Lihat ke Halaman Asli

Menteri Luar Negeri yang Buruk

Diperbarui: 9 Mei 2019   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez


Tayangan pendek tersebut berbicara mengenai perbuataan menteri luar negeri yang malas-malasan berakibat pada keadaan negeri asalnya mengalami kesalahpahaman dengan negeri yang menteri luar negeri ini datangi. Saat ingin menyelesaikan masalah dengan pertemuan antara dubes lainnya, menteri ini menjadi contoh yang buruk.

Nyatanya menteri ini, malahan sibuk menghibur dirinya dengan balap-balapan dan makan. Semuanya seperti tabrak mobil beruntut, masalah menumpuk disaat menteri ini mulai menunda-nunda segala hal.

Akibat menteri ini datang telat pada pertemuan antara dubes, masyarakat pada negeri asal, yaitu indonesia mengalami kekacauan. =

Dapat dilihat dari masyarakat yang belum mengetahui freeport sudah menjadi kendali Indonesia dengan presentase 51%. Demokrasi-demokrasi diadakan pada jalan raya, menimbulkan kerusuhan dan perselisihan yang tidak terelakan. 

Setelah melihat keadaan negeri asalnya mulai hancur, menteri luar negeri ini mengambil tindakan secepatnya berupa menayangkan dirinya pada televisi untuk menenangkan keadaan masyarakatnya.

Kejadian itu menjadi titik perubahan bagi menteri luar negeri ini. Ia mulai menyadari dirinya hanya menggunakan jabatannya sebagai kedudukan saja, ia membuat dirinya kembali bermoral dalam melakukan tugas kementeriannya.

Contoh konkrit dari perubahannya dapat dilihat dari dirinya yang datang lebih awal pada suatu pertemuan dan memimpin topik pembicaraan antara dubes tersebut.

Akhir dari film menayangkan menteri luar negeri kembali kepada waktu sekolah. Hal ini dapat diintepretasikan dengan, menteri itu hanya bermimpi dan masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kebiasaan buruknya itu dari masa mudannya.

Demikian, memang sudah menjadi keharusan bagi menteri luar negeri menjaga hubungan internasional tetap dalam keadaan damai. Jika menteri luar negeri tidak bekerja semaksimal mungkin dalam kewajibannya, perpecahan fatal akan timbul dengan mudahnya. Kembali lagi, itu semua harus dijadikan kebiasaan yang baik dari masa muda semua generasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline