Berbicara KEPRIBADIAN, ini ibarat jantungnya kehidupan manusia. Artinya, baik dan buruknya kepribadian seseorang, itu yang akan menentukan baik dan buruknya kehidupan dirinya.
Berbicara KEPRIBADIAN, ini ibarat seni menghadapkan kepercayaan. Artinya, orang yang berkepribadian baik, akan memiliki ruang (baca: profil) kebaikan tersendiri di mata orang-orang sekitar.
Sebaliknya, dengan kepribadian yang kurang baik, dengan sikap yang tidak ramah, dengan gaya bicara yang cenderung jauh dari kesantunan, lingkungan sosial menjadi kurang respect.
Berbicara KEPRIBADIAN, adalah berbicara sikap atau perilaku yang tampak. Yang terlihat. Sekalipun ada manipulasi (menutupi kekurangan diri), tetapi yang ditampakkan ke muka adalah hal-hal yang baik, hal yang nyaman di mata orang, hal yang normatif dalam pandangan.
Contoh yang sangat banyak kita temukan dalam keseharian, misalnya ada orang yang hatinya kesal atau marah terhadap orang lain. Dengan bekal kepribadian yang baik, maka dirinya akan tetapo menjaga sikap, akan tetap menjaga gestur tubuh, akan tetap menjaga raut wajah, akan tetap berpikir tentang waktu dan cara yang tepat untuk dirinya menyampaikan.
Sederhananya, sebagai orangtua maupun sebagai calon orangtua, kita memahami kepribadian adalah sebagai upaya SABAR dan upaya MENAHAN DIRI dari sikap destruktif (merusak), dari sikap spontan (baik ucapan maupun tindakan), dari sikap konfrontatif (menyerang), dari tradisi memberi label negatif kepada orang-orang sekitar terutama kepada anak, dari tradisi menyelahkan orang lain, dan lain-lain.
Terlebih kita sebagai muslim. Memahami kepribadian adalah sebagai jalan BELAJAR MENGEKANG HAWA NAFSU. Lalu apa hubugan antara kepribadian dengan hawa nafsu?
Sederhananya adalah, kita sebagai manusia dewasa, belajar MENGEKANG semua rasa tak baik yang sangat muncul dan termuntahkan secara spontan. Kesal, benci, dendam, tidak puas, keinginan untuk menuntut, dan atau sejenisnya, diupayakan dapat diredam, minimal dengan dengan menjaga sikap yang tampak (raut muka, dan lain-lain).
Dan poin "mengekang hawa nafsu" ini, lagi-lagi linear dengan salah satu rumpun terapi hypnosis, yakni "Motion create emotion" dan sebaliknya "Emotion create motion".
Artinya, pembenahan hal-hal fisik pada diri (gestur, tatapan mata, dan lain-lain) akan memengaruhi/menggiring kondisi hati. Pun sebaliknya. Kondisi hati akan memberi pengaruh besar terhdap kemunculan sikap tubuh.
Jadi, menciptakan kepribadian yang baik adalah BERHATI-HATI dalam menjaga sikap. Seberapa penting, kita perlu berbekal kepribadian yang baik? Jawabannya adalah SANGAT PENTING.