Lihat ke Halaman Asli

Kawal Suara = Kawal Demokrasi

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14055708101373320297

Kawal Suara = Kawal Demokrasi

[caption id="attachment_315739" align="aligncenter" width="566" caption="Sumber KPU"][/caption]

Ternyata pilpres kali ini begitu banyak menyita perhatian banyak sekali orang dan organisasi. Mereka berlomba-lomba dating ke TPS pada tgl 9 Juli lalu, memberikan suara mereka secara demokratis. Meskipun ternyata di beberapa tempat suara yang harusnya demokratis itu agak tercoreng dengan money politics, intimidasi, dan perbuatan tercela lainnya.

Setelah memberikan suara mereka, rakyat banyak kini berusana mengawal suara-suara tersebut. Satu kertas suara tentu saja memiliki nilai yang sangat besar, terutama sangat besar bagi sebuah demokrasi. Partisipasi warga dalam pilpres kali ini memang sangat luar biasa. Antusiasme yang ada benar-benar tidak seperti pada pilpres maupun pileg-pileg sebelumnya. Mereka begitu antusias dalam menyampaikan suara mereka, pun selepas itu, mereka antusias sekali dalam mengawal suara-suara itu. Apalagi dengan berbagai indikasi dan bukti di lapangan tentang banyaknya ‘pencopet suara’ yang bermunculan akhir-akhir ini. Semakin mendekati 22 Juli, semakin banyak pencopet suara dan penjahat demokrasi bermunculan.

Memang betul bahwa mencurangi pemilu sama saja dengan mencederai bahkan membunuh dmokrasi. Kita harus menghormati dan menghargai setinggi-tingginya 1 suara yang diberikan warga negara. Satu suara yang ikut menentukan nasib bangsa ini 5 tahun ke depan tentu mesti dijaga, dikawal, dan dijamin haknya. Dijamin haknya untuk sampai ke kotak suara TPS dan seterusnya sampai ke kotak suara penghitungan terakhir di KPU pusat, tanpa ada rekayasa dan manipulasi apapun. Memanipulasi atau menghilangkan suara, menambahkan suara, merusak suara itu hukumnya pidana, denda besar dan masuk penjara. Makanya KPU dan penegak hukum, polisi dan semua pihak yang terkait harus berani bertindak tegas, jangan hanya sampai di ancaman dan gertak sambel doing.

Di dunia maya, di sosial media berbagai macam bentuk partisipasi warga pun terus terlihat. Misalnya dari individu, maupun organisasi yang netral yang ikut merasa perlu turut serta mengamankan dan mengawal suara rakyat tersebut. Misalnya upaya seorang mahasiswa dari Singapore yang didukung ribuan relawan ini, mereka membentuk website Kawal Pemilu 2014 untuk menjaga suara-suara supaya tidak dimanipulasi. Dapat dilihat di sini: http://www.kawalpemilu.org/#0 Atau juga akun yang dibuat oleh seorang calon doktor di sini: http://c1yanganeh.tumblr.com/ dimana ditampilkan khusus semua bentuk kecurangan dan hal-hal aneh yang ditemukan dalam formulir C1. Silakan ikut berpartisipasi.

Semangat mengawal suara pilpres 2014 kali ini tentu harus kita jaga bersama. Bukan kita rusak dengan cara-cara tidak terpuji. Misalnya untuk website Kawal Pemilu di atas itu, yang menurut pembuat situs itu bahwa sudah ada serangan dari para hacker ratusan kali untuk membuat site tersebut down. Entah apa maksudnya tapi dengan begitu akan jelas terlihat sikap dan prilaku tidak legowo, tidak santun, dan kurang beradabnya orang-orang yang tidak tahu berdemokrasi secara sehat.

Di Twitter, TL yang aktif bersuara menangkal fitnah dan yanbg begitu aktif mengawal suara begitu banyak bertebaran. Akun-akun yang mengawal suara Jokowi misalnya sangat aktif melaporkan setiap bentuk tindakan kecurangan yang berhasil difoto dan direcord. Di antaranya adalah akun-akun yang dapat Anda follow seperti: Info Jokowi @LaporanJOKOWI , @MediaCenterJKW , @Bara_Jokowi , @Relawan_jokowi , @RelNasJokowi_JK dan masih banyak lainnya.

Suara-suara ini tentu harus diamankan, sebab alangkah malangnya nasib bangsa ini bila pemenangnya adalah mereka-mereka yang ternyata mencopet/mencuri suara rakyat. Padahal tidak ada kemenangan yang lebih indah daripada kemampuan untuk mengakui keunggulan lawan. Semoga bangsa kita mendapatkan berkah dari Tuhan Maha Pencipta bila berlaku jujur dalam hal apapun. MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline