Lihat ke Halaman Asli

Manfaat dan Proses Pengolahan Dark Chocolate

Diperbarui: 27 Desember 2022   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pexels.com/vie studio

Cokelat merupakan salah satu produk pangan yang melibatkan proses fermentasi dan  digemari oleh masyarakat Indonesia. Kepopuleran cokelat ini dapat terlihat dari bingkisan yang sering di dapat di saat hari-hari berkesan, yaitu hari ibu, hari natal, hari guru, hari kasih sayang serta hari ulang tahun.  Dark chocolate diperjualbelikan dengan konsentrasi 70-99% dengan berbagai macam kegunaan, yaitu sebagai bahan campuran memasak atau kue. Berdasarkan jurnal yang disusun oleh Zugravu & Otelea (2019), dark chocolate merupakan cokelat terpopuler dengan rasa yang pahit, karena mengandung polifenol. 

Cokelat tersebut sangat mengagumkan, karena telah terbukti kandungan antioksidan, yaitu polifenol, prosianidin, dan flavan-3-ols monomer di  dalam cokelat tetap stabil, ketika disimpan selama satu tahun di supermarket. Salah satu kandungan antioksidan yang terdapat dalam dark chocolate yaitu theobromin. Kandungan theobromin tersebut berguna untuk meningkatkan HDL  (High Density Lipoprotein) dalam darah, treatment dalam depressive disorders serta menangkal radikal bebas (Samanta dkk., 2022) Selain itu, dark chocolate memiliki indeks glikemi sebesar 35, cocok dikonsumsi oleh orang yang memiliki sensitivitas insulin yang rendah (Zugravu & Otelea, 2019). 

Namun, konsumsi cokelat perlu dibatasi juga ya. Proses pengolahan dark chocolate terdiri atas pencampuran bahan baku, pengecilan ukuran (bila diperlukan) serta pencetakkan dan pengemasan.  Dalam proses pengecilan ukuran dapat digunakan panas untuk memudahkan pengecilan ukuran (BPOM, 2017).  Bahan baku yang dimaksud yaitu gula, cocoa mass, cocoa powder, cocoa butter, susu bubuk di campur yang kemudian dihasilkan pasta. Berdasarkan BPOM (2017), dark chocolate termasuk produk cokelat hitam yang mengandung tidak kurang dari 35% padatan kakao, 18% lemak kakao, serta 14% padatan kakao tanpa lemak. 

Pasta tersebut dilanjutkan dalam proses refining sehingga ukuran partikel yang di dalam pasta cokelat menjadi lebih kecil agar dapat membuat mouthfeel yang lembut. Setelah itu, pasta mengalami proses conching, yaitu pasta diaduk, dipanaskan dan  diaerasi guna untuk menghasilkan flavor yang disukai. Lalu, cokelat mengalami proses tempering, yaitu proses pemanasan, bertujuan untuk menghilangkan sisa lemak kristal pada cokelat dan didinginkan bertujuan untuk membentuk kristal beta, yaitu kristal khusus yang membentuk tekstur cokelat menjadi lumer di mulut, glossy, dan tidak mudah meleleh di suhu ruang (Freyabadi Indotama, 2022). Terakhir cokelat dicetak dan dikemas.

Daftar Pustaka

BPOM. (2017). Pedoman Cokelat. https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-Cokelat.pdf

Freyabadi Indotama. (2022). Proses Pengolahan Cokelat dari Biji Kakao. https://www.freyabadi.com/id/blog/proses-pengolahan-coklat-dari-biji-kakao

Hurst, W.J., Payne, M.J., Miller, K.B., & Stuart, D.A. (2009) J. Agric. Food Chem. 28, 9547--9550. doi:10.1021/jf901457s

Patel, N., Jayswal, S., & Maitreya, B. B. (2019). Dark Chocolate: Consumption for human health. J. Pharmacogn. Phytochem, 8, 2887-2890.

Samanta, S., Sarkar, T., Chakraborty, R., Rebezov, M., Shariati, M. A., Thiruvengadam, M., & Rengasamy, K. R. (2022). Dark chocolate: An overview of its biological activity, processing, and fortificationapproaches. Current Research in Food Science.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline