[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="googling"][/caption] Tuhan...
Nay tak bisa teruskan doanya. Hanya isak tangis yang menyesak. Ia percaya Tuhannya tau yang akan ia ucapkan. Ia berusaha redakan tangisnya. Segumpal sesah di dadanya sungguh menyiksa.
Apa artinya ini Tuhan...
Terbayang percakapan di kotak kompinya siang hingga sore tadi. Apa katanya tadi? Teriak Nay dalam hati. Kini aku hanya bisa bercakap dengan-Mu. Aku tak sanggup bercakap dengannya, jerit Nay dalam tangisnya. Kata-katanya. Kata yang ditulisnya. Oh...tak sanggup aku untuk mengingatnya. Bisa-bisanya aku tak penting baginya, mengingatnya sedikit saja kata itu, membuat Nay makin lemas.
Hari ketiga tanpa kontak dengannya, Tuhan...
Cairkan hatinya yang beku, Nay meneruskan permohonannya. Berharap ada pesan darinya siang ini.
----
Sebelum hari itu. Malam merambat, mendekap lelakinya dalam hangat. Mereka diam dalam bisu. Merasakan kehangatan bersama. Air matanya mulai menetes bahu lelakinya. Bahagia akan cinta yang ia rasakan. Ia tak ingin lepaskan. Tangannya digenggam oleh lelakinya. Tanda pengusir rindu. Pelukannya pun makin erat. Motor melaju pelan. Lalu lalang kendaraan melibas menyisakan kepulan beracun. Mereka bercengkerama tak peduli. Dalam hening masing-masing. Tubuh mereka makin melekat. Ia menarik nafas. Sebentar lagi akan sampai dan ia akan turun. Pulang. Diiringi angin malam yang makin dingin. Namun cintanya tak akan pernah tersapu sang bayu.
---
Hai..boleh aku sms?
Sedang apa?