Lihat ke Halaman Asli

Menciptakan Gelombang Sendiri di Kala Terombang-ambing di Gelombang Keputusan

Diperbarui: 27 Februari 2016   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sejuta potensi dan bakat yang terkandung didalamnya. Bakat dan potensi tersebut tentunya dapat dijadikan sebagai senjata dalam memajukan negara kita ini. Terkhusus dalam ranah permainan sepak bola. Prestasi demi prestasi diukir sejak negara ini masih menggunakan nama Hindia Belanda sebagai nama tim kesebelasan mereka di ajang FIFA pada tahun 1938 di Perancis. Tim yang mewakili Indonesia dalam pertandingan sepak bola di jendela internasional ini berada di bawah naungan PSSI. Organisasi yang berdiri sejak 19 April 1930 ini bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan sepak bola di Indonesia. Pada saat ini, organisasi yang memiliki kepanjangan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia ini sedang dibekukan oleh Menpora dan dijatuhkan sanksi oleh FIFA.

Konflik ini berawal saat ikut sertanya Arema Indonesia dan Persebaya Surabaya dalam ajang QNB League, keikutsertaan kedua tim tersebut sudah dilarang oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga yang akhirnya diberi surat peringatan 1 pada tanggal 8 April 2015. Berlanjut dengan jatuhnya surat peringatan kedua untuk PSSI karena telah mengabaikan rekomendasi yang telah diberikan BOPI, surat peringatan tersebut diberikan seminggu setelah surat peringatan 1 diberikan. Disaat Kemenpora memberikan surat peringatan kepada PSSI, FIFA mengirim surat pula kepada Imam Nahrawi pada tanggal 10 April 2015 yang berisikan supaya pemerintah khususnya Kemenpora tidak mengintervensi PSSI dengan tambahan jika pemerintah tetap mengintervensi PSSI maka FIFA akan memberikan sanksi kepada PSSI, akan tetapi surat peringatan ketiga tetap dijatuhkan pada tanggal 16 April 2015 karena PSSI mengabaikan surat peringatan 1 dan 2. Sampailah akhirnya pada tanggal 18 April 2015, PSSI dibekukan oleh Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga serta tidak mengakui Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surabaya. Bahkan menpora sendiri menerangkan bahwa akan ada tim transisi sebagai tim yang akan mengambil alih hak dan kewenangan PSSI. Pada tanggal 25 Mei 2015, pemerintah melalui Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla menganjurkan dicabutnya pembekuan PSSI setelah adanya pertemuan tertutup. Anjuran pencabutan pembekuan PSSI ini dilakukan dengan alasan untuk menghindari sanksi FIFA. Sayangnya pada tanggal 30 Mei 2015, FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada PSSI yang mengakibatkan Indonesia dilarang mengikutsertakan dirinya dalam ajang internasional kecuali Sea Games di Singapura hingga turnamen selesai.

Dibekukan pemerintah, lalu pemerintah menganjurkan untuk mencabut pembekuan PSSI. Mengapa setelah PSSI dibekukan, pemerintah justru menganjurkan pencabutan pembekuan tersebut? Jawabannya ialah untuk menghindari sanksi dari FIFA. Lantas mengapa sanksi FIFA tetap dijatuhkan kepada PSSI, bukankah pemerintah sudah merundingkan tentang pencabutan pembekuan PSSI? FIFA menyatakan bahwa sanksi akan dicabut apabila PSSI kembali diberikan wewenang untuk mengelola urusannya sendiri atau independen. Sanksi tersebut tertera pada surat yang ditanda tangani oleh sekjen FIFA, Jerome Valcke. Dalam hal ini, FIFA menganggap bahwa pemerintah Indonesia terlalu ikut campur dalam urusan-urusan internal PSSI.

Macan yang berada di dalam kandang, bukan berarti ia tak buas. Sudut pandang dan perspektif lain dibutuhkan dalam menghadapi persoalan seperti ini. Dalam satu sisi, tidak ada yang perlu ditakuti dari sanksi FIFA. Dengan dilarangnya keikutsertaan Indonesia dalam ajang-ajang internasional justru hal ini dapat dijadikan kesempatan untuk mengelola sepak bola Indonesia supaya menjadi lebih baik lagi tanpa adanya gangguan dari eksternal. Dengan pembenahan sepakbola inilah prestasi yang diukir atas nama Indonesia akan semakin memuncak. Dengan dilarangnya keikutsertaan Indonesia dalam ajang internasional bukan berarti kegiatan sepakbola Indonesia tidak bisa berjalan, apalagi dengan adanya Liga Indonesia dan Piala Indonesia. Hal ini akan menjadikan Liga Indonesia dan Piala Indonesia semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Selain tidak diperbolehlan untuk mengikuti ajang-ajang internasional, Indonesia juga tidak mendapatkan pelatihan dari FIFA dan AFC. Dengan minimnya pelatihan dari luar, Indonesia dapat menggali potensi para pelatih dan mencari lebih banyak lagi pelatih yang bisa jadi berkemampuan setara atau lebih dari pelatih FIFA dan AFC.

Terombang-ambing kembali. Setelah diombang-ambing dari pembekuan dan anjuran pencabutan pembekuan, lagi-lagi nama sepakbola Indonesia kembali diombang-ambing, namun dengan hal yang berbeda yaitu pengkajian pencabutan sanksi PSSI dan memastikan serta mencabut sanksi PSSI. Dengan berbagai bentuk kontroversi yang terus-menerus inilah yang tentunya tidak akan menyelesaikan masalah melainkan akan semakin menghambat penyelesaian masalah dan kemajuan kemampuan Indonesia di ranah permainan sepakbola. Butuh kolaborasi antara satu peran dengan peran yang lain untuk menyelesaikan masalah yang kiat membawa banyak dampak bagi nasib sepakbola di Indonesia ini. Indonesia harus dapat menunjukkan kemampuannya demi memajukan serta mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline