Lihat ke Halaman Asli

Miarti Yoga

Konsultan Pengasuhan

Menjadi Orangtua, Sebuah Proses Belajar yang Tak Pernah Sudah

Diperbarui: 18 Juli 2020   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.familyguideindonesia.com/

Boleh jadi, orang berkomentar terhadap apa yang kita lakukan kita sehari-hari, (sesuai fokus atau bidang kita masing-masing).

Kita yang hari ini adalah aktivis organisasi, bukan tak ada komentar dari sisi kanan kiri depan belakang yang menyatakan bahwa kita belum tentu "beres" mengurusi keluarga.

Kita yang hari ini berpredikat guru, bukan tak ada juga gumam-gumam orang sekitar yang mengomentari kita sebagai guru yang belum tentu telah "benar" mendidik anak sendiri.

Kita yang hari ini tukang nulis status positif, bukan tak ada pula nada miring yang menyebutkan bahwa pribadi kita belum tentu sesuai dengan retorika yang kita tulis dan kita bagikan di dinding sosial media.

Pun kita yang yang punya sekian jama'ah majelis taklim di masjid atau madrasah yang kita bina. Bukan tak ada riuh pertanyaan atas kondisi keluarga kita. Singkatnya, kita dianggap mendakwahi orang lain namun belum tentu telah berhasil mendakwahi keluarga kita sendiri.

Dan kita yang hari ini tertakdir berbicara dan berbagi spirit kebaikan di hadapan para audiens. Bukan tak ada orang yang menganggap langkah kita sebagai langkah yang levelnya baru sebatas bungkus alias sekadar "casing" alias belum tentu sesuai dengan keseharian kita di keluarga.

Namun di luar itu semua. Fitrah setiap diri yang ingin berbagi kebaikan untuk orang lain, tentunya akan BERBANDING LURUS dengan ekspektasi untuk memperbaiki diri. Atau dalam istilah lain, "mengajak kebaikan pada orang lain, biasanya (included) mengajak kebaikan pada diri sendiri". Atau dalam istilah lain lagi, "memotivasi orang lain untuk memotivasi diri sendiri". Ini sangat fitrah bagi manusia.

Singkatnya, ini persoalan hati. Persoalan niat. Dan akan sangat sedikit, orang dengan niat sekadar narsis atau sekadar pencitraan atau sekadar retoris, BILA DIBANDINGKAN dengan orang yang memang berbuat dengan hati yang tulus dan tujuan yang benar. Bahkan seburuk apapun hasil yang mengemuka. Kita tak punya hak untuk menghakimi niat baik orang lain sebagai sebuah "motif" atau sebagai sebuah pencitraan.

Dan filosofi berbuat baik atau berbagi kebaikan ini adalah filosofi "menjadi orang tua".

Menjadi orang tua, rata-rata kita, relatif tanpa bekal bahkan bisa dikatakan spekulasi. Kita tak belajar secara khusus bagaimana melayani pasangan dengan baik dan benar. Tak pernah pula belajar secara khusus tentang bagaimana mendidik anak dengan visioner dan terstruktur. Bahkan untuk printilan wawasan terkait teknik-teknik menghadapi buah hati dengan segala dinamika.

Rata-rata kita menjadi orang tua adalah LEARNING BY DOING. Belajar sambil praktik langsung (di lapangan). Bahkan langsung bersama kasusnya, langsung bersama problemnya. Maka wajar pula, bila di tengah jalan terjadi TRIAL AND ERROR.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline