Lihat ke Halaman Asli

Ramah Tamah Wayan Koster dengan "Bali Partnership"

Diperbarui: 1 Juli 2018   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto dari kiri ke kanan: Pdt. Ismet Sembiring, Pnt. Timotius Karnadi, Filemon Komeho, Sinyo Hendra Dinata, Bishop I Nengah Suama, Wayan Koster, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. Jonathan, Pdt. Yohanes Winoto, Pdt. Olimpas Sunarya)

Pada hari Selasa, 5 Juni 2018, Bali Partnership mengadakan pertemuan dengan Dr. Wayan Koster, Calon Gubernur Bali dengan nomor urut 1. Undangan dengan tajuk "Pertemuan Kekeluargaan & Silahturahmi dengan Pak Koster dan Cok Ace (Cagub dan Cawagub Bali)" disebarkan melalui grup WA "Bali Partnership", "Paguyuban Elisa" dan Musyawarah Pelayanan Antar Gereja (MPAG)

Bali Partnership merupakan persekutuan atau perhimpunan para pemimpin gereja dan pengusaha di Bali dan saat ini dipimpin oleh Filemon Koweho sebagai fasilitator, menggantikan KS Gani, fasilitator sebelumnya. Sedangkan Paguyuban Elisa merupakan wadah bagi hamba-hamba Tuhan dari jemaat "kecil" di Bali. Ketua Paguyuban Elisa saat ini adalah Pdt. Basuki Gunawan. sedangkan MPAG diketuai oleh Bishop I Nengah Suama.

Sebanyak 132 pemimpin dan aktivis gereja mengkonfirmasi kehadirannya melalui grup dan sekitar 150 orang hadir dalam acara tersebut. Pertemuan diadakan di Villa Revayah Ayung milik Hendra Dinata salah seorang team-work Bali Partnership.

Mengawali pertemuan Sinyo, panggilan akrab Hendra Dinata, mengatakan bahwa pertemuan tersebut bukan merupakan kegiatan kampanye, tetapi silaturahmi untuk lebih mengenal calon pemimpin Bali.

Berbaju merah bermotif batik hitam, Koster datang tidak bersama pasangannya. Ia mengutarakan secara ringkas latar belakang kehidupannya yakni tanah kelahiran, pendidikan dan pengalamannya sebagai anggota DPR. Tidak ada kesepakatan atau janji politik, apalagi kontrak politik, dalam pertemuan tersebut. Koster tidak menyampaikan visi dan misi, ia hanya mengatakan bahwa setelah mempelajari segala sesuatunya ia memiliki sebuah blue-print untuk membangun Bali ke depan.

Koster - Bali Partnership 1

Koster ternyata humoris. Humornya nyata ketika ia berkisah tentang arti namanya. Nama "Koster", tuturnya, merupakan pemberian kakeknya, tetapi setelah bergaul dengan teman-teman Kristen ia mengetahui bahwa di lingkungan Kristen, "koster", artinya pelayan gereja. Jadi, lanjutnya, pelayan gereja ini saat ini sedang berada di tengah-tengah para pelayan gereja. Sontak para hadirin pun tertawa dan bertepuk tangan.

Koster - Bali Prtnership 2

Tidak ada dukung-mendukung dalam acara tersebut, tetapi saat sesi foto bersama jari-jari telunjuk pun teracung. Setelah beberapa foto diunggah di grup, beberapa tanggapan pun muncul. Antara lain, "Wah dunia sudah terbalik nih... Kalau dulu saya dengar ngga boleh berpolitik sekarang rame-rame ya.." dan "Maaf tidak hadir, jika bisa ada yang bantu menyimpulkan hasil pertemuan tadi.. sehingga kami yang tidak hadir tidak salah tafsir arti foto dan tanda ini". Dan ada yang memberikan komentar singkat, "Kampanye ya".

Penjelasan pun diberikan, bahwa gereja tidak berpolitik praktis, tapi kami ingin kenal dengan cagub dan cawagub dan visinya saja, pilihannya terserah gereja/pribadi masing-masing. Kalau calon satunya ingin dekat dengan gereja juga ngga apa.

Komentar-komentar selanjutnya di grup tidak menunjukkan bahwa pendeta dan tokoh gereja se-Bali mendukung Koster-Ace jadi gubernur Bali seperti diberitakan oleh salah satu media online.

BudiKasmanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline