Semua orang di dunia ini tahu, kalau bulan tidak pernah memancarkan cahayanya sendiri. Karena itulah dia harus menunggu malam untuk dapat menampakkan dirinya dengan pantulan cahaya matahari yang dia terima.
Akhir-akhir ini aku sering bertanya-tanya, apakah sang bulan pernah berpikir untuk mengalahkan sang matahari? Apakah dia pernah bermimpi untuk bersanding di siang hari bersama matahari? Apakah ada satu titik di tengah keberadaannya itu ia berpikir ingin menggantikan sang matahari?
Jika benar seperti itu, maka aku akan menjadi orang pertama yang mendukung sang bulan mati-matian.
Orang-orang bilang, kita tidak akan pernah bisa melihat sisi gelap dari sang bulan, tapi aku tidak setuju. Yang sebenarnya terjadi adalah orang-orang itulah menolak untuk melihat sisi itu. Sang bulan, tidak pernah sekalipun menyembunyikan sisi gelapnya, meskipun begitu orang-orang tetap bersikeras menolaknya.
Pernah sekali aku memergoki sang bulan menangis. Ia menangis tanpa suara, bersembunyi di balik kabut-kabut tipis yang bergumul menjadi awan. Saat itu pukul 2 dini hari. Semua orang masih sibuk terlelap, dan sang bulan menangis sendirian. Aku tahu dia sedang ketakutan. Sama seperti diriku yang membenci sisi gelapku, sang bulan juga ingin menyingkirkan sisi gelap dari dirinya. Kami berdua sangat ketakutan dan tak berdaya.
Meskipun begitu, aku tak dapat memeluknya.