Lihat ke Halaman Asli

Michael D. Kabatana

Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Puisi | Saat Sedang Berteduh

Diperbarui: 11 Maret 2020   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Kita sedang berteduh sambil berdiri bersebelahan di bawah sebuah pohon yang rindang di tepi jalan. 

Hujan sedang rintik waktu itu. Angin berhembus mesra menggoyang daun-daun hijau dan ranting-ranting kecil pepohonan. Bukit-bukit menghijau dipandang dari kejauhan. Seperti cinta yang bernafaskan rindu. Menderu dan bergemuruh dalam nada. Indah bagai tarian angin di sela-sela pepohonan. Tetes hujan menambah sejuk angin yang berhembus membelai wajahmu.

Apakah kita berani saling menggandeng tangan berlari kecil di tanah lapang berumput hijau menikmati rintik hujan. Sembari sesekali tetes hujan jatuh pada wajah, kita memandang ke langit sambil berputar. Mungkin kita perlu mencobanya. 

Nyanyian hujan dan nyanyian cinta nadanya selalu sama. Akan berakhir dengan nada rindu. Sama seperti hati kita yang ingin cepat tiba di rumah. Lalu duduk berdampingan dekat jendela memandangi hujan yang jatuh sambil menikmati secangkir teh hangat dan mendengarkan lagu favorit kita.

Jiwa yang bebas mencari cinta dan terdampar pada rindu. Kita tidak pernah berhenti saling melempar cinta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline