Individu merupakan suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya. Keunikan individu memiliki arti bahwa setiap individu berbeda didalam aspek-aspek pribadinya. Baik itu aspek jasmaniah ataupun aspek rohaniah. Timbulnya perbedaan ini dikarenakan faktor pembawaan dan juga lingkungan sebagai komponen utama sebagai pembentukan karakter individu.
Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu, meskipun dengan lingkungan yang sama. Begitu juga dengan lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya sama, seperti kasus dalam 3 hari terakhir publik dikejutkan oleh kasus oleh pembunuhan kecil yang dilakukan oleh NF, remaja 15 tahun yang tega membunuh balita 5 tahun di Sawah Besar Jakarta Pusat.
Dengan kata lain, ia hanya terdorong oleh keinginan membunuh, tanpa ada motif lain. NF juga terdorong oleh tontonan film horror dan kekerasan. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Alfina mengakui memang tontonan pada anak berpengaruh pada psikologianak.[1] Ada juga kasus bunuh diri yang dilakukan dua mahasiswa UNPAD. Salah satu faktor dan di nilai sebagai penyebab utama bunuh diri dikalangan mahasiswa adalah rendahnya kesadaran kesehatan mental. Sungguh sangat miris sekai kasus-kasus kesehatan mental tersebut.[2] Padahal sejatinya karakter pembelajaran yang efektif ialah yang dapat merespon segala kebutuhan khusus siswa. Hal ini tidak terlepas dari beragamnya perbedaan individu.
Perbedaanindividu disini dilihat berdasarkan mental seseorang. Setiap siswa pastilahmemiliki daya berpirkir yang berbeda-beda. Ada yang cepat memahami dan ada yanglambat memahami suatu hal. Perbedaan individu dapat dibagi dua segi, yaitu segihorizontal dan segi vertikal.
Dari segi horizontal, individu yang satu denganyang lain dalam hal mental, seperti daya berpikir, kemampuan, minat, ingatan,emosi, kemauan, dan sebagainya. Adapun dari segi vertikal, tidak ada dua individu yang sama dalam aspek jasmani, ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.[3]
Berdasarkan sumber perbedaan individu terdapat dua sumber yaitu factor bawaan dan factor lingkungan.[4] Dari dua kasus diatas, keduanya memiliki perbedaan individu dalam segi horizontal. Kasus pertama ialah membunuh seseorang karena keinginan. Hal tersebut sangatlah tidak wajar dilakuakan seseorang entah itu dewasa apalagi anak-anak.
Sehingga dapat terlihat jelas bahwasannya anak tersebut mengalami mental illness (Penyakit mental). Salah satu faktor besar dari kasus tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh bemacam-macam motif, misalnya kecemburuan, dendam, membela diri dan sebagainya. Berbeda dengan kasus pertama, pada kasus kedua seseorang mengalami tekanan sehingga membuatnya mengakhiri hidupnya sebagai jalan keluar. Bunuh diri merupakan fenomena sosial yang bisa ditinjau dari prespektif psikologi.
Bunuh diri tidak bisa dilepaskan dari suatu kondisi kejiwaan yang dalam ilmu psikologi sosial dinamakan self-discrepancy (kesenjangan diri). E.Tory Hinggin dalam teorinya tentang discrepancy diri menyatakan bahwa harga diri seseorang ditentukan oleh adanya kesesuaian antara bagaimana orang tersebut melihat dirinya dan bagaimana dirinya menginginkan dirinya.
[5] Dari teori tersebut dapat ditarik kesimpulan orang yang melakukan bunuh diri menemukan ketidaksesuaian antara apa yang dia lihat dalam dirinya (idealitas) dengan apa yang ada pada realita.
Ketika seseorang telah mencapai level ini ia akan cenderung melakukan dan/atau menunjukkan berbagai ekspresi kejiwaan negatif seperti malu, cemburu, marah, dendam, kecewa, dan bunuh diri merupakan salah satunya. Salah seorang pengikut Freud, Karl Menninger, mengajukan teorinya tentang bunuh diri sebagai bentuk pembunuhan dan orang yang dibunuh berada dalam diri satu orang. Menninger menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan bunuh diri didorong, secara sadar atau tidak sadar, oleh tiga motif yaitu :
- Keinginan untukmembunuh. Keinginan ini dapat dilihat pada orang yang memiliki kecenderunganuntuk menyakiti orang lain atau merusak sesuatu
- Keinginan untukdibunuh. Keinginan untuk dibunuh pada orang -- orang yang bunuh diri berpangkalpada perasaan marah dan benci pada diri sendiri, sehingga untuk menghilangkanperasaan tersebut ia menghukum dirinya.
- Keinginan untukmati. Keinginan ini berasal dari bekerjanya kekuatan instink kematian padaorang yang bunuh diri.[6]
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya keluarga dan orang tuadalam menjaga serta mengawasi perilaku anak. Orang tua dapat memantau ataumenghimbau kegiatan anak dalam hal apapun seperti tontonan dalam pemakaiangawai dan daring serta pergaulan dengan teman-temannya. Karena apabila anaksalah dalam memanfaatkan teknologi akan berpengaruh dalam kejiwaan anak.Apalagi anak memiliki daya serap yang tinggi, dan ingin mencobanya.