Lihat ke Halaman Asli

Miarti Yoga

Konsultan Pengasuhan

"Anak Saya Tak Mungkin Salah", Sebuah Keegoisan Orang Tua

Diperbarui: 20 Mei 2020   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mengatasisiswa.blogspot.com

Di sebuah ruang tunggu. Saya bersama si bungsu Zidni. Dalam antrean itu, seorang anak, berulang menghampiri Zidni. Bolak balik anak tersebut menghampiri kami, lalu dengan gerakan spontan mencubit kedua pipi Zidni. 

Selain mencubit, anak tersebut juga menepuk (tepatnya memukul) pundak dan kepala Zidni. Dan pada titik ekstrem, meremas pipi dengan keras.

Puncaknya, Zidni menangis hebat karena ada bagian pipinya yang terluka. Tepatnya, lecet akibat terkena goresan kuku si anak yang menghampiri kami secara berulang. 

Sampai pada kondisi nangis keras, saya tetap berusaha tenang. Karena memang itulah dinamika anak kecil. Dinamika berteman. Intinya, saya insyaAllah sangat maklum.

Namun cukup kaget dengan gaya "sasadu" (baca: permohonan maaf) ibu dari anak tersebut. Prediksi saya saya adalah, beliau akan mengungkapkan kalimat semacam : "Aduuuh. Mohon maaf ya Nak. Sakit ya pipinya?".

Ternyata bukan ujaran itu yang mengemuka. Melainkan, "Abis si adek (baca: Zidni) pipinya gembil. Bikin gemes. Jadi anak saya greget pingin kuwel-kuwel".

Dalam hati. Ya dalam hati. Saya bertutur : "Whaaaaaaaat? Jadi, insiden yang terjadi ini akibat gembilnya pipi anak saya? Mbokya kalau mau minta maaf mah minta maaf aja atuh Buuuu. Jangan menyalahkan kondisi anak saya yang jelas tersakiti. Dan wajar dong, ibu berikhtiar mengingatkan anak ibu sendiri. Toh banyak cara mengingatkan anak mah."

Tetapi sangat tak mungkin saya berseteru gara-gara hal tersebut. Meski ini perkara adab, perkara akhlak, saya cukup berpersepsi bahwa mungkin gaya komunikasi ibu tersebut demikian. Mungkin refleks sehari-harinya begitu. Mungkin dalam usaha menjaga harga diri.

Di lain cerita, ada seorang Ibu yang tengah mengobrol tentang salah satu anaknya. Menurutnya, anaknya yang baru beriusia TK itu, akhir-akhir ini minta main game. Bahkan saat smartphone tengah digunakan oleh orangtuanya sekalipun, si anak memintanya. Merajuk.

Berdasarkan penuturan sang ibu, anaknya kini berulah demikian karena terbawa temannya, karena diajak temannya, karena diberitahu temannya.

Mendengar penuturan demikian, saya sih cukup "mesem". Kenapa? Karena bagaimana pun yang namanya laporan seorang anak itu BUTUH DIKONFIRMASI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline