Seperti apa kau melihat dan memaknai kehidupan ini? Kupikir, aku tahu tentang dirimu lebih dari siapapun di dunia ini. Setelah banyak kisah yang kudengar darimu selama ini, kupikir aku bisa menjadi salah satu alasan untukmu bertahan lebih jauh bersamaku.
Aku ingat saat kali pertama kita bertemu. Saat itu aku yang berkutat dengan rantai sepeda, tidak lagi memperdulikan langit yang tanpa ampun menghujaniku. Lagipula sedikit basah tidak akan membuatku mati kedinginan.
Aku tak punya cukup waktu untuk memperhatikan segala hal di sekitarku, tapi hari itu aku bisa melihatmu dengan jelas. Kau yang berdiri kaku di sebelahku sembari mencondongkan payung merahmu ke atas kepalaku, memaksaku mendongak ke arahmu. Mata kita bertemu dan waktu terasa berhenti begitu saja.
Ini aneh. Biasanya aku selalu bisa menerka apa yang sedang dipikirkan seseorang hanya dengan menatap matanya, tapi aku tidak bisa menemukan apapun dari matamu. Bagiku matamu terlihat seperti sebuah black hole yang terlalu gelap dan sulit dijangkau.
Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, apa yang sebenarnya kau pikirkan saat melihatku hari itu? Aku benar-benar tidak bisa menemukan apapun dari tatapanmu, begitu juga senyum yang coba kau guratkan di bibirmu.
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi hari itu adalah pertama kalinya aku melihat ekspresi seburuk itu. Aku tidak pernah tahu kalau di dunia ini ada seseorang yang terlihat tidak cocok saat tersenyum. Kamu, kamu adalah satu-satunya orang yang membuatku berpikir seperti itu.
Tatapan kosong dengan gurat-gurat kesedihan menyelimuti raut wajahmu itu sama sekali tidak cocok bertemu dengan garis cekung di bibirmu. Itu terlihat sangat aneh dan yang lebih anehnya lagi, aku menyukainya. Ah, biar kukatakan sekali lagi dengan benar, aku menyukaimu.
Kita tak pernah menjadi siapa-siapa bagi satu sama lain, tapi keterikatan itu makin kuat setiap harinya. Aku menikmati setiap waktu yang kuhabiskan bersamamu. Aku menikmati suara bahkan diammu. Aku menyukaimu lebih setiap kata-kata dalam surat-suratku. Surat yang kutahu tak akan bisa kukirimkan padamu.
Kau ingat hari ulang tahun kita? Berulang tahun di hari yang sama denganmu adalah hadiah terbesar yang kuterima selama ini. Entah itu kebetulan atau bukan, tapi hari saat kita merayakannya di sebuah tempat tanpa nama itu adalah momen terbaik selama hidupku.
Kita tidak melakukan banyak hal selain makan sebuah kue tart dengan krim kocok dan menyalakan kembang api di tangan kita untuk mengimbangi gelap yang ada. Hari itu kita menghabiskan waktu yang lebih panjang dari malam-malam kita biasanya.