Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Poliol, Si Manis Gula Alkohol yang Rendah Kalori

Diperbarui: 2 Januari 2018   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: travel.tribunnews.com

Dewasa ini, gula merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang umum digunakan hampir di semua jenis pangan. Mulai dari minuman, permen dan confectionary, hingga bumbu dan makanan kemasan tak luput dengan penambahan gula. Pemanis alami yang terbuat dari tebu ini terbukti dapat memberikan rasa manis sehingga menaikkan selera makan. Namun, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 2015) menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebihan mengacu kepada rendahnya kualitas konsumsi serat, obesitas dan memicu penyakit degeneratif.

Salah satunya adalah diabetes. Estimasi International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Sejumlah 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengurangi dampak buruk dari konsumsi gula yang berlebihan. Salah satunya adalah menggunakan pemanis buatan.

Poliol disebut juga dikenal dengan gula alkohol. Poliol merupakan pemanis buatan komersial yang biasanya digunakan sebagai pengganti gula meja (sukrosa). Poliol dapat diiidentifikasi melalui namanya yang berakhiran -ol. Contoh poliol adalah xylitol, glucitol, sorbitol, maltitol, mannitol, glycerol dan lactitol. Poliol memang tidak semanis gula. Namun poliol juga memiliki kadar kalori yang lebih rendah yaitu sebesar 2.6.kkal/ gram dibandingkan dengan gula yaitu 3.9 kkal/gram. Poliol tidak diserap ke aliran darah dari usus kecil. Dengan demikian, poliol tidak mengakibatkan perubahan kadar gula darah yang signifikan.

Popularitas poliol cukup tinggi di kalangan penderita diabetes dan konsumen yang diet rendah karbohidrat. Selain karena kalori yang rendah, poliol diahggap memiliki rasa manis yang dapat menutupi after taste (rasa akhir) dari makanan. Tidak seperti poliol, pemanis buatan lain pada umumnya memiliki after taste yang tidak enak.Poliol juga tidak dimetabolisme oleh bakteri mulut, sehingga tidak menyebabkan karies. Selain itu, beberapa jenis poliol dapat memberikan sensasi dingin dan digunakan dalam industri permen bebas gula dan permen karet. Sayangnya, berlebihan dalam mengonsumsi poliol dapat menyebabkan kembung dan diare. Hal ini karena poliol tidak diserap di usus kecil.

Sebagai konsumen, kita tentu harus cermat dalam memlih pangan apa yang akan kita konsumsi. Karena pangan akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan kita. Boleh-boleh saja mengganti gula pasir atau sukrosa dengan poliol untuk tambahan pada minuman. Baik karena alasan kesehatan maupun mencegah terjadinya penyakit. Namun, tetap tidak boleh berlebihan.

Penulis: Kamilia Putri Rahman dan Shinta Sigit Agustina, Mahsiswa Jurusan Teknologi Pangan IPB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline