Lihat ke Halaman Asli

Prokariotik Berasal dari zaman Purba ?

Diperbarui: 26 Agustus 2017   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.thestargarden.co.uk

Dalam artikel ini, saya akan memberikan pendapat saya mengenai alasan sel prokariotik dapat lebih mudah mempertahankan eksistensinya dibanding sel eukariotik. Sebelum masuk mengenai hal itu, ada baiknya apabila saya menjelaskan dahulu sedikit mengenai sel.

Tahukah anda, bahwa sel adalah unit dasar dari semua jenis makhluk hidup? Tanpa adanya sel, tidak mungkin terdapat tumbuhan, hewan, dan manusia dalam dunia ini. Setiap bagian tubuh dari tumbuhan, hewan dan manusia terdiri dari sel, misalnya batang, daun, organ dalam, kulit, dan lain sebagainya. Tanpa sel, mungkin dunia ini akan terlihat kosong tanpa kehidupan satupun. Hanya ada bebatuan dan tanah kering.

Besarnya peranan sel dalam kehidupan ini tak lepas dari peran para ilmuwan terdahulu yang menemukan teori mengenai sel, yang kita kenal saat ini. Mulai dari penemuan sel gabus hingga penemuan teori Endosimbiosis. Tentunya semua teori tersebut tidak didapat dengan mudah. Perlu waktu hinga bertahun-tahun untuk mendapatkan data yang tepat mengenai sel. Untuk menghargai jasa para ilmuwan dalam meneliti sel, saya akan menjelaskan sedikit mengenai hasil penelitian mereka mengenai sel yang sampai sekarang masih digunakan.

Sel pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris yang bernama Robert Hooke pada tahun 1665. Ia mengamati sel gabus yang ia ambil dari dinding sel tumbuhan yang sudah kering dan mati. Ia menemukan ruang-ruang kosong dari pengamatannya menggunakan mikroskop sederhana. Ia menamai ruang-ruang kosong tersebut dengan sel, yang diambil dari Bahasa Latin, cellula, yang berarti 'kamar kecil'.

Lalu, pada tahun 1674, seorang ilmuwan Belanda yang bernama Antonie van Leeuwenhoek menemukan sel hidup pada bakteri. Berbeda dengan Hooke yang menemukan sel mati, Antonie adalah orang pertama yang menemukan sel hidup pada hewan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penemuan Robert Hooke dengan penemuan Antonie van Leeuwenhoek berlawanan, karena penemuannya berupa sel hidup dan sel mati.

Sel dapat dikatakan hidup apabila memenuhi setidaknya 2 syarat makhluk hidup. Yang pertama adalah sel mengalami metabolisme, yang berarti sel mengalami perubahan dan pertukaran zat kimia dalam tubuhnya, misalnya respirasi, pencernaan, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah sel memiliki inti sel dan sitoplasma. Inti sel merupakan 'otak' dari segala aktivitas sebuah sel, sedang kan sitoplasma adalah cairan dalam sel. Inti sel dan sitoplasma akan dibahas lebih lanjut lagi setelah ini.

Melanjutkan mengenai teori sel, selain teori dari Hooke dan Antonie mengenai sel hidup dan sel mati, ada juga teori yang mengatakan bahwa tumbuhan dan hewan terdiri atas sel. Ilmuyan yang menyatakan hal tersebut adalah Matthias Jacob Schleiden dan Theodor Schwann. Masing-masing mengemukakan pendapat yang berbeda, dan juga dapat dikatakan saling mendukung satu sama lain.

Schleiden menemukan bahwa tanaman tersusun atas sel. Hal ini didapat setelah ia meneliti salah satu bagian tumbuhan dengan mengamati menggunakan mikroskop. Ia menemukan sel-sel yang berbentuk segienam yang tersusun rapi. Lalu ia mengamati bagian tumbuhan lainnya, dan mendapati hasil yang sama. Dari hasil pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa semua bagian dari tumbuhan tersusun atas sel.

Selang beberapa waktu, Schwann juga melakukan pengamatan yang sama, tetapi ia mengamati sel hewan. Hasilnya, ia menemukan beberapa sel hewan yang tidak beraturan. Tidak seperti sel tumbuhan yang teratur, sel hewan bentuk dan letaknya tidak teratur, sehingga bentuknya dapat berubah-ubah.Dari hasil pengamatannya dan juga hasil pengamatan dari Schleiden, ia menyimpulkan bahwa sel adalah unit dasar makhluk hidup, dapat mengubah susunannya sesuai kebutuhan fungsinya, dan digunakan untuk mewariskan sifat genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lalu sampailah ia dengan suatu pernyataan bahwa seluruh jaringan makhluk hidup tersusun atas sel. Hal tersebut sangatlah masuk akal, berkaca dari hasil pengamatan mereka berdua yang membuktikan bahwa seluruh makhluk hidup tersusun atas sel.

Mereka berdualah yang membuat penelitian terhadap sel meningkat tajam. Para ilmuwan berlomba-lomba untuk menemukan hal-hal baru tentang sel yang belum ditemukan. Setelah teori sel tersebut dikemukakan, muncul beberapa penemuan yang dianggap penting, misalnya penemuan Purkinje, seorang ilmuwan asal Republik Ceko, yang menemukan protoplasma, yaitu cairan dalam sel. Ada juga penemuan dari Robert Brown, seorang botanis dari Skotlandia, yang menemukan bahwa nukleus mengatur seluruh aktivitas sel.

Selain penemuan-penemuan fisik, juga berkembang beberapa pendapat dari para ahli mengenai sel. Rudolf Virchow dari Jerman mengemukakan pendapat bahwa sel berasal dari sel sebelumnya. Secara tidak langsung, ia mendukung Teori Pembelahan Sel. Pendapat ahli yang terbaru datang dari seorang Ilmuwan Amerika Serikat yang bernama Lynn Margulis. Ia berpendapat bahwa pada jaman dahulu, sel tidak berbentuk seperti sekarang. Bentuk sel saat ini adalah hasil penggabungan beberapa organel sel yang pada jaman dahulu hidup mandiri. Karena perubahan jaman, maka organel-organel sel hidup berdampingan dan saling terkait satu sama lain, sehingga menjadi satu dalam sebuah sel. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa organel yang memiliki DNA sendiri untuk berkembang biak, misalnya mitokondria dan plastida.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline