saya ingat adalah bahwa kilat atau petir itu sebetulnya hanyalah sebuah gejala alam biasa, yang sering terjadi di musim hujan. Sebagian besar petir tercipta oleh karena benturan antar awan. Adanya benturan awan negatif dan positif menyebabkan kilatan cahaya tegangan tinggi tersebut. Petir itu ibarat aliran listrik bervoltase tinggi, yang lepas dan terbang bebas di angkasa. Aliran dan sengatan listrik bertegangan sangat tinggi (dapat dilihat dari pancaran energi kilatannya) ini tentu akan menjadi sangat berbahaya bila menghantam kita, atau benda-benda di sekitar kita. Orang kesentrum listrik bertegangan rendah saja rasanya hampir mau mati, bagaimana bila kesambar petir ya?

[caption id="attachment_346386" align="aligncenter" width="649" caption=""Duuuaaaarrrrrrrrr......""]

1412601589475662787

[/caption]


Benjamin Franklin adalah seorang penemu yang berhasil menemukan alat penangkal petir. Hasil penemuannya itulah yang di kemudian hari berkembang pesat, dan hingga kini hampir di semua rumah mewah dan gedung-gedung bertingkat sudah memilikinya. Franklin juga adalah salah seorang yang berusaha menguji “teori kilatan petir” dengan membuat beberapa penelitian dan percobaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan sebuah tiang yang didirikan di kota Philadelphia di East Coast Amerika, sekitar 2 jam dari tempat tinggal saya di Edison, Jersey. Dua jam naik mobil, bukan jalan kaki ya. Ingat itu. Kalau jalan kaki, keburu disambar petir belum nyampe-nyampe juga ke Philadelphianya.

Eh, kok jadi bahas teori kilat? Hehehe….bukannya saat ini kita lagi membahas ‘teori fotografi’?. Oke deh kalau begitu, saya sudahi saja tulisan sederhana ini. Semoga kita aman dari segala sengatan dan sambaran kilat, dimana pun kita berada. Cheers! ---Michael Sendow---




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline