Lihat ke Halaman Asli

Menyusur Pesisir Jakarta (1): Jejak Portugis di Gereja Tugu

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1335186037860122788

[caption id="attachment_176597" align="aligncenter" width="300" caption="foto : pribadi"][/caption]

Hari Minggu tanggal 15 April 2012 kemarin, saya dan teman-teman yang memiliki hobi jalan-jalan dan mulai tertarik untuk belajar jeprat-jepret yang tergabung dalam komunitas Basic Photography memutuskan untuk melakukan perjalanan menyusur pesisir Jakarta, yaitu daerah Tanjung Priok. Lokasi pertama adalah Kampung Tugu, yaitu kampung yang dihuni oleh keturunan Portugis. Di kampung tersebut juga terdapat benda cagar budaya yang dilindungi dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya, yaitu Gereja Tugu, yang merupakan salah satu Gereja Tertua di Indonesia.

Pukul 11.30 rombongan tiba di depan Gereja Tugu. Sempat ragu untuk masuk, karena selain ada kegiatan kebaktian, ternyata di Gereja juga terlihat bendera kuning yang menandakan adanya kegiatan duka. Setelah terjadi kebingungan akibat seorang anggota yang ditegur satpam, dan tidak diperbolehkan mengambil gambar Gereja, akhirnya salah seorang dari pihak gereja menjelaskan dan mengijinkan kami untuk melakukan kegiatan sekaligus mengambil foto di areal Gereja namun jangan sampai mengganggu kegiatan yang berlangsung.

Berikut sedikit cerita dari lokasi pertama kami.

Kampung Tugu (Toegoe)

Kampung Tugu berjarak 5 km dari pantai dengan ketinggian ±2 meter dari permukaan laut. Keadaan geografis Kampung Tugu berupa dataran rendah yang dahulunya merupakan daerah persawahan yang cukup luas dengan irigasi yang baik, ini dapat dilihat dengan adanya kali buatan atau irigasi tersier yang berinduk pada kali Cakung. Kali Cakung sendiri dahulu berfungsi ganda, yakni irigasi dan transportasi. Sebelum adanya jalan raya, satu-satunya transportasi yang menghubungkan Kampung Tugu dengan daerah luar adalah perahu.

Daerah Kampung Tugu diperkirakan telah dihuni sejak jaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dari hasil penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta bekerja sama dengan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1973. Adapun hasil penggalian arkeologi tersebut berupa pecahan-pecahan gerabah lokal (kreweng) dan manik-manik yang berasal dari jaman bercocok tanam atau perundagian (Neolitikum).

Pada tahun 1648 Malaka yang merupakan daerah kekuasaan bangsa Portugis jatuh ke tangan Belanda. Tentara Portugis yang berasal dari Goa, Bengal, Malabar, dan daerah-daerah jajahan Portugis lainnya dijadikan tawanan perang Belanda untuk kemudian dibawa ke Indonesia. Namun, setelah itu orang-orang Portugis itu dibebaskan kembali hingga akhirnya mendapat sebutan sebagai kaum Mardijkers. Tahun 1661, orang-orang Portugis dipindahkan ke daerah yang saat ini bernama Kampung Tugu. Inilah asal-usul keturunan Portugis yang tinggal di kampung Tugu. Sampai saat ini keturunan kaum Mardijkers ini masih mempertahankan budaya Portugis, salah satu yang terkenal adalah group musik Krontjong Toegoe.

Menelusuri asal-usul nama Tugu sendiri terdapat beberapa pendapat yang berbeda.

Pendapat Pertama : ada sementara orang yang mengatakan bahwa nama Tugu diambil dari tugu sebagai tanda batas tempat atau wilayah yang waktu itu banyak terdapat di daerah ini.

Pendapat kedua : tugu sebenarnya diambil dari kata Por-tugu-ese (Portugis).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline