Lihat ke Halaman Asli

Michael Leonard Emersons

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia

Alexander Cazes The Kingpin of Dark Web

Diperbarui: 25 Oktober 2024   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bleepingcomputer.com

Kasus Alexander Cazes dan situs AlphaBay yang ia kelola mengangkat berbagai pertanyaan tentang keamanan di dunia maya, khususnya di ranah dark web. AlphaBay, salah satu pasar gelap terbesar di dark web sebelum ditutup pada 2017. Alexander Cazes ditangkap oleh pihak berwenang Thailand dan akhirnya meninggal dalam tahanan. Dianggap sebagai pasar gelap online terbesar untuk narkoba, AlphaBay digunakan oleh ribuan penjual untuk mengirimkan zat-zat terlarang dan barang dan jasa ilegal lainnya kepada lebih dari 200.000 pembeli di seluruh dunia. Selain itu, transaksi ilegal ini menghasilkan ratusan juta dolar, yang digunakan untuk mencuci keuntungan.

Dilansir pada UNODC Pada Juli 2017, polisi di AS dan Eropa, termasuk Biro Investigasi Federal AS (FBI), Badan Penegakan Narkotika (DEA), Europol, dan Polisi Nasional Belanda, bekerja sama untuk menutup situs tersebut. Server AlphaBay disita dengan bantuan otoritas di Thailand, Lituania, Kanada, Inggris, dan Prancis. Operasi ini termasuk penangkapan tersangka pendiri AlphaBay, Alexandre Cazes, pada 5 Juli, yang ditahan atas permintaan AS di Thailand. Dia ditahan oleh Kepolisian Kerajaan Thailand selama sekitar tujuh hari sebelum diduga bunuh diri saat berada dalam tahanan pada 12 Juli 2017. Pada 19 Juli 2017, Kantor Kejaksaan AS di Distrik Timur California mengajukan gugatan perampasan sipil terhadap Cazes dan istrinya. Pihak berwenang AS berhasil menemukan Cazes melalui alamat Hotmail-nya, Pimp_Alex_91@hotmail.com. Alamat tersebut muncul di header email sambutan yang dikirim kepada pengguna baru AlphaBay pada tahun 2014, serta di header email pemulihan kata sandi.

Aset Cazes yang disita oleh pemerintah AS termasuk $6,6 juta CAD dalam bentuk bitcoin, $2,4 juta dalam bentuk Etherium, $622.000 dalam bentuk Monero, dan $980.512 dalam bentuk Zcash. Dia memiliki setidaknya 11 rekening bank dan akun pertukaran cryptocurrency yang terdaftar atas namanya atau nama istrinya di Thailand, Liechtenstein, Swiss, dan St. Vincent and the Grenadines.

Dari sudut pandang keamanan publik, kasus ini menunjukkan betapa sulit bagi pemerintah untuk mengontrol dan mengawasi aktivitas kriminal di dunia digital, terutama di dark web yang anonim. Teknologi enkripsi kuat AlphaBay dan mata uang digital seperti Bitcoin membuat penegak hukum sulit melacak transaksi dan penggunanya. Meskipun AlphaBay telah ditutup oleh otoritas, keberadaan platform ini masih merupakan ancaman besar bagi keamanan global karena munculnya pasar gelap online yang baru.

Di sisi lain, kasus ini memicu perdebatan tentang bagaimana mengimbangi kebebasan seseorang dengan pengawasan pemerintah. Banyak orang berpendapat bahwa untuk melindungi masyarakat dari bahaya perdagangan ilegal, diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap dark web. Namun, ada kekhawatiran bahwa pengawasan yang lebih ketat dapat mengancam privasi pengguna internet yang sah.

Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan masalah besar yang dihadapi pemerintah dalam menjaga keamanan di era digital. Teknologi yang memungkinkan orang untuk tetap anonim dan menikmati kebebasan di internet juga dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan menemukan keseimbangan antara keamanan dan kebebasan akan menjadi masalah yang akan terus diperdebatkan dalam beberapa tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline