Lihat ke Halaman Asli

Rokok Rendah Nikotin Itu Justru Lebih Berbahaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1368868538167494128

[caption id="attachment_262081" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Sekitar 90% perokok tahu bahwa merokok buruk untuk kesehatan mereka, dan ada sekitar 60% perokok ingin berhenti, namun tetap tidak bisa. Setiap minggu, dokter umum akan mendengar pecandu rokok berkata begini, “Lihat Dok, saya baru saja berhenti merokok. Saya mulai mengisap rokok rendah nikotin.” Perokok yang malang ini menjadi korban mitos bahwa rokok rendah nikotin hanya memasukkan sedikit nikotin ke dalam tubuh mereka.

Kawan, ingat saja bahwa nikotin adalah zat yang membuat kecanduan (bukan agama yang membuat seseorang kecanduan). Dan fakta membuktikan bahwa nikotin benar-benar adalah zat yang sangat membuat kecanduan.

Perusahaan rokok sebenarnya dapat membuat rokok tanpa nikotin, tapi tentu saja mereka tidak bakalan mau karena jangan-jangan tidak aka nada lagi yang membeli rokok mereka.

Sebatang rokok adalag alat yang sangat efesien untuk menjadi kecanduan, kawan. Oleh sebab itu perusahaan rokok tidak akan pernah bangkrut. Rokok akan mengirim sejumlah nikotin ke otak yang diperlukan untuk memastikan kecanduan yang berlanjut dalam jangka waktu 11 detik penghirupan asapnya. Kawan, jika anda ingin membuat seseorang kecanduan rokok, anda memerlukan waktu sangat singkat antara ketika ia menghisap rokoknya dan ketika mereka merasakan hasilnya (nikotin di otak mereka). Menghisap nikotin dari sebatang rokok sebanding dengan harganya. Rata-rata perokok memiliki 40 miligram nikotin di dalam setiap milliliter darah!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline