Lihat ke Halaman Asli

“Maaf”, “Terima Kasih”, dan “Tolong” Sudah Langka di Bumi Indonesia

Diperbarui: 28 November 2015   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang Indonesia yang dianggap orang Timur yang mengedepankan sopan santun sepertinya sudah tidak tergambar dalam komunikasi sehari-hari. Buktinya, baik dari anak-anak sampai pejabat sudah kehilangan kesantunan dalam berkomunikasi. Misalnya, anak-anak yang lebih banyak bergaul dengan bahasa-bahasa kasar. Sementara itu, para pejabat atau public figure yang jelas-jelas dinyatakan bersalah tidak memberikan permohonan maaf kepada rakyat dan malah selalu melakukan pembenaran terhadap dirinya dan perbuatannya.

Bahasa adalah media komunikasi yang dipakai oleh manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Melalui bahasa, manusia mampu menyampaikan maksud dan pemikirannya kepada sesamanya. Semua bidang kehidupan manusia juga disokong oleh keberadaan bahasa. Oleh karena itu, peranan bahasa di dalam kehidupan manusia sangatlah vital.

Meskipun begitu, bahasa juga dapat menjadi kurang efektif apabila tidak disertai dengan etika berbahasa yang baik dan santun. Dalam kehidupan sehari-hari, adakalanya kita menemui kesalahpahaman yang terjadi pada saat berkomunikasi hanya karena maksud yang ingin kita sampaikan salah diartikan oleh lawan bicara kita ataupun sebaliknya. Salah interpretasi tersebut dapat terjadi karena penggunaan bahasa, pemilihan kata, ataupun cara penuturan yang kurang tepat.

Penggunaan bahasa yang santun sebetulnya tidaklah sulit. Berbahasa santun bukan berarti kita harus menggunakan kata-kata yang kaku dan baku. Berikut akan saya bagikan beberapa tips berbahasa santun yang mudah untuk dipraktekkan.

Pertama, pergunakan kata “tolong” saat hendak meminta bantuan kepada orang lain. Pakailah kata “maaf” saat menurut Anda penuturan memiliki kemungkinan untuk menyinggung perasaan lawan bicara.

Kedua, pergunakanlah kata “terima kasih” sebagai bentuk penghormatan atas tindakan lawan bicara dan “berkenan” saat meminta kesediaan orang lain dalam melakukan sesuatu.

Ketiga, perlakukanlah lawan bicara Anda sebagai seseorang yang Anda hormati. Jangan merendahkan atau menganggap mereka berada di bawah level Anda.

Keempat, tunjukkan rasa simpati dan empati Anda. Tidak baik jika Anda kelihatan gembira di atas penderitaan lawan bicara Anda. Anda juga sebaiknya tidak mengeluarkan kata-kata yang mampu menjatuhkan harga diri lawan bicaraAnda.

Kelima, jangan terlalu memuji atau membanggakan diri sendiri secara berlebihan. Sebaiknya, Anda justru lebih memperhatikan lawan bicara Anda. Misalnya; pujilah prestasinya, berikan perhatian kepada hobi dan kebiasaannya, atau terhadap keadaan perasaannya.

Keenam, setiap orang senang jika dirinya dibenarkan dan disetujui. Jadi, berusahalah untuk menghindari ketidaksetujuan. Kendati Anda terpaksa untuk tidak setuju, Anda dapat mencobanya dengan pura-pura setuju, persetujuan semu, berbohong untuk kebaikan (white lies), atau pemagaran opini.

Ketujuh, hindari penyampaian kritik kepada lawan bicara dengan kata-kata yang kasar. Sebaiknya hindari juga penyampaian kritik di muka umum, karena hal ini dapat menjatuhkan harga diri lawan bicara Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline