Lihat ke Halaman Asli

Miarti Yoga

Konsultan Pengasuhan

Tafakur, Modalitas dalam Proses Belajar

Diperbarui: 16 Juni 2020   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang tua menemani anak belajar. (CreativaImages via kompas.com)

Mungkin di antara kita ada yang sangat getol mengikuti pelatihan ini dan pelatihan itu, namun perkara kebermanfaatan dan aplikasinya dianggap sebagai urusan kemudian. 

Meminjam filosofi masyarakat Sunda, "kumaha engke". Artinya, kita dibuat tak membebankan pada diri untuk bertindak atau melakukan perubahan atas ilmu atau insight atau tips yang didapat.

Dan bukan tak ada. Tipikal orang yang merasa gagah atau merasa bangga atau merasa keren saat dirinya mengikuti pelatihan atau forum belajar tertentu. Bahkan menjadi sangat wajib baginya untuk mengabadikan proses kegiatan berlangsung untuk kemudian dibagikan di media sosial. 

Perkara hasil atau perubahan yang ditempuh, itu pun menjadi hal yang tak prioritas. Karena yang prioritas untuk tipikal ini adalah kesan. Tepatnya, kesan sebagai seorang pembelajar.

Tipe selanjutnya adalah tipe sekadar penasaran. Terlebih di masa sekarang dengan menjamurnya kelas belajar dari mulai yang cara penyajiannya formal hingga kelas belajar dengan iklan versi alay atau versi slebor. 

Bukan tak ada, tipe orang yang daftar sana daftar sini, kuliah whatsapp sana kuliah whatsapp sini, bahkan yang kelas belajarnya membutuhkan paket data yang tak sederhana seperti zoom meeting sekalipun. 

Ditempuhnya untuk memenuhi rasa penasaran. Tepatnya, penasaran dengan tema yang diusung. Urusan mengaplikasikan, itu pun menjadi bagian yang terlibas oleh rasa "hoream" (baca: malas)

Dan bukan tak ada, tipe orang yang cukup dengan menyuruh atau menyarankan orang lain, tanpa bersedia repot mencoba. Dengan sangat bangganya menyampaikan bahwa dirinya baru saja mengikuti sebuah forum belajar, tetapi dengan ringan pula mengharuskan orang lain melakukan ini dan melakukan itu, tanpa mengharuskan diri sendiri melakukan percobaan.

Selanjutnya, mengenai istilah modalitas itu sendiri, apa sebetulnya? Modalitas belajar itu pada dasarnya adalah gaya belajar. Dan kita cukup familier dengan istilah gaya belajar, di mana cakupannya terdiri dari gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik.

Menurut DePorter dan Hernacki (1992), gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Demikian menurut teori. Bahkan tak jarang, para orang tua, guru, dan insan pendidikan lainnya yang berpikir terbuka dengan memberi RUANG PEMAKLUMAN terhadap masing-masing gaya belajar anak. Maksudnya, anak dengan tipe gaya belajar kinestetik harus banyak difasilitasi kegiatan yang sifatnya praktik, yang sifatnya psikomotorik, dan seterusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline