Lihat ke Halaman Asli

Red Flag in Relationship : Attention Seeker

Diperbarui: 7 Agustus 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sadar nggak sih kadang dalam suatu hubungan ada satu pihak ataupun keduanya yang mau ngejalanin hubungan hanya karena dia butuh perhatian, atau bisa kita sebut 'Attention Seeker'. Sayang? Nggak. Cinta? Nggak juga. Jalanin hubungan hanya karena ingin diperhatiin aja, ingin disayang, ingin dikejar, tapi nggak mau ngehargain. That's attention seeker. Kira-kira orang kayak gitu pantes nggak ya dipertahanin?

Sebelumnya kupas dulu yuk faktor-faktor apa yang bisa membuktikan kalau di hubungan kamu ada attention seeker yang nantinya akan berujung jadi toxic relationship. Pastinya adanya masalah komunikasi, setiap kali kamu memiliki kekhawatiran atau pendapat yang berbeda, kamu biasanya bertemu dengan kemarahan ataupun manipulasi dari dia. Dia juga nggak tertarik mendengarkan kamu, kamu dapat melihat dia mudah bosan saat kamu mengganti topik. Dia nggak pernah meminta nasihat kamu, kalau kamu mencoba memberi dia nasihat yang masuk akal, dia aka terus mengulangi jawaban yang sama. Dia mengharapkan kamu untuk selalu setuju dengannya. Dia hanya mengurus kebutuhannya sendiri, kamu nggak penting bagi dia. Dia sangat mudah marah dan sangat manipulatif. Dia nggak keberatan berbohong, atau memanipulasi kamu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Kamu yang selalu maafin kalau dia salah, kamu yang selalu minta maaf kalau dia marah.

Sederhananya, kalau kamu, keberadaan dan perasaan kamu adalah sesuatu yang penting dan berharga buat dia, kamu akan jadi prioritasnya. Jangan jadi 'pengemis' yang minta dia berulang-ulang kali untuk ngertiin kamu, minta perhatiannya, minta dia buat mendengarkan kamu, dan berharap dia berubah. Kalau dia benar-benar sayang sama kamu dan bukan 'attention seeker', dia akan memberikan itu semua tanpa harus kamu minta. Silahkan kamu chat dia sesuka kamu, bilang kalau kamu kangen. Akan ada fase dimana kamu cape dan merasa bodoh sama tingkah laku kamu sendiri. Di fase itu juga kamu akan paham kalau kamu bisa baik-baik aja tanpa dia.

Rata-rata attention seeker punya hobi tarik ulur hubungan. Jika ada kamu, dia bersyukur, nggak ada kamu, juga nggak masalah. Tapi ada juga attention seeker yang ketika dia ditinggalkan, dia akan kejar kamu balik. Dan ketika kamu menerima dia lagi, dia akan mengulangi kesalahan yang sama untuk tidak menghargai kamu lagi. 

Kalau kamu benar-benar ingin lepas dari si attention seeker yang sudah bawa kamu ke toxic relationship, kamu harus sadar bahwa kamu pantas mendapatkan yang lebih baik. Terima kenyataan bahwa dia nggak akan berubah. Putuskan semua komunikasi dengan dia. Jelajahi alasan orang toxic ini ada di dalam hidup kamu dan pelajaran apa yang kamu dapat. Ketahuilah bahwa sebenarnya nggak apa-apa untuk tetap mencintai seseorang dari kejauhan. Terima kenyataan bahwa kamu nggak bisa mengontrol tindakan atau perilaku dia. Kamu harus sadar bahwa mungkin rasanya meninggalkan sama buruknya jika kamu tetap stay sama dia. Ada satu kutipan dari film 'Antalogi Rasa' hasil kerjasama Rizal Mantovani dan Sunil Soraya yang menurut saya dan kebanyakan orang benar. "Satu-satunya cara untuk kita tetap berteman adalah dengan tidak bertemu lagi".  Jarak benar-benar sangat berpengaruh untuk hubungan dan mental health kamu kedepannya.

Biar dia introspeksi diri atas kecuekan dia selama ini. Biar dia belajar lebih menghargai waktu, menghargai kehadiran seseorang, dan menghargai ketulusan seseorang. Biar dia sadar kalau selama ini orang yang dia anggap egois, ternyata orang itu lah yang mampu bertahan dengan segala kekurangan dia. Singkatnya, jika dia sayang kamu, kamu nggak perlu mengemis effort dia. Dia akan mencari waktu untuk bertemu, untuk telefon kamu, untuk chat kamu. Nggak ada seseorang yang terlalu sibuk untuk orang yang benar-benar ia sayang.
Tinggalin dia. We need to appreciate ourself.
Cause I've been in that situation tho




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline