Lihat ke Halaman Asli

Mia Perlina

Universitas Pamulang

Dosen Sastra Inggris Unpam Gelar PKM di Pesantren: Peningkatan Kompetensi Pragmatik

Diperbarui: 28 Desember 2022   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dalam suatu tindak percakapan, setiap bentuk ujaran pada dasarnya mengisyaratkan adanya implikasi tertentu yang tidak dinyatakan secara nyata, langsung, ataupun formal. Akan tetapi keberadaannya justru berfungsi sebagai pengikat komunikasi antar penutur. Adanya perbedaan antara tuturan dengan implikasinya, terkadang bisa menyulitkan pendengar untuk memahahimnya. Oleh karena itu, antara penutur dengan pendengar harus saling memahami satu sama lain agar percakapan bisa berjalan dengan lancar. Sebagaimana yang dicontohkan pada konteks dan ujaran berikut ini:

Anak: “Yuk, Yah. Kita berangkat sekarang!”

Ayah: “Di luar hujan, nak.”

Pada percakapan di atas, seorang anak sudah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Kemudian dia mengajak ayahnya untuk berangkat sekarang. Namun, ajakan tersebut dibalas dengan ujaran “di luar hujan, nak”. Ujaran ini dapat dikaterogorikan sebagai pelanggaran prinsip percakapan, dimana balasan sang ayah tidak relevan dengan ajakan anaknya.  Namun demikian, ujaran “Di luar hujan, nak” memiliki maksud tertentu yang harus dipahami oleh anak tersebut, dimana mereka tidak bisa berangkat sekarang karena kondisi di luar rumah sedang hujan. Dengan kata lain, ujaran “Di luar hujan, nak” memiliki makna implisit atau dalam kajian pragmatik, ini dikenal dengan implikatur.    

Implikatur merupakan arti dalam suatu tuturan terhadap mitra tutur. Dengan demikian, hanya sebagian saja dari arti literal (harfiah) itu yang turut mendukung arti sebenarnya dari sebuah ujaran atau tuturan, dan selebihnya berasal fakta-fakta di sekeliling (atau dunia ini), Penggunaan implikatur dalam berbahasa mempunyai pertimbangan seperti untuk memperhalus tuturan, menjaga etika kesopanan, menyindir dengan halus (tak langsung), dan menjaga agar tidak menyinggung perasaan secara langsung. 

Dalam tuturan implikatif, penutur dan lawan tutur harus mempunyai konsep yang sama dalam suatu konteks. Jika tidak, maka akan terjadi suatu kesalahpahaman atas tuturan yang terjadi di antara keduanya. Mengingat bahasa bukanlah sekedar hanya belajar grammar (struktur) dan kosa kata, namun pentingnya memiliki kemampuan berbicara bahasa Inggris, khususnya kompetensi pragmatik yang akan digunakan ataupun dibutuhkan dalam berkomunikasi ataupun dalam berkehidupan sosial sekarang ini. Mengingat akan pentingnya peran kompetensi pragmatik ini, dosen dan mahasiswa Sastra Inggris Universitas Pamulang menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan mengusung tema "Meningkatkan kompetensi pragmatik bahasa inggris siswa SMA Al-Ghozali".

Kegiatan PKM ini dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 November 2022 di SMA Al-Ghozali, Gunung Sindur, Bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris para santri Pondok Modern Al Ghozali, utamanya terkait dengan kompetensi pragmatik santri untuk memahami makna kontekstual dalam percakapan bahasa Inggris. Sebagaimana yang disampaikan oleh Mia Perlina, Dosen Sastra Inggris Universitas Pamulang yang juga merupakan Ketua PKM, bahwa tujuan ini dirumuskan berdasarkan hasil penelitian ataupun pengamatan yang menunjukkan pentingnya peran pragmatik untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang terlibat dalam kegiatan PKM ini sebanyak 31 siswa yang terdiri dari kelas 10, 11, dan 12.

Materi yang disampaikan dalam kegiatan pkm ini adalah tentang Implikatur, salah satu kajian dalam ilmu pragmatik. Pemaparan materi disampaikan dengan 2 bahasa, yaitu bahasa inggris kemudian dilanjutkan dengan bahasa indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses pemaparan materi bertujuan agar siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Proses pelaksanaan kegiatan PKM ini dibagi ke dalam 5 (lima) tahap. Yang pertama adalah pre-test. Pre-test dilakukan untuk mengukur sejauh mana siswa mengetahui makna implikatur dari ujaran yang diberikan. Yang kedua adalah pemaparan materi.

Pada tahap ini, tim PKM melakukan brainstorming terlebih dahulu dengan cara menayangkan beberapa video yang berisikan makna implikatur dan bertujuan untuk memberi gambaran kepada siswa agar bisa lebih peka terhadap materi yang akan disampaikan. Secara tidak langsung penayangan video ini juga melatih kemampuan menyimak (mendengarkan) serta pelafalan kata dalam bahasa inggris. Usai menonton video, tim PKM menjelaskan materi terkait implikatur serta contoh-contoh ujaran yang mengandung implikatur. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Sesi tanya jawab ini dilakukan untuk memastikan siswa paham akan materi yang disampaikan. Selanjutnya, tahap keempat adalah praktik/latihan. Pada tahap ini, siswa dikelompokkan dalam beberapa grup yang terdiri dari 1 ketua dan 4 anggota untuk setiap grupnya.  

Masing-masing grup kemudian diberikan beberapa penggalan ujaran yang harus mereka susun dan pasangkan dengan ujaran yang sudah ditempelkan di papan tulis oleh tim PKM. Siswa juga diminta untuk menemukan makna ujaran yang disampaikan. Selanjutnya, siswa juga diminta untuk mempraktekkan ujaran tersebut di depan kelas. 

Kegiatan PKM ini juga diselingi dengan beberapa permainan yang bertujuan agar siswa tetap fokus dan juga tidak merasa jenuh saat kegiatan PKM ini berlangsung. Tahap terakhir yaitu pelaksanaan post-test, yang dilakukan untuk mengukur pemahaman serta ada tidaknya peningkatan kompetensi pragmatik siswa dari hasil pre-test yang telah dilaksanakan di awal kegiatan terhadap materi yang disampaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline