Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kyai Hasyim Muzadi

Diperbarui: 17 Maret 2017   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya awali tulisan ini dengan ucapan doa untuk beliau Almarhum Hasyim Muzadi “allahummaghfirlahu, warhamhu, waafihi wa’fu ‘anhu”. Walaupun saya tidak bisa berziaroh ke kediaman maupun ke pemakaman. Saya bisa ziaroh melalui tulisan singkat ini dengan membaca dan belajar dari pemikiran-pemikiran beliau. Wawasan keilmuan yang ia sampaikan baik dalam ceramah maupun tulisannya, sungguh memberikan sumbangsih besar pada kerukunan umat beragama di negeri ini.

Tentu atas nama rakyat, pemerintah Indonesia akan merasa kehilangan sosok ulama yang piawai dalam menyatukan bangsa. Sosok yang selalu mengedepankan toleransi dan kerukunan. Piawai dalam berpolitik dan cerdas dalam memberikan solusi dari masalah kebangsaan negeri ini. Seorang ulama yang tidak sekedar ulama, karena apa yang ia sampaikan selalu menyejukkan hati para pendengar.

Ulama Nasionalis yang berperan penting dalam kemajuan bangsa terbukti atas kecintaannya pada NKRI. Beliau seorang guru bangsa yang betul-betul menjaga kebinnekaan yang akhirnya dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Riwayat kepemimpinan di organisasi Nahdatul Ulama telah memberikan perubahan besar selama menjabat sebagai ketua PBNU.

Seorang Kyai yang tangguh dalam memperjuangkan Islam yang rahmatan lil alaminmampu menyemai rasa damai, kesejukan dan cinta kasih bukan yang menggunakan kekerasan. Dalam pesan beliau di berbagai ceramah di media baik di televisi maupun yang tersebar di youtube selalu untuk menjaga persaudaraan antarumat Islam, antarwarga NU, antarsesama bangsa, dan sesama manusia. Kalau semua terjaga, akan tercipta harmoni. Kalau harmoni akan terjaga NKRI.

Kalau kita belajar dari pesan-pesan yang beliau sampaikan, tentu kita akan lebih memahami esensi beragama itu sendiri. Pemikiran-pemikiran yang selaras dengan apa yang dipikirkan Mantan Presiden keempat KH. Abdurrahman Wahid. Semua agama punya kesamaan nilai, bangunlah jiwa dalam kebersamaan itu melalui nilai-nilai yang sama. Setiap agama tentu mempunyai sebuah perbedaan yang itu tidak boleh dipaksa untuk sama. Sesuatu mari kita bangun, dan sesuatu yang berbeda biarkanlah berbeda.

Negeri ini tentu butuh pemimpin-pemimpian layaknya sosok Hasyim Muzadi. Ulama Islam dan juga Ulama Nasionalis. Pemikiran-pemikiran yang berdasar atas Al-Quran dan As-Sunnah yang dipadukan dengan pemikiran rasional untuk melihat sesuatu yang kontekstual menjadi pemikiran yang diinginkan banyak orang. Keterbukaan dan keluasan berpikir yang ia miliki yang menjadikan umat dan bangsa ini merasa kehilangan dan merasa butuh generasi berikutnya.

Semoga apa yang ia berikan untuk bangsa, umat dan negeri ini bisa menjadi amal yang diterima di sisi Allah. Dan jika terdapat kesalahan diampuni oleh Allah. Wallahu a’lam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline