"Karena langit tak perlu menjelaskan dirinya langit"
"Karena Tuhan memberkati para pejalan"
"Bila berada di ketinggian tidak membuat kita puas, mungkin kita telah berada jauh dari-Nya"
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat yang sering ditulis oleh teman-teman kita atau mungkin kita sendiri sebagai caption instagram dari hasil foto selepas pendakian. Pada umumnya foto hasil pendakian akan diikuti caption atau quotes ala-ala yang terkesan bijak nan idealis. Menurut penulis, fenomena ini bukanlah suatu kelatahan di media sosial namun terdapat faktor budaya dan sejarah antara pendakian gunung dan kutipan-kutipan bijak yang ada.
Bila kita tarik kebelakang, sosok yang kita kenal sebagai pelopor pecinta alam di Indonesia tidak bukan ialah Sok Hok Gie. Sok Hok Gie yang dikenal di masa mudanya seorang aktivis merupakan seorang mahasiswa ilmu sejarah Universitas Indonesia (1962-1969) dan di masa SMAnya ia mengambil jurusan sastra di SMA Kolese Kanisius.
Sok Hoe Gie besar di keluarga yang sangat lekat dengan sastra. Ayahnya, Soe Lie Piet merupakan seorang sastrawan yang pastinya sedikit banyak mempengaruhi seorang Sok Hok Gie sebagai pribadi yang mencintai sastra. Tulisan dari seorang Sok Hok Gie telah kita ketahui bersama mulai dari kritik keras kepada pemerintah, catatan pendakian inspiratif, hingga surat cinta romantis kepada pujaan hatinya.
Kombinasi dari seorang pecandu pendakian dan pecinta sastra dari seorang Sok Hok Gie yang membuat dunia pendakian dan quotes-quotes bijak berkorelasi satu sama lain yang bertahan dari masa ke masa.
Seorang Sok Hok Gie yang selalu menggambarkan perasaan dan pengalamannya termasuk mendaki gunung dengan tulisan yang elegan membawa pengaruh yang besar berkorelasinya pendakian gunung dan quotes bijak.
Dalam tahap ini sebuah tren tercipta dari Sok Hok Gie bahwa penulisan pengalaman pendakian haruslah ditulis dengan kalimat-kalimat bijak nan idealis dan di era sosial media saat ini hal ini terlihat dari unggahan foto instagram anak muda zaman ini selepas pendakian mereka.
Keterkaitan ini sudah menjadi budaya selayaknya musik punk dengan pakaian serba hitam, tindik, dan tato atau musik hiphop dengan gaya pakaian serba kebesarannya.