Lihat ke Halaman Asli

Jadi Kompasianer Serba Salah! ---Rok Mini---

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1303346662362232817

Jadi kompasianer serba salah! ---Rok Mini---

[caption id="attachment_102928" align="alignright" width="300" caption="Kompasianer paling angker nih!"][/caption]

Di kompasiana banyak yang lucu. Mari kita selidiki satu per satu. Mulai dari “daya pikat”nya, kalau kita duduk di bangku sekolah atau bangku kuliah serasa cepat bosan, malas dan malah kadang ngantuk. Tapi, kalau duduk di depan layar komputer ber-kompasiana-ria hal sebaliknya yang kita dapat. Kalau sudah duduk lupa berdiri istilahnya…..Hemmmmm, benar apa betul?

Di kompasiana itu kadang-kadang dijadikan ajang “jual beli”, kamu jual saya beli! Atau “barter”, entah barter kunjungan atau barter postingan. Yah… katakanlah silahturahmi, demikian kata sebagian kompasianer. Di tempat ini juga ada sebagian yang menjadikannya sebagai tempat untuk nulis duluan, mikir belakangan. Atau sebagai sarana untuk urusan tembak-menembak sesama kompasianer., kalau yang beginian mungkin mereka belajarnya dari film-film western. Itu tuh, yang suka pake topi koboy lalu naik kuda dan bawa senapan laras panjang.

Kompasianer itu ada yang muda dan ada yang tua. Mana yang lebih bijak? Hehehehe…. Umur berapa pun kompasianer itu kayaknya bijak. Perhatikan bahwa tiap kalimat keterangan ini terdapat kata bijak. Pada umur 30 tahun seorang kompasianer belumlah bijak. Umur 40 tahun ia merasa diri bijak. Umur 50 tahun ia sok bijak. Umur 60 tahun ia mengadakan pengucapan syukur untuk merayakan bijaknya. Umur 80 tahun ia jadi terlalu bijak sehingga menjadi tidak bijak lagi.

Lalu bagaimana dengan pengetahuan mereka? Pada usia 30 tahun ia tidak tahu apa-apa, bahkan tahu diri juga tidak. Usia 40 tahun ia merasa diri tahu padahal ia tidak tahu bahwa sebetulnya ia tidak tahu. Usia 50 tahun ia tahu bahwa ia tidak tahu. Usia 60 tahun ia merasa tahu tapi tidak tahu apa ia betul-betul tahu. Usia 70 tahun ia tahu bahwa ia tahu tapi ia tidak tahu bagaimana meyakinkan orang lain bahwa ia tahu. Usia 80 tahun ia tahu bahwa ia tahu dan tahu mewariskan dan menuliskan apa yang ia tahu, tetapi ia sudah lupa apa yang ia tahu! Lupa! Lupa!...Nah, umur berapakah Anda?

Kemudian bagi para kompasianer muda yang belum menikah, bagaimana cara kompasianer single memilih istri? Siapa yang dipilihnya? Apa persyaratannya? Ini persyaratannya: siang hari di luar bersikap alim, tetapi malam hari di kamar harus genit.

Jadi kompasianer itu selalu serba salah. Kalau tulisannya pendek orang akan nyeletuk, “Yaaah, tulisannya pendek amat nggak berbobot!” Sebaliknya, kalau tulisannya panjang orang ngomel, “Panjang amat sih, emangnya lagi ngasih kuliah…bosan tauuk!” Kalau tulisannya bagus orang bilang “Sok jadi guru Bahasa Indonesia loe!” Sebaliknya, kalau tulisannya jelek atau agak amburadul “Mau jadi penulis kok kayak gitu sih! Nggak banget deh!” Kalau jarang melawat atau berkunjung ke lapak teman orang menggerutu “Kompasianer yang satu ini pemalas lagi sombong!” Sebaliknya kalau banyak berkunjung ke lapak orang maka ia akan dijuluki “Cari muka!” Kalau mendekati lapak penulis senior, banyak yang berbisik “Ada maunya tuh!” Sebaliknya kalai mendekati yang junior orang berkomentar “Sok Sosial!”

Masih ada lagi nih…Kalau aktif nulis di kompasiana ada yang bilang, “Cari muka, pengen terkenal yah!?” Sebaliknya, kalau tidak aktif nulis orang mencibir, “Kok malas nulis sih, lapaknya kosong melompong tuh!” Kalau HLnya sering orang bilang, “Nggak tahu diri!” Sebaliknya, kalau tidak pernah masuk di kolom apapun orang bilang, “Ia bukan contoh yang baik!” Kalau ber-make up orang nyindir, “seperti mau main sinetron aja!” Sebaliknya, kalau tidak ber-make up orang nyeletuk, “Kok pucat sepeti orang sakit!” Lho apa hubungannya yah…? Pokoknya intinya serba salah…

Tadi disebut hal panjang pendeknya suatu tulisan. Apa patokan mengukur panjang pendeknya suatu tulisan atau artikel? Gampang. Patokannya adalah rok mini. Tulisan itu harus seperti rok mini. Artinya, harus cukup pendek supaya dilihat orang, tapi cukup panjang supaya jangan kelihatan apa yang memang tidak boleh kelihatan. Harus cukup pendek supaya menarik, tapi cukup panjang supaya meliput apa yang perlu diliput. Sebab tujuannya agar pembaca menerima isi pesan yang hendak kita sampaikan. Pahami benar kata “cukup” tersebut.

Nah, sampai di sini dulu tulisan saya ini. Lho, kok Cuma sampai di sini? Terusin dong ceritanya…! Kok pendek? Ya iyalah, wong namanya juga rok mini. Kalau panjang, namanya bukan rok mini dong, tapi long dress!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline