Salam Sejahtera, Assalamualaikum wr wb, Shalom Alaichem
Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan
Hari ini saya ingin membahas fenomena yang sudah cukup sering terjadi pada saya maupun di masyarakat luas tapi saya angkat sekarang karena baru beberapa waktu ini kembali terjadi lagi. Fenomena mengenai sumbangan "sukarela" yang berhubungan dekat dengan fenomena pengemis tapi berbeda. Beritahu saya di kolom komentar di bawah apakah anda pernah mengalami hal serupa atau tidak.
Dalam satu minggu terakhir ini saya mengalami dua peristiwa serupa yaitu orang tak dikenal datang ke tempat saya bekerja dengan alih-alih meminta sumbangan "sukarela" untuk tujuan tertentu.
Ada yang mengatasnamakan suatu yayasan, kelompok maupun pribadi. Alasannya pun beragam mulai dari sumbangan sosial, acara tujuh belasan, memeriahkan acara meriam karbit (acara ketika malam takbiran di kota Pontianak), pembersihan saluran air, pembersihan sampah dan lain sebagainya. Terdengar cukup meyakinkan apalagi ditambah ketika beberapa oknum mengaku bahwa telah mendapat izin dari RT/RW setempat atau membawa dokumen proposal yang sudah ditandatangani oleh beberapa pihak yang berkaitan.
Tentu kontribusi kita sebagai bagian dari masyarakat sangatlah penting untuk membangun kualitas hidup disekitar lingkungan tempat kita tinggal.
Kalau di beberapa perusahaan, hal serupa mungkin bisa disamakan dengan program CSR (Coorporate Social Responsibility) yang sebenarnya dilakukan secara sukarela namun juga wajib dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Tapi apa sih itu sukarela? Menurut KBBI, sukarela diartikan dengan kemauan sendiri; dengan rela hati. Tindakan yang menuntut hati nurani kita untuk berbicara apakah kita mau melakukan suatu hal tertentu atau tidak.
Fenomena yang saya ceritakan diatas terjadi cukup sering di masyarakat terutama di daerah pusat perbelanjaan dan restoran kecil, dimana oknum-oknum datang dan menyodorkan "senjata"(dokumen pendukung, kwitansi, bukti foto) mereka untuk secara tidak langsung meminta sumbangan "sukarela" kepada pemilik usaha.
Tak jarang juga ditemukan beberapa oknum yang malah melakukan pemaksaan terhadap pemilik usaha untuk memenuhi target mereka dalam pengumpulan sumbangan. Mulai dari pemaksaan verbal (menyindir, nada tinggi) maupun pemaksaan yang bersifat fisik. Hal yang seharusnya tidak terjadi dalam pengumpulan dana yang bersifat sukarela.
Salah satu contoh yang pernah saya alami sendiri. Suatu hari seorang pria tiba-tiba datang ke tempat saya bekerja dengan menggunakan sepeda motor, tanpa menggunakan helm, bercelana pendek dan memakai kaos biasa. Ia datang dan langsung menyodorkan kwitansi bernominal 20 ribu rupiah dan mengatakan bahwa dana dikumpulkan untuk sumbangan "sukarela" dalam mendukung acara meriam karbit di tepian Sungai Kapuas.
Saya menolak untuk memberi dengan alasan bahwa saya tidak berhak untuk memberi sumbangan ditempat tersebut dan menyuruhkan pergi untuk menagih kepada atasan saya.
Beberapa bulan kemudian, orang yang sama datang kembali ke tempat saya bekerja dengan perawakan yang sama dan kembali membawa kwitansi bernominal 20 ribu dan kali ini mengatakan sumbangan untuk acara tujuh belas agustus tanpa memberikan penjelasan kapan, dimana dan bagaimana acara tujuh belasan tersebut akan dilaksanakan. Kembali saya menolak dengan tegas dan ia segera pergi. Entah apa yang dia PIKIRkan sehingga terus datang ke tempat saya walau telah ditolak berkali-kali.