Lihat ke Halaman Asli

Mia Rosmayanti

Freelancer

Gerbong No.4

Diperbarui: 31 Januari 2022   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi: Kltr Tava | @kulturtava

Aku harus kembali berhadapan dengan sebuah tembok tak terlihat, bernama ketakutan dan rasa cemas. Tidak banyak yang bisa kujelaskan saat ini, selain perasaan mual dan sesak yang memenuhi dadaku, jantung berdebar tak beraturan, leher tercekat, dan napas yang tersendat-sendat.

Apa yang sedang kupikirkan saat ini? Aku tidak tahu.

Karena itulah aku sedang berada dalam gerbong kereta ini, mencari jawaban. Akhir-akhir ini banyak orang orang mulai kehilangan kesadaran atas dirinya sendiri. Demi menjawab segala hal yang terjadi, kini muncul tokoh tak bernama yang disebut-sebut bisa membantu menemukan apa yang selama ini tidak bisa ditemukan dalam diri seseorang.

Ah, mungkinkah dia yang dimaksud dengan juru selamat? Atau dia hanyalah tukang tipu yang mahir membual?

Yahh... untuk apa juga aku memikirkan siapa dia. Yang terpenting bagiku saat ini adalah aku harus bertemu dengannya. Mungkin dia membantuku menemukan jalan keluar dari kekacauan yang tak bisa kujelaskan ini.

Aku menarik napas panjang, mengalihkan pandanganku dari jendela yang gelap, tanpa cahaya apapun. Aku menyalakan ponselku, melirik jam yang terpampang jelas, pukul empat dini hari. Aku mengitarkan pandanganku ke seluruh arah, hanya ada satu dua orang yang mengisi gerbong ini dan semuanya masih sibuk terlelap.

Aku tersenyum simpul. Alangkah damainya wajah-wajah yang terlelap itu. Mereka pasti merasa sangat kelelahan dalam perjalanan ini. Kira-kira di mana stasiun akhir mereka nanti? Tempat seperti apa yang sedang mereka tuju dan apa yang sedang mereka cari?

Dalam hidup ini ada banyak hal yang memaksa seseorang untuk menyerah berkali-kali: kehilangan, kehampaan, kesedihan, ketidakberdayaan. Seberat apapun hari yang seseorang lewati, tidur bisa menjadi salah satu cara untuk mengistirahatkan diri sejanak.

Wajah-wajah yang damai itu, aku akan memberikan sebuah hadiah kecil. Aku membuka telapak tanganku, membiarkan cahaya-cahaya kecil berwarna kebiruan itu membebaskan dirinya, menghampiri orang-orang yang sedang terlelap dalam gerbong ini.

Aku bisa melihat orang-orang itu mulai tersenyum. Ya... mereka berhak mendapatkan mimpi indah itu. Dengan begitu, kuharap mereka bisa punya harapan dan semangat baru untuk melanjutkan hidup saat bangun nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline