Hillary Clinton, sama seperti suaminya, mantan presiden Bill Clinton, adalah dua orang yang memang begitu intelijen. Terbukti keduanya mempunyai karier yang begitu cemerlang di kancah politik Amerika Serikat selama hampir lebih dari 30 tahun. Mulai dari ketika Bill menjadi gubernur Arkansas selama tiga periode, Hillary menjadi First Lady of Arkansas yang, menurut fakta, sudah memiliki ide-ide cemerlang dalam hal pendidikan usia dini. Ketika karier Bill meningkat dengan berhasil menjadi presiden Amerika Serikat selama dua periode, Hillary sebagai First Lady of the United States juga tidak lelah memperjuangkan hak-hak wanita.
Selepas Bill menyerahkan posisi kepresidenan kepada George W. Bush, eksistensi The Clintons belum berhenti. Hillary sukses menjadi senator New York selama dua periode, yang notabene juga bekerja bersama Senator Obama saat itu. Tahun 2007-2008, Hillary membidik takhta White House, kali ini untuk dirinya, namun dikalahkan tipis oleh Obama. Tetapi kisah The Clintons juga belum berhenti. Obama menunjuk Hillary menjadi Secretary of State yang kemudian di bawah administrasi keduanya sukses mengeksekusi Osama bin Laden.
Sayangnya The Clintons juga merupakan pasangan yang begitu ceroboh. I mean, begitu ceroboh. Hillary mendapat kesan negatif di mata rakyat AS, khususnya di kalangan kaum muda apalagi ketika ia menjadi Secretary of State. Ada setidaknya dua kesalahan besar yang ia buat. Pertama, Hillary dianggap tidak tanggap ketika terjadi serangan terhadap kedutaan besar Amerika Serikat di Benghazi, Libya yang menewaskan empat orang AS termasuk Duta Besar Christopher Stevens (yang kemudian difilmkan menjadi 13 Hours yang disutradarai Michael Bay). Dosanya yang kedua adalah keteledorannya dalam mengontrol server email. Hillary menggunakan server email pribadi untuk berbagai kepentingan pemerintah, di mana seharusnya ia memakai server yang official dari pemerintah AS. Lebih-lebih beberapa kepentingan negara itu sifatnya classified.
Oleh karena kesalahannya inilah para pejabat Republican menyerang Hillary habis-habisan. Berkali-kali Republican meminta supaya Hillary diinvestigasi oleh FBI dan, kalau bisa, memenjarakan Hillary, dengan alasan menyalahi aturan penanganan urusan negara.
Beberapa kaum muda, yang rata-rata merupakan pengguna internet dan sosial media yang aktif, juga ikut "tersulut" dan ikut-ikutan membuat slogan seperti #NeverHillary, #HillaryForPrison, dll. Kaum muda juga semakin berpandangan negatif terhadap Hillary setelah mengetahui bahwa Hillary sering berbohong dan plin-plan. Misalnya, sejak dulu Hillary menentang perkawinan sesama jenis. Tetapi tiba-tiba, sekitar tahun 2011-2013 Hillary tiba-tiba membuat statement mewakili Human Rights Campaign yang menyatakan bahwa ia mendukung perkawinan gay.
Terkait dengan kasus emailnya, Hillary akhirnya setuju untuk menjalani investigasi oleh FBI pada hari Sabtu kemarin di headquarter FBI di Washington, D.C. Investigasi yang berlangsung selama sekitar tiga setengah jam itu akhirnya diadakan untuk memenuhi keinginan para Republicans. Akhirnya, Direktur FBI James Comey, bersama Attorney General Loretta Lynch, menyatakan bahwa Hillary tidak akan dijadikan tersangka terkait kasus ini, mengingat tidak perlunya menuntut Hillary akan kasus "sekonyol" ini. Walaupun demikian FBI mengkritik keras Hillary akan kecerobohannya dalam menangani emailnya. Akan tetapi, yang paling penting, Hillary selamat dari hukuman. Hillary selamat dari kasus yang begitu menghantui kampanyenya selama ini.
Pernyataan FBI ini menuai kritik keras dari Partai Republican. House Speaker, Paul Ryan pun tidak ketinggalan mengungkapkan kekecewaannya. Bahkan Donald Trump juga angkat bicara. Trump menuduh bahwa Bill Clinton menyogok Loretta Lynch agar Hillary bisa dibebaskan. Bill memang bertemu Loretta Lynch akan tetapi diberitakan tidak membahas soal email Hillary sama sekali.
Yang pasti, sekarang Hillary boleh lega. Selama ini kasus emailnya benar-benar melukai kampanyenya dan membuatnya banyak kehilangan votes dari masyarakat. Hillary memang berkali-kali mengatakan kalau ia menyadari kesalahannya dan tidak seharusnya melakukan hal demikian. Akan tetapi hasil investigasi FBI ini rupanya akan lebih efektif dalam membela Hillary.
Tugas Hillary sekarang adalah memperoleh kembali kepercayaan masyarakat. Hillary perlu mengubah pemikiran negatif rakyat AS tentang dirinya supaya ia bisa memenangkan general election dan mengalahkan Donald Trump.
Hillary beruntung mempunyai daftar endorsement yang hebat. Bahkan baru kemarin Hillary berkesempatan untuk berkampanye di Charlotte, North Carolina bersama Presiden Barack Obama. Hillary beruntung punya Obama yang bisa membela Hillary dan menunjukkan kapabilitas Hillary untuk menduduki kursi kepresidenan, setelah Obama sendiri telah memahami kapasitas Hillary dalam 4 tahun bekerja sama di State Department.
Semoga saja Hillary Clinton tetap mendapat vote lebih banyak dibandingkan Donald Trump. Setidaknya yang lebih cocok jadi presiden kan Hillary. Kalau rakyat AS tetap tidak mau terima, dan bahkan mengantar Donald Trump menuju White House, mau jadi apa nanti dunia?